Sunday, October 04, 2009

Trah Martowirono, Cinta, Banu dan Zaza




Oleh : Bambang Haryanto
Email :humorline (at) hotmail.com


Anugerah hebat. Arsenal mengalahkan Blackburn Rovers, 6-2. Sayangnya, tidak semua enam gol yang dilesakkan tim asuhan Arsene Wenger itu bisa saya saksikan langsung melalui saluran Indovision, Minggu Malam, 4/10/2009 yang lalu.

Saat beberapa gol itu terjadi saya sedang mengembara, menunggangi remote control untuk menonton potongan siaran dari televisi lain. Antara lain acara Golden Ways-nya motivator Mario Teguh di MetroTV. Salah satu ucapan dia yang menohok malam itu adalah ketika menjelaskan tentang konsep diri mengenai “saya” dalam kosmologi ke-Illahi-an.

Banyak orang, menurut Mario Teguh, sering terlalu menyederhanakan kehadiran diri “saya” itu di dunia. Orang seringkali hanya melihat “saya” sebagai suatu kehadiran yang bersifat fisik, tanpa melihat bahwa di belakang atau yang bersama sosok “saya” itu berimpit didalamnya beragam anugerah Tuhan yang membuat sosok komprehensif “saya” itu memiliki keistimewaan dalam kehadirannya di dunia ini.

Anugerah itu disebutnya, misalnya kharisma, pengaruh, aura sampai misalnya ucapan dirinya yang dapat menggerakkan atau mampu memengaruhi orang lain untuk berbuat kebaikan.

Malam itu tema acara Mario Teguh adalah “Saya + Tuhan = Cukup.” Sayang, malam itu tabiat saya yang jelek masih muncul. Saya tidak ditemani dengan bloknot untuk menulis hal-hal penting dari siaran itu. Padahal beberapa hari sebelumnya, 30/9/2009, ketika memberikan kuliah umum di depan mahasiswa baru Sekolah Tinggi Manajemen & Ilmu Komputer (STMIK) Sinar Nusantara, Surakarta, saya mengajurkan mereka untuk membawa bloknot dan bolpoin, “kemana-mana dan di mana-mana.”

Untuk apa ? Untuk mencatat segala hal yang penting dan menarik bagi mereka. Karena ingatan mudah lupa, aktivitas mencatat itu juga merupakan kiat untuk mengasah ketajaman otak mereka.Sekaligus membuat hidup sampai karier profesional mereka menjadi lebih sukses dan produktif.

Mungkin malam itu saya masih terbius ucapan pendiri Apple Corp., Steve Jobs. Ia bilang : hidupkan komputer otak Anda menjadi hidup, tetapi hidupkanlah televisi maka otak Anda pun segera mati.

Oleh karena di depan layar tv itu otak saya lagi “mati,” maka sepanjang yang bisa saya ingat adalah satu-dua ucapan kunci Mario Teguh yang menjelaskan hal menarik. Bahwa menurutnya, bila kita selalu merasa bersama Tuhan maka yang terjadi hidup kita menjadi damai, berupaya (koreksi tambahan dari Anna Sari), bermakna (?) dan berani. Suatu saat saya akan mengunjungi situsnya, untuk mengelaborasi ajarannya ini.

Tradisi a la Mafia. Yang pasti, kata “berani” itu mengingatkan saya akan salah satu adegan saat berlangsungnya Reuni Trah Martowirono XXIII-2009 yang lalu. Muncul dari Ibu Retno Winarni bersama suami, Bapak Agus Budi Santoso yang berkarier di BCA Solo, untuk rela keroyo-royo untuk bisa hadir di Yogya. Anda masih ingat akan kedua beliau yang memiliki posisi unik sebagai warga Trah Martowirono ?

reuni trah martowirono XXII-2008,agus budi santoso,bambang haryanto,retnowinarni,kajen,wonogiri

Kedua beliau pertama kali hadir dalam reuni kita yang ke-20/2006 di Kedunggudel. Lalu hadir di reuni yang ke-22/2008 di Kajen, Wonogiri. Saat itu, seperti nampak dalam foto, sedang disemati pin Trah Martowirono. Dalam reuni di Yogya saya sempat mengingatkan beliau, bahwa untuk resmi diakui secara lahir dan batin sebagai warga keluarga besar Trah Martowirono bagi mereka yang di luar hubungan darah, “harus memenuhi syarat tertentu.” Ketentuan itu mengacu pada tradisi Mafia di Italia Selatan.

Syarat yang berat. Pada tahun ketiga, mereka harus mendaftar 3.650 orang yang menjadi musuh-musuh Trah Martowirono. Lalu setiap hari harus menemukan 10 orang dari mereka, dan membunuh mereka satu persatu. Dalam setahun, akan komplit sekitar 3.650 musuh-musuh Trah Martowirono enyah dari dunia ini.

“Tetapi karena Trah Martowirono merasa tidak punya musuh,” seperti saya katakan dalam acara reuni Yogya untuk menyambut kedua beliau, “maka syarat di atas tidak berlaku. Anda dan keluarga adalah warga kami.” Buktinya, keluarga Agus dan Retno Winarni ini juga mendapat kesempatan untuk tampil di panggung.

Sayangnya, beliau belum banyak bercerita tentang keluarga asal Solo ini. Sebaliknya, justru memberikan apresiasi kepada warga Trah Martowirono yang ia sebut sebagai berani untuk tampil, berani untuk berbicara di depan audiens.

banu

Secara khusus ia menyebut Banu dan Zaza, putra/putri Bapak Santoso Priyo Utomo. Nampak dalam foto keduanya yang masih duduk di bangku SD, tanpa menunjukkan rasa takut atau ragu-ragu, langsung naik ke panggung. Mantap dan ceria memegang mik, lalu bercerita mengenai keluarganya kepada seluruh hadirin.

Terima kasih, Ibu Retno Winarni.
Salut untuk Zaza.Salut untuk Banu.

Mengapa mereka berani ? Karena mereka berdua, dan semua warga trah kita, sama-sama tahu bahwa diri mereka akan tidak dihakimi, melainkan akan selalu diterima. Diapresiasi. Dicintai. Apa adanya. Apalagi acara reuni trah itu masih dilekati oleh suasana hari Idul Fitri, hari ketika antarpribadi dengan kerelaan dari sanubari, untuk saling memberi maaf, alias menerima masing-masing fihak sebagai insan yang mulia sebagai makhluk Tuhan.

Pesan ini sering tidak secara jelas terkatakan. Tetapi selalu merambati hati. Dalam acara reuni XXII/2008 di Kajen, Wonogiri, Bapak Untung Suripno mengatakan : “Bila tanggal pertemuan itu tiba maka acara apa pun dihindari, karena ingin jumpa saudara di acara temu trah ini. Jujur saja, acara pertemuan trah ini membikin usia awet muda, linggo-lico, lali tonggo-lali konco, isinya cuma satu yaitu : seneng.”

Terima kasih, Mas Untung.

Api seneng yang sama, yang terus berkobar setelah acara usai, sehingga memicu hadirnya tulisan ini. Untuk mengabadikannya dalam kenangan yang bisa dibagikan. Untuk bisa menceritakan pernak-pernik unik trah kita ini kepada dunia.

Dalam acara reuni trah kita, memang tak ditampilkan lagu legenda “Just The Way You’re” dari Billy Joel. Tetapi saat pulang dan hari-hari berikutnya, sebagian lirik lagu itu senantiasa mendengung di hati saya :

I said I love you (warga Trah Martowirono), and that's forever
And this I promise from the heart,
I could not love you any better
I love you just the way you are


Wonogiri, 5/10/2009


trahmar

No comments: