Friday, February 19, 2010

Mayor Haristanto : Dasamurka #2 dan Road to Chingay Parade Singapore





mayor haristanto,solo batik carnival,chingay parade singapura

Tanggal 17 Pebruari 2010 nanti saya ber-60 awak bertolak ke Singapura mengikuti parade karnaval internasional bertajuk Chingay Parade Singapore Rincian 40 awak berkostum Solo Batik Carnival [SBC], sisanya awak musik. Di Singapura akan bergabung mahasiswa Indonesia di Singapura dan pelajar SMA Budi Mulia Jakarta. Total sekitar 150 orang.

Tahun lalu Indonesia diwakili Pak Begug dkk dari Wonogiri yang menampilkan atraksi reog Ponorogo. Parade akan berlangsung 19-20 Pebruari 2010 di Pit Building to Singapore Flyer, arena balap Formula 1.

SBC terpilih mewakili Indonesia di kancah internasional ini diikuti ratusan negara. Solo terpilih karena keunikan dan kemegahan kostum, selain karena seluruh perancangan, beaya dan peraga kostum dibuat sendiri, beaya sendiri dan diperagakan sendiri.

Saya beruntung punya jam terbang lebih karena saya telah mengikuti SBC 1 [2008] dan SBC 2 [2009] yang diarak sepanjang 4 Km di jalan Slamet Riyadi Solo yang menyedot ratusan ribu pasang mata.

Dua bulan lalu saya mengikuti audisi dengan mengenakan kostum SBC 2 bertitel Dasarmurka #1. Semangatnya satu: menaklukkan dunia. Bersyukur saya terpilih. Namun rasanya sayang kalau saya harus membongkar-pasang kostum SBC 2 ini untuk menyesuakan ‘pasar’ Singapura, meski diperbolehkan oleh panitia dengan pertimbangan waktu sudah dekat, dan tentu agar hemat beaya.

Saya bertekad merancang kostum baru untuk menambah koleksi kostum pribadi, selain pertimbangan agar lebih mudah, ‘bebas’ dan cari aura baru untuk mewujudkan impian baru dan segar dalam proses merancang kostum. Jadilah kostum bernama Dasarmurka #2. Judul sama karena sampai kini masih sulit mencari nama baru sesuai karakter kostum.

Saya bergabung dengan SBC merupakan peserta paling tua [50 th], ada juga seorang dosen, cewek, juga berumur sama hanya bertaut 3 atau 4 bulan lebih muda. Secara umum peserta beraneka ragam, mulai pelajar SMP kelas 2, SMA, mahasiswa, peraga profesional, penari sungguhan, dosen dll.

Kenapa harus ikut SBC?

Hidup saya ditakdirkan tidak pernah lurus-lempeng. Hidup saya selalu meloncat-loncat mengikuti hati paling dalam: hati nurani. Saya tidak tahu apakah ini baik atau buruk. Yang pasti menurut saya adalah pilihan baik. Karena saya merasa mampu menikmati hidup gaya lompat-lompat.

Jagat saya selama ini yang bisa dicatat adalah pendiri, penggerak awal kebangkitan suporter sepakbola Solo, dan menjabat Presiden Pasoepati [2000-2001]. Bahkan dicatat Rekor Muri sebagai satu-satunya orang Indonesia yang ikut melahirkan 3 kelompok suporter sepakbola di Indonesia [Pasoepati Solo, the Macs Man Makassar, Asykar Theking Pekanbaru]. Pasca pensiun presiden, saya mendeklarasikan negara baru, negara antah-berantah bernama Republik Aeng-Aeng [2002 sampai sekarang].


Bergabung dengan SBC karena di SBC saya mendapatkan media untuk membebaskan diri untuk merancang dan membuat kostum sesuka saya. Saya ingin jadi orang merdeka se merdeka-merdekanya.

Sisi lain tentu saya ingin menghibur orang lain, sebanyak mungkin, sekaligus membela Solo dan membela diri pribadi, juga keluarga kecil, keluarga besar saya bahwa saya haru hebat dan ruaaarrr biasa! Insya Allah. Mohon doa restu!

Berita kecil, berita gembira. Kalau tak ada aral bersamaan saya bertolak ke Singapura, 17 Pebruari 2010, jam 09.00 di Balaikota Solo saya mendapat anugerah bintang sebagai salah satu 7 warga Solo terbaik dalam rangka ultah Solo ke 265. Penerima isteri saya Nanie bersama anak-anak: Ayu dan Lintang. Berkah luar biasa!

Nanie akan menyusul ke Singapura 19 Pebruari 2010.


Salam,
Solo, 15 Pebruari 2010
Mayor Haristanto
Hp 08122594020

trah

Agar Tidak Hilang Dalam Sejarah




Oleh : Bambang Haryanto
Email : humorline (at) hotmail.com



Pesan Pram. “Apabila kau berhenti menulis, kau akan hilang dalam pusaran sejarah.”

Itulah kata dari pengarang ternama Indonesia, Pramudya Ananta Toer. Beruntunglah kita kini, di era Internet ini. Kita dapat menulis, mengekspresikan diri dalam pelbagai media sosial. Blog, Twitter sampai Facebook.

Saya masih menggunakan cara kuno.
Menulis surat pembaca di koran-koran.

Dimulai dari tahun 1973. Hingga kini. Bahkan juga mendirikan komunitas penulis surat pembaca se-Indonesia sehingga tercatat di Museum Rekor Indonesia, 27 Januari 2005. Sekaligus memproklamasikan hari itu sebagai Hari Epistoholik Nasional.

Otot otak kita. Pada peringatan 5 tahun deklarasi hari itu saya memperoleh kado indah. Profil dan kiprah salah satu warga Trah Martowirono yang jomblo abadi ini telah muncul di Koran Tempo, Kamis, 29/1/2009. Semoga dapat menjadi inspirasi bagi sesama warga trah : ayo menulis,menulis dan menulis.

Jangan hanya puas atau berhenti menulis uneg-uneg, curhat atau komentar-komentar dangkal, yang tidak begitu banyak memeras konsentrasi untuk melatih otot-otot otak kita. Sayang sekali, bila karunia Allah yang demokratis itu hanya kita gunakan untuk berfoya-foya bagi hal remeh temeh.

Hal trivia semacam itu mudah sekali dilupakan oleh sejarah !

Catatan : sebuah artikel senada yang ditulis oleh penulis buku produktif dan laris, Andrias Harefa, Agar Tak Hilang, menarik untuk kita jadikan inspirasi bagi semua warga trah kita.



Wonogiri, 31/1/-20/2/2010