Friday, December 02, 2011

Buku Trah Martowirono di Ohio University Amerika Serikat




Oleh : Bambang Haryanto
Email : humorline (at) hotmail.com


The SBY Effect.
The Manmohan Singh Effect.
Dan The Komedikus Erektus Effect.

Nama pertama, SBY, adalah singkatan nama untuk presiden kita. Manmohan Singh adalah nama perdana menteri India. Komedikus Erektus, adalah judul buku humor politik saya.

Ketiganya bisa dimirip-miripkan memiliki kesamaan. Yaitu, ketiganya begitu tidak memperoleh apresiasi secara optimal di dalam negeri walau dihargai di manca negara.

Mungkin itu berlebihan.
Tetapi untuk nasib buku Komedikus Erektus, semoga efek di atas itu menjadi kabar yang bagus bagi trah kita. Semoga Anda masih ingat, saat berlangsungnya acara Reuni Trah Martowirono XXVI di Polokarto yang lalu, buku itu telah saya perkenalkan. Bahkan saat itu masing-masing perwakilan dari tiap taler memperoleh cendera mata buku tersebut.

Dari Taler 1 diwakili Mutiara, Taler 2 oleh Dhinar, Taler 3 oleh Heppy dan Taler 4 oleh Yasika (foto).

Buku humor politik yang sama, yang lengkapnya berjudul Komedikus Erektus : Dagelan Republik Kacau Balau (Imania,2010), rupanya kini telah terbang jauh, menyeberangi samudera, untuk sampai ke kota Ohio, di Amerika Serikat.

Di bawah label subjek "Indonesian wit and humor," "Indonesia -- Social conditions -- Humor" dan "Indonesia -- Politics and government -- Humor", syukurlah telah ikut bisa mengisi rak Perpustakaan Universitas Ohio, 30 Park Place, Athens, Ohio, Amerika Serikat.Informasi tentang buku tersebut detilnya bisa Anda klik disini.

Sungguh menjadi satu kehormatan tersendiri ketika perpustakaan yang sama tentu mengakuisisi banyak buku terbitan Indonesia,sementara buku Komedikus Erektus telah terpilih untuk ditampilkan dalam blog perpustakaan,yang membuat informasinya bisa saya temukan di Internet.

Sementara informasi mengenai lokasi penempatannya di Perpustakaan Vernon R. Alden Library, 30 Park Place, Athens, Ohio, Amerika Serikat, bisa Anda klik disini.

Sebelumnya, juga diketahui bahwa buku yang sama telah pula menjadi koleksi perpustakaan terbesar di dunia, Library of Congress di Amerika Serikat dan Perpustakaan Nasional Australia.

Itulah secuplik cerita tentang upaya menyumbangkan khasanah ilmu pengetahuan dari warga trah kita untuk dunia. Siapa menyusul ?



Wonogiri, 3/12/2011

Wednesday, November 30, 2011

Solo Cyber Day 2011, Trah Martowirono dan Indonesia Kita



Oleh : Bambang Haryanto
Email : humorline (at) hotmail.com



IndoWLI.
Anda sudah akrab dengan singkatan ini ?
Sedang Onno W. Purbo ?
Ini nama tokoh.
Agak kebangetan bila Anda belum mengenal beliau.

Untuk warga Solo yang belum tahu dan belum kenal, silakan berkenalan dengan beliau di Plaza Sriwedari. Minggu Pagi, 4 Desember 2011. Jam 8-an. Beliau akan memberikan orasi dalam acara Solo Cyber Day 2011.

Acara ini bikin saya agak bernostalgia.
Karena tiga tahun lalu,2008, Walikota Solo Jokowi sudah mencanangkan bahwa tanggal 30 Juli sebagai Solo Cyberholicday. Hari mabuk dunia cyber. Hari kasmaran Internet. Saking ikut-ikutan mabuk saya sempat membuat blog khusus untuk momen itu.

Di blog tersebut Anda dapat melihat secuplik sajian kelompok keroncong siswa-siswi SMA St Yosef yang memanggungkan lagu "Solo Cyberholicday" dengan lirik yang cerdas. Juga dilantunkan secara penuh semangat dalam balutan lagu "It's a Holy Holyday"-nya Boney M, kelompok musik asal Jerman.

Apakah deklarasi oleh Pak Wali hari Minggu esok itu secara resmi menghapus deklarasi dia 3 tahun yang lalu ? Ataukah akan ada dua hari mabuk cyber secara resmi di Solo, yaitu setiap 30 Juli dan 4 Desember ?

Cerita keluarga. Yang pasti,dalam acara tanggal 4 Desember 2011 itu komunitas saya berdasarkan keturunan Trah Martowirono akan ikut ambil bagian. Stan kami bernomor 18, berkat pilihan eksklusif oleh Presiden Republik Aeng-Aeng Mayor Haristanto (foto), tempatnya jadi dekat panggung. Berseberangan dengan stan organisasinya Mas Donny Budi Utoyo, Internet Sehat yang terkenal itu.

Ada sekitar 50 stan yang memunculkan beragam komunitas di Solo dan Indonesia yang memanfaatkan Internet untuk mempertegas eksistensi dan krida-krida mereka yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

Stan Trah Martowirono mengusung misi ingin berbagi cerita, bahwa tiap-tiap keluarga itu punya kisah menarik dan hero, walau kelas kampung sekali pun, yang pantas untuk dituliskan. Karena seperti kata Stephen R. Covey, kini saatnya di era Internet ini masing-masing pribadi memberikan "suara"-nya bagi dunia. Ia merujuk setiap insan adalah istimewa. Pakar Internet Dave Wiener lalu menimpali, bila 6 milyar umat manusia bisa saling terhubung, dunia akan menjadi lebih baik adanya.

Modal "unjuk dada" kami di acara SCD 2011 itu hanya blog. Itu pun blog gratisan, yang kami sebut sebagai keuntungan sebagai sarana berbagi pesan betapa keluarga lain, keluarga Anda pun pasti bisa melakukan hal yang sama. Yaitu memiliki blog, untuk menyambungkan silaturahmi (selain Facebook, Twitter dan media sosial lainnya) antarkeluarga Anda. Juga sebagai media untuk mencatat sejarah keluarga Anda.

Kembali ke Mas Onno. Walau hanya lewat email, saya mengenal beliau. Saat acara Jagongan Media Rakyat 2010 di Yogya, Juli 2010, saya sempat berfoto-ria di halaman Jogja Museum.

Juga minta tanda tangan dalam artikel majalah Esquire Indonesia edisi Juni 2010. Profil Onno W. Purbo dimuat di majalah gaya hidup pria tersebut, dan nama saya ikut muncul di halaman lain yang membahas tentang wabah tindak kekerasan di kancah suporter ("saya pencetus Hari Suporter Nasional, 12 Juli 2000") sepakbola Indonesia.

Membincangkan masa depan Indonesia Kita. Sebagai warga Wonogiri, pagi ini sesudah jalan kaki pagi, melalui milis IndoWLI (IndoWireLessIndonesia) yang digerakkan oleh Dr. Onno W. Purbo,saya ingin mengirimkan email ucapan selamat datang di Solo untuk beliau. Tetapi saya juga terpincut untuk membuka kabar-kabar lain yang masuk. Ada kabar yang ditulis oleh Bapak Ade Kuswandi.Menurut saya menarik.
Di bawah ini saya bagikan untuk Anda :

Cerita mahasiswa Indonesia di Ausie.

Nyata.

Suatu pagi,kami menjemput seseorg klien di bandara.Org itu sdh tua,kisaran 60 thn.Si Bpk adl pengusaha asal Singapura,dgn logat bicara gaya melayu & english,beliau menceritakan pengalaman2 hidupnya kpd kami yg msh muda.

Beliau berkata,"Ur country is so rich!" Ah biasa banget denger kata2 itu. Tapi tunggu dulu."Indonesia doesn't need the world,but the world needs Indonesia,"lanjutnya. "Everything can be found here in Indonesia,U don't need the world."

"Mudah saja,Indonesia paru2 dunia.Tebang saja hutan di kalimantan,dunia pasti kiamat. Dunia yg butuh Indonesia!

Singapura is nothing,we can't be rich without Indonesia. 500.000 org Indonesia berlibur ke Singapura tiap bulan.Bisa terbayang uang yg masuk ke kami,apartemen2 terbaru kami yg beli org2 Indonesia,ga peduli harga selangit, laku keras.

Lihatlah RS kami,org Indonesia semua yg berobat.Trus,kalian tau bgmna kalapnya pemerintah kami ketika asap hutan Indonesia masuk? Ya,bener2 panik.Sangat terasa,we are nothing.Kalian tau kan kalo Agustus kmrn dunia krisis beras.Termasuk di Singapura dan Malaysia?

Kalian di Indonesia dgn mudah dpt beras.Liatlah negara kalian, air bersih di mana2,liatlah negara kami,air bersih pun kami beli dari Malaysia. Saya ke Kalimantan pun dlm rangka bisnis,krn pasirnya mengandung permata.Terliat glitter kalo ada matahari bersinar. Penambang jual cuma Rp 3rb/kg ke pabrik china,di pabrik jual kembali seharga Rp 30rb/kg.Saya liat ini sbg peluang.

Kalian sadar tidak kalo negara2 lain selalu takut mengembargo Indonesia! Ya,karena negara kalian memiliki segalanya.Mereka takut kalau kalian mnjadi mandiri,makanya tidak di embargo. Harusnya KALIANLAH YG MENG- EMBARGO DIRI KALIAN SENDIRI. Belilah pangan dr petani2 kita sendiri,belilah tekstil garmen dr pabrik2 sendiri.Tak perlu impor klo bs produk sendiri.

Jika kalian bs mandiri,bisa MENG-EMBARGO DIRI SENDIRI, INDONESIA WILL RULE THE WORLD!!

Plis share ya biar sampe ke seluruh bangsa Indonesia...

Wassalam,
Ade Kuswandi

Terima kasih, Pak Ade Kuswandi.
Pembaca, semoga cerita campur-bawur ini ada manfaatnya bagi Anda.Bagi kita semua. Apakah momen Solo Cyber Day 2011 itu juga dapat kita manfaatkan untuk memperteguh rasa nasionalisme kita, lalu membuat kita tergerak sesuai nasehat tokoh bisnis Singapura itu pula ?


Salam saya dari Wonogiri.


Wonogiri, 1 Desember 2011
Bonus dari acara jalan kaki pagi.

Thursday, November 10, 2011

Broto Happy W., Trah Kita dan Bulutangkis Indonesia




Oleh : Bambang Haryanto
Email : humorline (at) hotmail.com


Sembilan Juara Dunia. Peringatan Hari Pahlawan 10 November 2011 kiranya memiliki makna mendalam bagi seluruh warga trah kita, Trah Martowirono.

Karena salah satu warga kita dari Taler Ke-4 berusaha ikut merayakan hari itu dengan mempersembahkan karyanya bagi bangsa dan negara Indonesia.

Selamat untuk Broto Happy Wondomisnowo !

Wartawan Tabloid BOLA, suami dari Ayu Broto Happy dan ayah dari Ega dan Adis, malam ini (10/11/2011) akan ikut aktif menjadi pelaku sejarah perkembangan dunia olahraga Indonesia. Khususnya dunia perbulutangkisan Indonesia.

Buku karyanya akan diluncurkan berbarengan dengan perayaan HUT Ke-60 PB Tangkas Alfamart di Ballroom Hotel Mulia, Kamis, 10 November 2011, malam. Perkumpulan Bulutangkis (PB) Tangkas Alfamart yang didirikan oleh Keluarga Besar Soehandinata yang pencinta berat olahraga bulutangkis, telah tercatat menelurkan atlet-atlet bulutangkis Indonesia dengan prestasi dunia.

Antara lain, tercatat 9 Juara Dunia, meliputi Ade Chandra (1980), Verawaty Fajrin (1980), Icuk Sugiarto (1983), Joko Suprianto (1993), Ricky Soebagdja/Rexy Mainaky (1995), Hendrawan (2001), Nova Widianto/Lilyana Natsir (2005 dan 2007).

Untuk peraihan medali Olimpiade : Hermawan Susanto (Barcelona, 1992, perunggu), Ricky Soebagdja/Rexy Mainaky (Atlanta, 1996, emas), Hendrawan (Sydney,2000, perak) dan Nova Widianto/Lilyana Natsir (Beijing, 2008, perak).

Pena anak Wonogiri. Semua prestasi dan perjuangan mereka itu dan tokoh terkait lainnya demi mengharumkan nama Indonesia akan diabadikan oleh tulisan Broto Happy Wondomisnowo, yang anak Kajen Wonogiri dan anak ke-enam keluarga Kastanto Hendrowiharso-Sukarni, dalam buku berjudul Baktiku Bagi Indonesia : 60 Tahun Tiada Henti Mencetak Juara, 9 Juara Dunia dan 4 Peraih Medali Olimpiade . Diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama, 2011. 498 halaman.

“Pengerjaan buku ini mungkin bisa masuk Rekor MURI,” kata Broto Happy W. Karena dengan hampir 500 halaman, dikerjakan dalam tempo pendek, sekitar 3 bulan mulai April sampai deadline naskah tanggal 10 Juli. Apalagi penulisan buku ini dikerjakan disela-sela tugas jurnalistik di Tabloid BOLA.

Buku ini merupakan buku bulutangkis ketiga yang ia tulis. Sebelumnya menulis biografi pebulutangkis kontroversial Taufik Hidayat, Magnet di Bulutangkis (2003) dan biografi Hariyanto Arbi, Smash 100 Watt. (2006).

”Buku ini merupakan dedikasi saya untuk dunia bulutangkis Indonesia. Karena sering bergaul dengan para pemain bulutangkis, saya pun termotivasi untuk berbuat sesuatu untuk dunia bulutangkis Indonesia.

Kalau para atlet berjuang demi Merah Putih dengan ayunan raket di tengah lapangan, sedangkan saya lewat kemampuan yang saya miliki, yaitu menulis buku,” tegas Broto Happy W.

Lewat buku pula ia bertekad mengajak dan memotivasi semua warga keluarga besar Trah Martowirono untuk berlomba-lomba dalam mengukir prestasi sesuai dengan bidang dan kemampuannya masing-masing. ”Mari terus berkarya, kreatif, dan tiada henti berinovasi untuk ikut mengharumkan keluarga Trah Martowirono,” pungkasnya.

Acara peluncuran dan hari ulang tahun PB Tangkas Alfamart tersebut direkam dan disiarkan ulang di MetroTV, hari Sabtu, 26 November 2011, Jam 16.00-17.05. Ayo kita menontonnya, sekaligus menjadikannya sebagai inspirasi bagi semua warga Trah Martowirono tercinta kita.

Begitu, bukan ?
Salam sukses untuk Anda semua.


Kramat Jaya Baru, Jakarta, 10 November 2011

Sunday, September 04, 2011

Polodise, Marleytowirono dan Reuni Reggae




Oleh : Bambang Haryanto
Email : humorline (at) hotmail.com



Welcome to my paradise,
where the sky so blue,
where the sunshine so bright

Welcome to my paradise,
where you can be free,
where the parties never ending.


Polokarto, Sukoharjo.
Hari Sabtu 3 September 2011 itu dipayungi dengan langit biru. Matahari pun bersinar gemilang.

Ini bukan gambaran tentang paradise, surga. Tetapi tentang polodise, surga mini di Polokarto, tempat berlangsungnya reuni Trah Martowirono XXV/2011. Reuni dengan balutan kental reggae !

Lihatlah. Lirik lagu reggae terkenal dari kelompok UB 40 diatas, siang itu dilantunkan oleh Slagen Abu Gorda, anggota DPRD Kabupaten Sukoharjo. Wakil rakyat pun, fasih be-reggae-ria. Sajian lagunya itu semakin meronai pesta reggae yang berlangsung sepanjang hari di tempat kediaman keluargaH. Pramono, SE – Siti Fatimah di Glondongan, Mranggen, Polokarto, Sukoharjo.

Putranya, Subekti Agus Ernawan, SE, MM, selaku penggagas acara reuni keluarga bernuansa musik eksotis asal Jamaika itu mengatakan, “komunitas reggae adalah komunitas yang berlandaskan toleransi, kekeluargaan, kerukunan, dan itu sejajar dengan nilai-nilai yang berlaku dalam trah kita pula.”

“Apakah tidak merasa ada keanehan, ketika seorang haji menyelenggarakan pesta reggae ? Apa tidak kuatir akan ada laskar front tertentu yang akan menyatroni acara kita ini ?”

Dijawab oleh Agus, “Itu tidak akan terjadi. Kita menyelenggarakan acara ini demi kebaikan bersama.” Dia benar. Acara berlangsung heboh, kejutan-kejutan terus mengalir, yang diikat sajian musik dari kelompok musik reggae Baks Series dari Kartasura.

Dialog imajiner dan nasehat camat. Acara reuni dibuka jam 10.40 oleh warga trah senior Bapak Untung Suripno dari Taler I yang berasal dari Banguntapan, Bantul, Yogyakarta. Pada intinya, filosofi hidup dari warga trah yang harus kita uri-uri adalah filosofi sebuah sumur.

“Sumur itu airnya harus ditimba, dibagikan, dimanfaatkan. Tetapi bila sumur tersebut tidak pernah digunakan, tidak pernah dimanfaatkan, airnya akan membusuk. Dan bahkan akan beracun,” tegas anak ketiga keluarga Suripti-Sukirman Haswosumarto yang bekerja di Departemen Perindustrian Daerah Istimewa Yogyakarta.

Begitulah, ritus reuni ini ibarat kegiatan bareng-bareng menimba air dari sumur kehidupan masing-masing warga trah. Dengan saling berbagi kabar, duka atau cita, juga bertukar inspirasi. Reuni adalah sebuah oasis, tempat atau rumah di mana kita secara periodik kembali menuju rumah asal, guna menghayati kembali dari mana tempat kita berasal dan dari mana keluarga kita berakar.

Sebagaimana tradisi Lebaran, pada saat yang sama juga dimanfaatkan sebagai ajang silaturahmi, bermaaf-maafan. Sebagai wakil generasi muda trah adalah Ayu Permata Pekerti dari Taler IV dan generasi sepuh diwakili Bawarti, putri pertama dari Eyang Bangin Martosuwiryo.

Trah Martowirono berakar dari desa Kedunggudel, Kenep, Sukoharjo. Martowirono adalah kebayan Kedunggudel, yang wafat tanggal 11 Desember 1972. Istrinya, Jiah, yang dilahirkan tahun 1904 itu wafat dalam usia 92 tahun pada tanggal 16 November 1996. Pasangan ini dikaruniai anak : Suripti, Sutono, Sutejo dan Sukarni.

Bambang Haryanto, anak pertama dari Taler IV Sukarni-Kastanto, mengisi acara lanjutannya. Yaitu berupa dialog imajiner antara cucu dengan kakek-neneknya seputar acara reuni trah bernuansa reggae. Ia pula yang merancang modifikasi nama, dari “Martowirono” kemudian diotak-atik agar bernuansa reggae, sehingga menjadi “Marleytowirono.”

Oleh adiknya, Basnendar Heriprilosadoso yang dosen ISI Solo, foto kedua eyang itu disulap menjadi bergaya rambut dreadlock a la rambutnya Bob Marley. Oleh kakaknya, Mayor Haristanto, rancangan itu disulap menjadi produk antara baliho, syal sampai kaos, sebagai penanda khas reuni keluarga yang menurut Yudha dari kelompok musik reggae Baks Series sebagai, “proposal acara yang unik.”

Ikut memberikan wejangan atau ular-ular adalah Drs. Bhawarto, MM, Camat Pracimantoro, Wonogiri. Ayahnya, Bangin Martosuwiryo, adalah adik terkecil dari Jiah Martowirono. Benar-benar siang itu beliau bercerita, membabar petuah tentang nilai-nilai keluhuran melalui pantun.

Dengan subyek metafora : ular !

Guru besar dari UNS, Prof. Retno Winarni, ikut memberikan sambutan. Beliau kembali menegaskan kegembiraan dan ungkapan salutnya karena telah bisa ikut masuk menjadi warga trah ini. Bahkan untuk reuni tahun 2013 mendatang, beliau dan suaminya, Bapak Agus, telah menyatakan diri siap untuk menjadi tuan rumah acara reuni tersebut.

Acara makin menghangat, ketika topik yang dinantikan telah tiba. Yaitu info keluarga. Yang menjadi ujung tombak adalah taler IV, anak cucu pasangan Sukarni-Kastanto Hendrowiharso. Dimulai dari anak terkecil, Basnendar. Dia antara lain menunjukkan buku yang ia tulis bersama koleganya Ranang As dan Asmoro NP. Berjudul Animasi Kartun Dari Analog Sampai Digital. Disusul Betty Hermisnawaningsih, karyawati CIMB Niaga Solo, yang tampil dengan topeng tokoh buronan KPK, Nunung Nurbaeti. Ia didampingi putranya, Yudhistira yang kelas 8B SMP Negeri 1 Wonogiri.

Keluarga Bastion Hersaptowiningsih-Muhammad Taufik diwakili dua putranya, Yuriko Novean Mahendra dan Yasika Valeri Ocktavian Mahendra. Yuko masih kuliah di ethnomusik di ISI yang ia plesetkan sebagai “institut semrawut indonesia.” Ucapan humoris dan rada “kurang ajar” itu langsung diacungi antem oleh omnya, Basnendar, yang dosen ISI. Sementara Yasika, duduk di kelas XI SMA Negeri 3 Wonogiri, berencana meluncurkan band beraliran metal.

Keluarga Bhakti “Nuning” Hendroyulianingsih-Nano Maryono menceritakan putra pertamanya, Yoga, kini berkarier sebagai pengajar di sebuah perguruan tinggi di Pontianak. Anak nomor 4, Mayor Haristanto-Nani, diwakili putrinya Ayu Permata Pekerti dan Lintang Rembulan, membawa kabar baik: sejak Lebaran telah menempati rumah baru di Nayu Solo. Sekaligus meluncurkan gagasan, reuni trah tahun depan diminta bisa dilangsungkan di tempatnya. Dengan tema, menurut usulan Nuning, adalah : koboi.

Anak ke-3, Bari Hendriatmo, menceritakan putranya Reza Ahimsa Hendriano, telah bekerja di Klaten, “nglanjo Yogya-Klaten pulang-pergi.” Ia lalu menjadi quiz master yang hadiahnya disponsori anak nomer ke-6 Broto Happywondomisnowo yang wartawan Tabloid BOLA dan Dr. Edia Rahayu, dosen UGM, dari Taler I, berupa pakaian batik dengan pewarna alami indigofera. Anak ke-2, Budi Haryono, tampil menirukan aksen turis asing dalam berbahasa Indonesia.

Bambang Haryanto (BH), anak pertama, mengajak para keponakan untuk tampil. Mutiara (SMP Negeri I Yogyakarta, putri kedua dari ibu cantik Endah Lestari yang guru SMA DeBritto Yogyakarta, dari taler I), Dinar (mahasiswi cantik, dari taler II), Heppi (Taler III, mahasiswa FE UMS Surakarta) dan Yasika (Taler IV).

Berempat bergantian membacakan isi teks ucapan terima kasih dalam buku karya BH, Komedikus Erektus : Dagelan Republik Kacau Balau (2010). Yaitu ucapan untuk kedua orang tua, adik-adiknya, dan juga kepada seluruh keluarga besar Trah Martowirono. Sebelumnya, BH juga menunjukkan surat kabar Solopos yang pada hari yang sama telah memuat artikelnya, berjudul “Ritus reuni di era digital.”

(Cerita akan berlanjut).


Wonogiri, 5/9/2011

Thursday, July 28, 2011

Bapak dan Ibu Kastanto Hendrowiharso : Kenangan 2011




Oleh : Bambang Haryanto
Email : humorline (at) hotmail.com


Bulan suci itu menjelang datang lagi.
Selamat datang, Ya Ramadhan.

Sebagai tradisi yang baik, sebulan sebelum masa kewajiban untuk berpuasa sebulan penuh bagi umat muslim itu hadir, bangsa Indonesia, khususnya suku Jawa, mengenal ritus nyadranan..

Yaitu aktivitas mengunjungi makam leluhur, guna mendoakan para pendahulu yang telah wafat itu agar memperoleh hidayah ketentraman dan kesejahteraan abadi di sisiNya.

Keluarga besar Taler-4 Trah Martowirono, yaitu anak cucu keluarga Kastanto Hendrowiharso, selain melakukan kegiatan nyadran juga mengadakan acara tahlilan, yaitu helat pembacaan doa untuk arwah ayah dan ibu kami yang telah menghadap Sang Khalik.

Bapak Kastanto Hendrowiharso, yang dilahirkan di Desa Jambe, Mlopoharjo, Wuryantoro tanggal 21 Januari 1928, telah meninggal dunia di Wonogiri, 9 Desember 1982.

Ibu Sukarni Kastanto Hendrowiharso, lahir di Kedunggudel, Kenep, Sukoharjo pada tanggal 30 Maret 1933, wafat pada tanggal 20 November 1993 di Wonogiri.

Berdoa bersama anak panti. Walau sebagian tidak sempat hadir, dukungan putra-putri yang berdomisili di luar Wonogiri, berperan signifikan. Keluarga Mayor Haristanto (Solo, ia hadir bersama Ibu Nani), Broto Happywondomisnowo di Bogor, Bonny Hastutiyuniasih di Tasikmalaya, Bari Hendriatmojo di Jember sampai Basnendar HPS (Solo), sebagai contohnya.

Sebagai event organizer dilakoni oleh Bapak Nano Maryono, Ibu Nuning Bhakti Hendroyulianingsih (Ngadirojo) yang dibantu Ibu Bastion ‘Iwin’ Hersaptowiningsih dan Betty Hermisnawaningsih.

Ada kekhususan acara tahun ini. Kami mengundang 25 anak panti asuhan “Esti Tomo” dari Mojoroto, Wonogiri. Mereka hadir bersama pengasuhnya, Bapak Soemarno. Ditambah kehadiran 25-an warga tonggo teparo dari Kajen, Giripurwo, Wonogiri, membuat acara Yassinan dan tahlilan malam itu terasa semakin khidmat.

Acara yang khusuk itu hingga paripurna dipandu oleh Bapak Abdurrachman, anggota takmir Masjid Agung At-Takwa Kabupaten Wonogiri.

Subhaanallaahi wa bihamdhi,
subhaanallaahil ‘azhiimi

Maha Suci Allah dan dengan memuji-Nya.
Maha Suci Allah yang Maha Agung.

Ya Allah, ampunilah dan rahmatilah mereka (kedua orang tua kami), selamatkan, dan maafkanlah kesalahan mereka.

Segala puji bagi Allah,
Tuhan Semesta Alam.


Wonogiri, 28/7/2011

Tuesday, July 26, 2011

Mengantar Bapak Soengadi Broto Atmodjo Ke Peristirahatan Abadi



Oleh : Bambang Haryanto
Email : humorline (at) hotmail.com


Makam Kristen Astono Sono Praloyo, Bantar angin, Wonogiri.
Di tempat ini ada dua kerabat Trah Martowirono dimakamkan.

Pertama, Bapak Sriawan(1959-2008) telah meninggalkan kita semua pada hari Selasa Pon, 5 Februari 2009, Jam 04.00 di RSUD Wonogiri.

Beliau meninggalkan istri, Ibu Sri Utami dan Elisa Kristiyana (putri) dan Imanuel Dwiatmojo (putra). Tiga tahun lalu itu, antara lain nampak Bapak Wiranto, Ibu Endang dan keluarga, Bapak Santosa dan istri,ikut melayat.


Kedua, pada hari Selasa (26/7/2011), Bapak Soengadi Broto Atmodjo (foto) diistirahatkan pada komplek makam yang sama.

Hadir mengantar beliau ke peristirahatan abadi, selain Keluarga Besar Haswosumarto yang terdiri dari Bapak Wiranto, Ibu Endang, Baroto, juga hadir kontingen dari Yogya antara lain Bapak Sudoyo dan Ibu Dwi Hastuti.

Keraton Banguntapan hadir dengan anggota regu Bapak Untung Suripno, Ibu Erri dan Frederico.

Kontingen Kayen yang rawuh sejak kemarin malam adalah Bapak Kristyo, Ibu Yayuk yang dikawal Hanum dan Peter. Ibu Endah Sulastri, juga hadir. Dari Sukoharjo, Ibu Harti bersama Slagen Abu Gorda. Ibu Dyah dari Solo, tidak ketinggalan.

Kehadiran semua kerabat ini semoga dapat meneguhkan hati bagi Ibu Suyamsih dan keluarga yang ditinggalkan suami, ayah dan eyang kakung tercinta ini. Kontingen Kajen, Senin (25/7) malam sudah hadir di Selogiri. Bapak Nano, Ibu Nuning, Ibu Iwin, Ibu Betty dan saya sendiri. Mayor Haristanto dari Solo, hadir (26/7) pada upacara pelepasan jenazah di Selogiri.

"Bapak Soengadi Broto Atmodjo telah melakukan ziarahnya secara paripurna," demikian kata pengiburan dari Pendeta Nani Winarni di rumah duka, 25/7/2011, malam. Ziarah yang beliau maksud adalah perjalanan hidup manusia yang senantiasa mengingat dan merasa memperoleh bimbingan dari Tuhan dalam sepanjang umurnya.

Bapak Soengadi Broto Atmodjoyang beliau sebut sebagai pribadi yang sabar, kini telah kembali.Menemui Tuhannya.

Selamat jalan, Bapak Soengadi Broto Atmojo.
Untuk keluarga yang beliau tinggalkan, semoga Tuhan senantiasa melimpahkan tawakal, sabar dan ketegaran.Seluruh warga Trah Martowirono senantiasa mendoakan beliau dan keluarganya.



Wonogiri, 26-27/7/2011

Monday, July 25, 2011

Beristirahat Dalam Damai : Bapak Sungadi Broto Atmojo




Oleh : Bambang Haryanto
Email : humorline (at) hotmail.com


Rombongan dari Kajen harus berhenti di Selogiri. Di rumah keluarga Bapak Sungadi Broto Atmodjo. Waktunya : Rabu, 23 September 2009. Kami saat itu sedang menuju Museum Benteng Vredeburg, Yogyakarta, untuk mengikuti Reuni Trah Martowirono XXIII.

Selain silaturahmi dengan Om Broto dan Bulik Yam, kami juga berniat “membajak” putra pertamanya, Hening Kristanto, sekaligus mobil Panthernya, untuk mengangkut kontingen Taler IV itu ke Yogya. Misi itu berhasil.

Bagi saya pribadi, itu pertemuan terakhir dengan Om Broto. Beliau sempat bercerita tentang kariernya (kalau tak salah) di DPU Wonogiri. Kalau saya, yang bisa saya ceritakan adalah cerita tentang posisi rumah beliau yang dulu, yang berada di sisi barat jalan raya Selogiri. Sekaligus berada di utara sedikit dari rumah keluarga Pakde Haswo dan Bude Suripti Haswosumarto.

Karena kalau saya naik bis dari arah Wonogiri, juga saat ini, pasti harus menoleh dulu ke rumah timur jalan (yang kini ditempati keluarga “Jenderal” Wiranto dan Ibu Endang Markiningsih) dan disusul menoleh ke rumah yang berada di barat jalan, tempat tinggal Om Broto dan keluarganya.

Ritus senam gela-gelo di atas bis itu otomatis berhenti ketika Om Broto tinggal di rumah baru. Rumah itu berada di timur jalan besar Selogiri.

Sugeng tindak, Om Broto. Berbeda dengan saat berkunjung di suasana Lebaran 2009, saya dan warga Trah Martowirono lainnya hari-hari ini akan mengunjungi rumah beliau dalam situasi duka yang mendalam.

Atas kehendak Tuhan Yang Maha Esa, Bapak Sungadi Broto Atmojo, telah dipanggil olehNya. Hari Selasa, 25 Juli 2011, Jam 09.00 di RSUD Soediran Mangun Sumarso, Giriwono, Wonogiri. Dalam usia 74 tahun.

Sugeng tindak, Om Broto.

Atas nama keluarga besar Trah Martowirono, saya mengucapkan bela sungkawa yang mendalam.

Untuk Bulik Suyamsih Broto Atmodjo, juga para putra dan putri Hening Kristanto-Sri Sumami (Jakarta), Nugroho Widihantoro, SS – Hariyani Anggoro Rini, S.Pd (Selogiri), Cahyo Sulistyaningsih, SS – Triyatno, SH (Palembang), Raharjo Budi Santoso, S,Ip – Diana Wuri Handayani (Jakarta) dan Kusuma Wijayanti, AMD, kami doakan semoga Tuhan Yang Maha Pengasih senantiasa memberikan kesabaran dan ketegaran dalam suasana yang sulit saat ini.

Kami yakin pula bahwa limpahan cinta, kasih sayang dan keteladanan dari Eyang Kakung Broto Atmodjo akan selalu hidup dalam kenangan para cucu, Theofilus Lambang Kristian, Nanda Kasih Kristianingtyas, Gagat Raina Paramunanda, Ginanjar Satya Narotama, Gemilang Yoga Anindita, Nikolas Nandiwardana Pratisara, Naomi Naksatra Dwiacitra, Mihael Garda Prasetya dan Gabriel Gavra Ardiona.

Pemakaman direncanakan akan dilangsungkan pada hari Selasa, 26 Juli 2011, Jam 12.00. Di Pemakaman Kristen Sono Praloyo, Bantarangin, Wonogiri.

Sugeng istirahat kanthi tentrem, Om Broto.


Wonogiri, 25/7/2011

Friday, June 24, 2011

Trah Martowirono dan Budaya Mengelola Sampah




Oleh : Bambang Haryanto
Email : humorline (at) hotmail.com


“Sampah di Kota Bandung per harinya mencapai 7.500 meter kubik. Jumlah tersebut setara dengan berat 1.000 gajah.” Demikian laporan koran Solopos, 13 Juli 2010.

Problem sampah adalah problem yang mengepung Indonesia, tambah pakar pemasaran dari Universitas Indonesia, Rhenald Kasali.

Untuk ikut memberi solusi atas masalah kronis itu, di kampung tempat ia tinggal dirinya dan istrinya telah mendidik tetangganya untuk mengubah sampah itu menjadi komoditas ekonomi. Sampah disulap menjadi berkah.

Di Yogyakarta, seorang dosen perguruam tinggi kesehatan, Bambang Suwerda, mengajak masyarakat desanya, Badegan, Trirenggo, Bantul, Yogyakarta, mencanangkan solusi kreatif dalam mengatasi masalah sampah. Mereka bergotong royong mendirikan bank sampah. Saya (BH) berulangkali kontak dengan beliau, berbagi wawasan tentang pengelolaan sampah.

Orang-orang kreatif seperti dia itu langka. Karena banyak dari kita, walau berpendidikan tinggi, sampai orang kantoran yang wira-wiri berbau wangi, masih ignoran ketika mengelola sampah. Berbelanja memakai tas plastik, membuang sampah dari mobil yang melaju sampai perilaku membakar sampah, masih sering kita temui di mana-mana.

Bahaya membakar sampah. Membakar senyawa berbahan dasar chlorine, seperti plastik PVC, menghasilkan senyawa dioxin yang paling berbahaya. Chlorine terdapat dalam berbagai jenis plastik, sehingga saat plastik ini dibakar, maka chlorine dilepas dan dengan cepat bereaksi dengan senyawa lain dan membentuk dioxin. Senyawa terebut sangat tahan lama, dan tidak mudah terurai di alam.

Saat terlepas ke udara, dioxin dapat menempuh jarak yang cukup jauh. Di air, dioxin dapat menumpuk pada tanah sungai, sehingga menempuh perjalanan lebih jauh ke hilir atau masuk ke tubuh ikan. Kebanyakan paparan dioxin yang kita alami terjadi melalui makanan. Sementara, dioxin yang terlepas ke atmosfer menumpuk pada tanaman yang kemudian akan dimakan oleh hewan.

Pada makhluk yang berada di bagian akhir rantai makanan menerima resiko penumpukan dioxin lebih tinggi. Nah, karnivora, seperti manusia mengakumulasi jumlah dioxin tertinggi. Faktanya, 95% dioxin yang dikonsumsi manusia berasal dari lemak hewani. Dalam penelitian, kadar satu per sejuta gram dapat membunuh kelinci percobaan. Hewan itu mati akibat wasting syndrome dalam dua sampai enam minggu.

Beberapa jenis senyawa dioxin, seperti dilansir BemFKUnud.com, diketahui dapat menyebabkan kematian meski pada konsentrasi yang sangat rendah. Kerusakan sistem imun pada manusia, juga dapat terjadi, terutama pada anak-anak. Efek seketika yang terjadi akibat paparan dalam jumlah banyak, misalnya chlorance, yaitu penyakit kulit yang parah dengan lesi menyerupai akne yang terjadi terutama pada wajah dan tubuh bagian atas, serta ruam kulit lainnya, perubahan warna kulit, rambut tubuh yang berlebihan, dan kerusakan pada organ-organ tubuh lain, seperti hati, ginjal dan saluran pencernaan. Masalah kesehatan terbesar adalah bahwa dioxin dapat menyebabkan kanker pada orang dewasa.

Secara global, pembakaran sampah adalah sumber dioxin terbesar yang menyebabkan kontaminasi lingkungan. Di Amerika Serikat, Eropa dan Australia, hukum yang baru dan tindakan langsung dari masyarakat telah menghasilkan penurunan tajam tingkat dioxin di lingkungan sehingga memberikan peningkatan keamanan dan kesehatan untuk semua orang. Sayangnya, banyak masalah besar dioxin masih terjadi di negara-negara lain, sebagaimana terjadi di Indonesia.

Ternyata, membakar sampah itu sangat beresiko. Bahaya yang lebih besar lagi adalah kita selama ini tidak menyadarinya.

Tradisi baik trah. Sebenarnya trah kita, Trah Martowirono, telah memulai tradisi yang baik dalam ikut mengelola sampah. Yaitu saat reuni tahun 2009 dengan tuan rumah Taler 1/Keluarga Suripti-Haswosumarto, dengan tema Enam Djam Di Djogdja, yang berlangsung meriah di Museum Benteng Vredeburg, 23 September 2009. Saat itu masing-masing warga pulangnya disangoni ulih-ulih tas kain (foto) berisi roti lezat untuk disantap. Model pembawa tas dalam foto itu adalah Bapak “Jenderal” Wiranto, yang kini tinggal di rumah pribadinya di Villa Gemantar di Selogiri :-).

Tas kain itu diberikan, tentu dengan membawa pesan cinta lingkungan. Gunakanlah. Karena, menurut lembaga kajian lingkungan dari Bali, IDEP Foundation satu tas kain itu setara dengan penggunaan 1000 tas plastik yang berpotensi menjadi sampah.

“Daripada setiap belanja dapat (tas) plastik yang selalu menumpuk dan cuma jadi sampah, kenapa tidak setiap belanja kita bawa tas (kain) ulih ulih itu saja ? Semoga semua warga trah yang lain juga setuju !”

Itulah komentar menarik dari Anna Sari Nugrahaning Widhi terhadap tulisan berjudul Tas Ulih-Ulih di Facebook dan blog kita ini. Sebagai sarjana biologi dan ibu dua putri, rupanya Sari langsung “klik” dengan ide pro-gerakan lingkungan hidup.

Nalurinya sebagai sebagai seorang ibu seolah terketuk ajakan Michael Jackson dalam lagu indah Heal The World, “Heal the world we live in/Save it for our children…/If you care enough for the living/Make a better place for you and for me,” mendorongnya untuk berbuat sesuatu agar putrinya, Chardia Nectarina Amandava Nugrahati dan Pertha Xactiva Angellica Nugrahati, kelak bisa menghuni dunia yang lebih baik.

Tas-tas plastik itu, lihatlah di sekitar ruang rumah-rumah kita, ia ada di mana-mana. Banyak orang-orang yang wawasan ekologinya minim, tak peduli, lalu menemukan solusi untuk melenyapkan tas-tas plastik itu dengan membakarnya.

Orang-orang idiot ini tidak tahu bahwa asap pembakaan sampah (apalagi yang terbuat dari bahan-bahan plastik) mengandung racun yang mencemari udara yang mereka hirup sendiri dan juga warga lainnya yang tidak berdosa.

Untunglah, pemerintah rada cepat tanggap. Mereka yang melakukan pembakaran sampah, akan terancam dikenai sanksi berat. Koran Solopos 18 Mei 2011, Hal. III, mewartakan tentang UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Seperti disampaikan Kepala KLH Wonogiri, Sri Wahyu Widayatto, dengan merujuk undang-undang tersebut maka mereka yang membakar sampah bisa dikategorikan mengakibatkan pencemaran dan perusakan lingkungan. Sanksinya berat : dipidana penjara 3-10 tahun dan denda antara 3 sampai 10 milyar.

Fihaknya akan mensosialisasikan sanksi tersebut. “Jangan-jangan masyarakat tidak tahu dan tiba-tiba kena sanksi karena hanya membakar sampah,” tegasnya.

Terima kasih Pak Sri Wahyu. Wanti-wanti Anda tersebut kini kami tularkan kepada warga trah kami. Untuk kemaslahatan bersama.

Halo, warga Trah Martowirono yang berada di manca negara, utamanya Mas Rudi Agung, Annasari dan Amanda-Pertha yang kini merintis sukses masa depan di Perth, Australia :-), ditunggu ceritanya bagaimana warga negara maju mengelola sampah-sampah mereka.

PS : Yang gemar olahraga bulu tangkis, saksikan warga kita Broto Happy Wondomisnowo (dari Taler IV) yang mejeng menjadi komentator pertandingan di stasiun televisi Trans 7 selama Turnamen Bulutangkis Indonesia Terbuka 2011.


Wonogiri, 25 Juni 2011

Wednesday, March 30, 2011

78 Tahun Sukarni Kastanto Hendrowiharso




Oleh : Bambang Haryanto
Email : humorline (at) hotmail.com


Come away with me in the night
Come away with me
And I will write you a song

Potongan lirik dari lagu indah “Come away with me” dari Norah Jones itu memang tak terdengar saat ini. Juga tidak terlantun untaian kata-kata lanjutannya : “Saya ingin berjalan bersamamu/Di hari yang berawan/Di padang dengan rerumputan setinggi lutut/Bukankah kau akan ikut ?”

Norah Jones, penyanyi yang pernah menyabet sembilan Grammy Award itu dilahirkan di Brooklyn, New York, 30 Maret 1979. Tanggal yang sama adalah juga tanggal kelahiran aktor dan sutradara AS, Warren Beatty (1937), gitaris Inggris Eric “Tears in Heaven” Clapton (1945), penyanyi Kanada Celine “My Heart Will Go On” Dion (1968), pemain tennis Australia, Samantha Stosur (1984), sampai aktor dan sutradara film Perancis, Jean-Claude Brialy, yang lahir di Aljazair (1933).

Pada tanggal dan tahun yang sama, 30 Maret 1933, di belahan bumi lainnya telah lahir di Kedunggudel, Kenep, Sukoharjo, anak keempat dari pasangan Martowirono. Diberi nama : Sukarni (foto). Ia mengenyam pendidikan Sekolah Rakyat setempat sampai klas 2.

Pada tanggal 15 Oktober 1950 menikah dengan prajurit TNI asal Jambe, Wuryantoro, Wonogiri, bernama Kastanto Hendrowiharso (21 Januari 1928- 9 Desember 1982). Pesta perkawinan dilaksanakan tanggal 9 November 1952 di Kedunggudel. Pasangan ini dikaruniai putra-putri sebelas orang (yang terakhir meninggal saat dilahirkan). Ibu Sukarni wafat pada tanggal 20 November 1993 di Wonogiri.

Hari ini, 30 Maret 2011, adalah tepat 78 tahun hari kelahirannya. Semoga beliau kini tenteram di sisiNya. Meminjam lirik lagunya Celine Dion yang menjadi lagu tema film Titanic (1997), jejak dan keteladanan beliau tidak terhapuskan. Cintanya selalu menjadi panduan dan obor hidup untuk putra-putri dan para cucunya.

“Jauh di seberang jarak yang memisahkan/ruang di antara kita/kau datang menunjukkan cara kau meneruskan...Dekat, jauh, di mana saja kau berada/aku percaya hati itu kan terus menyala.”

Far across the distance
And spaces between us
You have come to show you go on

Near, far, wherever you are
I believe that the heart does go on



Wonogiri, 30-31/3/20

Saturday, February 26, 2011

Kabar Bahagia Dari Banguntapan




“Ada sedikit cerita untuk seluruh anggota Trah ....
Tgl 23 Februari yang lalu, Clara Bunga Persada wisuda S1 di UGM.
Tanggal 25 Februari 2011, Mas Rico ulang tahun ke 28.
Berita ini sangat menggembirakan keluarga kami. terima kasih atas doa semua... “

(Sabtu, 26 Februari 2011).

Itulah kabar gembira yang ditulis oleh Bapak Untung Suripno, yang di akun Facebooknya punya nama keren : Prabu Gusti.

Terima kasih. Atas nama seluruh keluarga besar Trah Martowirono kami mengucapkan selamat berbahagia untuk seluruh keluarga di Banguntapan. Kami semua ikut merasakan semua sukses dan kegembiraan yang terpancar dari sana.

Selamat untuk mBak Bunga. Wisuda adalah prestasi yang pantas untuk disyukuri dan dirayakan. Saya hanya ingin titip catatan kecil, ketika ingat ucapan wartawan terkenal dari AS, Tom Brokaw yang berpesan untuk para wisudawan :

“Anda insan yang berpendidikan. Ijazah Anda menunjukkan gelar Anda. Anda mungkin berfikir bahwa ijazah tersebut merupakan karcis untuk meraih kehidupan yang baik.

Ijinkanlah saya mengajak Anda untuk berfikir alternatif. Berfikirlah bahwa ijazah Anda tersebut merupakan tiket untuk merubah dunia.”

Oh ya, pas mBak Bunga diwisuda, adalah tepat perayaan hari ulang tahunnya si cantik Dakota Fanning dan industrialis computer, Michael Dell.

Untuk Mas Rico, selamat hari ulang tahun. Wah tanggalnya sama dengan kelahiran George Harrison, pentolan The Beatles. Lagu terbaik yang saya sukai darinya, yang saya duga keras insan blasteran Trah Martowirono dan “aborigin” (anak bantul original) yang kini tinggal di Perth, Mas Rudy Nugroho juga tahu, adalah :

My Sweet Lord.
Lagu indah.

Semoga berkah Tuhan Yang Maha Baik selalu bersama Anda di masa-masa mendatang.
Juga seluruh keluarga dan warga besar trah kita.


Bambang Haryanto

Wednesday, February 02, 2011

Dalam Kenangan : Bapak Kawito, SH (1930-2011)




Oleh : Bambang Haryanto
Email : humorline (at) hotmail.com


Reza kini mungkin kehilangan teman.
Untuk berbagi cerita tentang sepakbola.

Karena teman yang sekaligus eyang tercintanya itu, Bapak Kawito (foto), pada tanggal 1 Februari 2011 telah kembali kepangkuan Allah Sang Maha Pencipta.

Beliau wafat dalam usia 81 tahun setelah beberapa hari dirawat di Rumah Sakit Bethesda, Yogyakarta.

Kabar tentang sakitnya beliau saya terima dari Bari Hendriatmo, ayah Reza, hari Senin, 31 Januari 2011. Esok sorenya, kabar duka tentang meninggalnya beliau itu dikirimkan oleh Nuning. Dan hari ini, Nuning, Nano dan saya, memutuskan untuk melayat ke Yogyakarta.

Sugeng tindak, Pak Kawito.”

Beberapa tahun lalu, ketika Reza dikhitan, saya ikut rombongan keluarga Kajen Wonogiri ke Yogyakarta untuk mengikuti acara perhelatan keluarga ini. Obrolan dengan Bapak Kawito yang paling saya ingat adalah tentang sepakbola. Karena kami berdua sama-sama menyenangi tim yang sama : Tim Panzer Jerman.

Setiap kali ketemu Reza, termasuk ketika Reuni Trah Martowirono 2009 di Yogyakarta, selalu saya tanyakan apakah Eyang Kawito masih rajin menonton tayangan langsung sepakbola. Kata Reza, tidak serajin dulu.

Boleh jadi, karena tayangan di televisi biasanya larut malam sehingga tidak kondusif untuk beliau saat ini. Boleh jadi pula, seperti kenangan dari wakil warga Gendeng ketika berpidato mengantar jenazah, Bapak Kawito lebih berfokus pada kegiatan kemasyarakatan, termasuk sebagai anggota Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI), yang beliau ikuti dengan tekun, sepanjang 23 tahun, hingga saat Allah memanggilnya kembali.

Bersatu bersama ibu. Menikmati sepakbola, antara lain, dan kegiatan bermasyarakat, telah beliau terjuni sejak memasuki masa pensiun tahun 1988. Sebelumnya dari daftar riwayat hidup beliau terentang sejarah kehidupan yang kaya warna.

Beliau yang lahir tanggal 11 November 1930, pernah menjadi jaksa di Kejaksaan Negeri Banjarnegara (1963), Bogor (1963-1965), menjabat sebagai Kepala Kejaksaan Kerinci di Jambi (1965-1968), kemudian Kepala Kejaksaan Muara Bungo di Jambi (1968-1971).

Dari Sumatera lalu kembali ke Jawa dengan menjabat sebagai Kepala Kejaksaan Pandeglang, Banten (1971-1977), pindah ke Jawa Timur sebagai Kepala Kejaksaan Bondowoso (1977-1979), lalu meloncat jauh sebagai Asisten Pembinaan Kejaksaan Tinggi di Ambon, Maluku (1980-1984), dan terakhir berbakti kepada negara dan bangsa sebagai Kepala Kejaksaan Negeri Pati, Jawa Tengah (1984-1988).

“Selamat jalan, Pak Kawito.”

Kepergian beliau ke alam baqa ini tentu saja membuahkan kesedihan bagi putra-putri beliau.Utamanya bagi keluarga Widyastini-Susandi, Widyastono-Sri Wijayanti, Widi Nurhayati-Bari Hendriatmo, Wimbo Nurhaeni-Slamet Indarto, Wimbuh Reni Rahayu-Suratno, dan Wigit Satyarini-Dian Hermawan. Juga untuk para cucu, Apit, Ana, Bagus, Reza, Dimas, Ricky, Rika, Tauhid, Shodiq, Agung dan Anissa, juga cicit Ardhana.

Syukurlah, walau berat, keikhlasan nampak meronai suasana upacara pelepasan jenasah di Gendeng, Yogyakarta, hari ini (2/2/2011). Bapak Kawito dimakamkan di Pemakaman Umum Ngawen, Gunungkidul, disamping lahat Ibu Kawito (foto) yang telah mendahului menghadap Sang Khalik 3 tahun sebelumnya.

Seluruh keluarga besar Trah Martowirono ikut berduka cita yang mendalam untuk wafatnya Bapak Kawito, SH. Semoga arwahnya kini sejahtera dan sentosa di sisi Allah. Dan keluarga yang beliau tinggalkan semoga senantiasa memperoleh ketegaran, kesabaran, juga hidayah yang selalu melimpah dari Allah.


Wonogiri, 2/2/2011

tmw