Sunday, September 04, 2011

Polodise, Marleytowirono dan Reuni Reggae




Oleh : Bambang Haryanto
Email : humorline (at) hotmail.com



Welcome to my paradise,
where the sky so blue,
where the sunshine so bright

Welcome to my paradise,
where you can be free,
where the parties never ending.


Polokarto, Sukoharjo.
Hari Sabtu 3 September 2011 itu dipayungi dengan langit biru. Matahari pun bersinar gemilang.

Ini bukan gambaran tentang paradise, surga. Tetapi tentang polodise, surga mini di Polokarto, tempat berlangsungnya reuni Trah Martowirono XXV/2011. Reuni dengan balutan kental reggae !

Lihatlah. Lirik lagu reggae terkenal dari kelompok UB 40 diatas, siang itu dilantunkan oleh Slagen Abu Gorda, anggota DPRD Kabupaten Sukoharjo. Wakil rakyat pun, fasih be-reggae-ria. Sajian lagunya itu semakin meronai pesta reggae yang berlangsung sepanjang hari di tempat kediaman keluargaH. Pramono, SE – Siti Fatimah di Glondongan, Mranggen, Polokarto, Sukoharjo.

Putranya, Subekti Agus Ernawan, SE, MM, selaku penggagas acara reuni keluarga bernuansa musik eksotis asal Jamaika itu mengatakan, “komunitas reggae adalah komunitas yang berlandaskan toleransi, kekeluargaan, kerukunan, dan itu sejajar dengan nilai-nilai yang berlaku dalam trah kita pula.”

“Apakah tidak merasa ada keanehan, ketika seorang haji menyelenggarakan pesta reggae ? Apa tidak kuatir akan ada laskar front tertentu yang akan menyatroni acara kita ini ?”

Dijawab oleh Agus, “Itu tidak akan terjadi. Kita menyelenggarakan acara ini demi kebaikan bersama.” Dia benar. Acara berlangsung heboh, kejutan-kejutan terus mengalir, yang diikat sajian musik dari kelompok musik reggae Baks Series dari Kartasura.

Dialog imajiner dan nasehat camat. Acara reuni dibuka jam 10.40 oleh warga trah senior Bapak Untung Suripno dari Taler I yang berasal dari Banguntapan, Bantul, Yogyakarta. Pada intinya, filosofi hidup dari warga trah yang harus kita uri-uri adalah filosofi sebuah sumur.

“Sumur itu airnya harus ditimba, dibagikan, dimanfaatkan. Tetapi bila sumur tersebut tidak pernah digunakan, tidak pernah dimanfaatkan, airnya akan membusuk. Dan bahkan akan beracun,” tegas anak ketiga keluarga Suripti-Sukirman Haswosumarto yang bekerja di Departemen Perindustrian Daerah Istimewa Yogyakarta.

Begitulah, ritus reuni ini ibarat kegiatan bareng-bareng menimba air dari sumur kehidupan masing-masing warga trah. Dengan saling berbagi kabar, duka atau cita, juga bertukar inspirasi. Reuni adalah sebuah oasis, tempat atau rumah di mana kita secara periodik kembali menuju rumah asal, guna menghayati kembali dari mana tempat kita berasal dan dari mana keluarga kita berakar.

Sebagaimana tradisi Lebaran, pada saat yang sama juga dimanfaatkan sebagai ajang silaturahmi, bermaaf-maafan. Sebagai wakil generasi muda trah adalah Ayu Permata Pekerti dari Taler IV dan generasi sepuh diwakili Bawarti, putri pertama dari Eyang Bangin Martosuwiryo.

Trah Martowirono berakar dari desa Kedunggudel, Kenep, Sukoharjo. Martowirono adalah kebayan Kedunggudel, yang wafat tanggal 11 Desember 1972. Istrinya, Jiah, yang dilahirkan tahun 1904 itu wafat dalam usia 92 tahun pada tanggal 16 November 1996. Pasangan ini dikaruniai anak : Suripti, Sutono, Sutejo dan Sukarni.

Bambang Haryanto, anak pertama dari Taler IV Sukarni-Kastanto, mengisi acara lanjutannya. Yaitu berupa dialog imajiner antara cucu dengan kakek-neneknya seputar acara reuni trah bernuansa reggae. Ia pula yang merancang modifikasi nama, dari “Martowirono” kemudian diotak-atik agar bernuansa reggae, sehingga menjadi “Marleytowirono.”

Oleh adiknya, Basnendar Heriprilosadoso yang dosen ISI Solo, foto kedua eyang itu disulap menjadi bergaya rambut dreadlock a la rambutnya Bob Marley. Oleh kakaknya, Mayor Haristanto, rancangan itu disulap menjadi produk antara baliho, syal sampai kaos, sebagai penanda khas reuni keluarga yang menurut Yudha dari kelompok musik reggae Baks Series sebagai, “proposal acara yang unik.”

Ikut memberikan wejangan atau ular-ular adalah Drs. Bhawarto, MM, Camat Pracimantoro, Wonogiri. Ayahnya, Bangin Martosuwiryo, adalah adik terkecil dari Jiah Martowirono. Benar-benar siang itu beliau bercerita, membabar petuah tentang nilai-nilai keluhuran melalui pantun.

Dengan subyek metafora : ular !

Guru besar dari UNS, Prof. Retno Winarni, ikut memberikan sambutan. Beliau kembali menegaskan kegembiraan dan ungkapan salutnya karena telah bisa ikut masuk menjadi warga trah ini. Bahkan untuk reuni tahun 2013 mendatang, beliau dan suaminya, Bapak Agus, telah menyatakan diri siap untuk menjadi tuan rumah acara reuni tersebut.

Acara makin menghangat, ketika topik yang dinantikan telah tiba. Yaitu info keluarga. Yang menjadi ujung tombak adalah taler IV, anak cucu pasangan Sukarni-Kastanto Hendrowiharso. Dimulai dari anak terkecil, Basnendar. Dia antara lain menunjukkan buku yang ia tulis bersama koleganya Ranang As dan Asmoro NP. Berjudul Animasi Kartun Dari Analog Sampai Digital. Disusul Betty Hermisnawaningsih, karyawati CIMB Niaga Solo, yang tampil dengan topeng tokoh buronan KPK, Nunung Nurbaeti. Ia didampingi putranya, Yudhistira yang kelas 8B SMP Negeri 1 Wonogiri.

Keluarga Bastion Hersaptowiningsih-Muhammad Taufik diwakili dua putranya, Yuriko Novean Mahendra dan Yasika Valeri Ocktavian Mahendra. Yuko masih kuliah di ethnomusik di ISI yang ia plesetkan sebagai “institut semrawut indonesia.” Ucapan humoris dan rada “kurang ajar” itu langsung diacungi antem oleh omnya, Basnendar, yang dosen ISI. Sementara Yasika, duduk di kelas XI SMA Negeri 3 Wonogiri, berencana meluncurkan band beraliran metal.

Keluarga Bhakti “Nuning” Hendroyulianingsih-Nano Maryono menceritakan putra pertamanya, Yoga, kini berkarier sebagai pengajar di sebuah perguruan tinggi di Pontianak. Anak nomor 4, Mayor Haristanto-Nani, diwakili putrinya Ayu Permata Pekerti dan Lintang Rembulan, membawa kabar baik: sejak Lebaran telah menempati rumah baru di Nayu Solo. Sekaligus meluncurkan gagasan, reuni trah tahun depan diminta bisa dilangsungkan di tempatnya. Dengan tema, menurut usulan Nuning, adalah : koboi.

Anak ke-3, Bari Hendriatmo, menceritakan putranya Reza Ahimsa Hendriano, telah bekerja di Klaten, “nglanjo Yogya-Klaten pulang-pergi.” Ia lalu menjadi quiz master yang hadiahnya disponsori anak nomer ke-6 Broto Happywondomisnowo yang wartawan Tabloid BOLA dan Dr. Edia Rahayu, dosen UGM, dari Taler I, berupa pakaian batik dengan pewarna alami indigofera. Anak ke-2, Budi Haryono, tampil menirukan aksen turis asing dalam berbahasa Indonesia.

Bambang Haryanto (BH), anak pertama, mengajak para keponakan untuk tampil. Mutiara (SMP Negeri I Yogyakarta, putri kedua dari ibu cantik Endah Lestari yang guru SMA DeBritto Yogyakarta, dari taler I), Dinar (mahasiswi cantik, dari taler II), Heppi (Taler III, mahasiswa FE UMS Surakarta) dan Yasika (Taler IV).

Berempat bergantian membacakan isi teks ucapan terima kasih dalam buku karya BH, Komedikus Erektus : Dagelan Republik Kacau Balau (2010). Yaitu ucapan untuk kedua orang tua, adik-adiknya, dan juga kepada seluruh keluarga besar Trah Martowirono. Sebelumnya, BH juga menunjukkan surat kabar Solopos yang pada hari yang sama telah memuat artikelnya, berjudul “Ritus reuni di era digital.”

(Cerita akan berlanjut).


Wonogiri, 5/9/2011