Friday, November 02, 2012

Di Batas Hari Engkau Menungguku

Oleh : Untung Suripno


“Bangunlah cintaku. Bangun!! 
Karana jiwaku mengalu-alumu dari dasar laut, 
dan menawarkan padamu sayap-sayap 
di atas gelombang yang mengamuk.
Bangunlah, kerana sunyi telah menghentikan derap kaki kuda 
dan langkah para pejalan kaki “ 


Potongan syair Kahlil Gibran (1883-1931), seorang penyair Lebanon Amerika ini mungkin yang dapat menggambarkan perasaan hati saya setelah 99 hari ditinggal isteri saya menghadap  Bapa di Sorga. 

Banyak saudara dan sahabat sering bersilaturahmi dengan saya untuk menguatkan hati.   

“Kematian adalah sebuah jeda hidup, ikhlaskanlah yang sudah mendahului, yakinlah bahwa almarhumah sudah bahagia di kehidupan kekalnya “    

Itulah salah satu kalimat penghiburan yang sering saya dengar.

Ternyata, kehilangan pasangan hidup oleh sebab kematian bagi saya adalah sebuah peristiwa yang sulit dilupakan. Sejak hari pertama hingga hari ke 99 ini saya sering ditemui almarhumah dalam angan. Saya sering merasa bersalah karena tidak dapat memenuhi beberapa keinginannya. 

Saya tidak menyangka kalau perginya terlalu cepat. Saya merasa kesepian di tengah hari yang sibuk. Ada saat-saat dalam hidup saya sangat merindukan almarhumah sehingga ingin menjemputnya dari alam mimpi dan memeluknya dalam alam nyata. Yang itu tidak akan pernah terjadi lagi.

Tetapi hidup harus terus berjalan. 
Bahkan harus terus diperjuangkan.   
Life must go on,“ begitu kata adik saya memberikan semangat saya dalam melakoni setengah perjanan saya kedepan. 

Kekuatan yang memberi motivasi saya untuk bangkit dalam harapan hidup salah satunya adalah pesan almarhum agar saya mendampingi anak – anak membangun rumah tangga. Saya tidak sedang memaksakan kehendak tetapi dengan sabar akan mendampingi anak-anak saya menemukan belahan hatinya. 

Kekuatan lainnya yang memotivasi saya untuk terus menjalani hidup adalah cintanya almarhumah kepada saya dan anak-anak. Cintanya  tidak pernah meminta tetapi senantiasa memberi, cintanya sering membawanya  menderita, tetapi tidak pernah mendendam. 

Hari – hari kedepan akan saya lewati.  

Guru spiritual saya berpesan : “Pada saat hidupmu berjalan, jangan terlalu sering menatap ke belakang. Sebab saat kamu melihat ke belakang, kamu tidak akan tahu dan tidak akan siap pada apa yang akan menghadang kamu di depan nanti. “

Sisa hidup saya akan saya hibahkan untuk pelayanan kepada sesama. 

Ada satu pesan penting dari almarhum Steve Jobs (1955-2011), pendiri perusahaan Apple yang terkenal, yang sangat berharga bagi siapapun. Yaitu soal kematian. Setiap orang pasti takut kalau bicara kematian. Namun yang pasti kematian adalah hal yang akan dialami setiap makhluk hidup. 

Apa yg akan kita lakukan jika Malaikat memberi tahu bahwa esok hari nyawa kita akan dicabut? Tentu kita akan melakukan hal yang terbaik dalam hidup. Jika kita hidup setiap hari seperti hari terakhir bagi kita, maka kita akan menciptakan sesuatu yang benar-benar besar.

Saya merasa bersyukur karena di tahun 2013 saya dipanggil kembali menjadi anggota Majelis Gereja. Saya sedang berusaha untuk mengisi hidup dengan cara berbuat kebajikan seolah-olah ini adalah hari terakhir hidup saya.   

Hidup ini dimulai bukan saat semua dimulai, tetapi hidup ini dimulai ketika kita mengira semuanya berakhir. Itulah awal hidup yang sesungguhnya.

Ini saya lakukan karena saya sadar bahwa isteri saya menunggu saya di batas hari. 


Yogyakarta, 31 Oktober 2012

Tuesday, September 04, 2012

Trah Martowirono, Reuni Berbalut Country dan Koboi

Oleh : Bambang Haryanto 
Email : humorline (at) hotmail.com 


Reuni Trah Martowirono XXVI/2012. 
Rabu, 22 Agustus 2012. 
Penyelenggara : Taler IV Kastanto Hendrowiharso-Sukarni. 
Lokasi : Dukuhan, Nayu, Kadipiro, Solo. 
Tema : Country dan era cowboy 


Reuni Trah Martowirono 2012 : Country dan Era Cowboy, Lokasi : Dukuhan, Nayu, Kadipiro,Solo ;  22 Agutus 2012  
Semua bergaya koboi. Acara reuni 2012 dikemas dengan gaya country, menghidupkan kembali era koboi, masyarakat agraris yang dekat dan mencintai lingkungan, dengan hubungan yang guyub, gotong royong, dan egaliter. 

Kemasan ini juga ditujukan untuk mendinamisasikan atmosfir pertemuan dan sebagai sarana memacu kreativitas warganya untuk berekspresi. Keunikan itulah yang membuat acara ini ngangeni, dirindukan dan dinantikan setiap tahunnya.


  Reuni Trah Martowirono 2012 : Country dan Era Cowboy, Kelompok musik country, Kobar and Friends sedang tampil, menyemarakkan reuni trah Martowirono bergaya country. Tempat  Dukuhan, Nayu, Kadipiro, Solo, 22 Agustus 2012.  
Endah dan simbah. Kelompok musik country asal Solo Makobar and Friends sedang tampil menyemarakkan reuni Trah Martowirono bergaya country. Cowgirl :-) Endah Sulastri dari Yogya nampak sedang menikmati sajian musiknya. Ia ditemani poster yang memajang foto mBah Martowirono kakung dan putri yang juga berpakaian era koboi. 


Reuni Trah Martowirono 2012 : Country dan Era Cowboy, Adegan khas film-film koboi : penjahat menodong lawannya dengan acungan pistol. Dalam reuni Trah Martowirono 2012, adegan itu hanya untuk berpose di depan kamera. Penodongnya Bambang haryanto, yang ditodong kakanya, Untung Suripno. Pistolnya pun palsu.   
Aksi palsu. Adegan khas film-film koboi : penjahat atau jagoan menodong lawannya dengan acungan pistol. Dalam reuni Trah Martowirono 2012, adegan itu hanya untuk berpose di depan kamera. Penodongnya Bambang Haryanto, yang ditodong kakaknya, Untung Suripno. Pistolnya pun palsu. 

Reuni Trah Martowirono 2012  Bergaya Country dan Era Cowboy Dalam Liputan Harian JogloSemar, 23 Agustus 2012 : Kelompok musik country Makobar & Friends Bersama Fans, Kelompok musik country ternama dari Solo, Makobar & Friends, menjadi penyemarak tak terpiusahkan dari acara reuni. Mereka mengiring semua trah menyanyikan lagu Annie's Song (John Denver) nuntuk mengenang Ny. Erry Untung Suripno, dan juga lagu indah Country Roads (John Denver) di ujung acara. Pembangun suasana. Kelompok musik country ternama dari Solo, Makobar & Friends, menjadi penyemarak tak terpisahkan dari suasana acara reuni kita itu. Juga kehadiran tokoh fanatikus musik country asal Solo, Pak Ponk  yang pengusaha toko asesoris Pramuka ternama di Solo (tengah), menambah bobot acara kita tersebut.

Makobar & Friends dengan piawai mengiringi saat semua trah secara bersama-sama, dipimpin Clara Bunga Persada, menyanyikan lagu Annie's Song (John Denver) yang diubah judulnya menjadi Erry's Song untuk mengenang dengan cinta Ny. Erry Untung Suripno. Suasana pun juga menjadi ceria saat kami bersama  melantunkan lagu indah Country Roads (John Denver) di ujung acara.

Reuni Trah Martowirono 2012  Bergaya Country dan Era Cowboy Dalam Liputan harian Solopos, 23 Agustus 2012, Harian Solopos, 23 Agustus 2012, memberikan liputan secara masif acara reuni Trah Martowirono 2012, terpajang di halaman pertama.  
Halaman terhormat. Suatu kehormatan bagi kita semua warga Trah Martowirono, betapa acara unik kita memperoleh liputan dari koran utama kota Solo, Solopos. Bahkan ditempatkan di halaman pertama, sekadar pertanda betapa acara reuni trah kita itu memiliki resonansi positif yang bermanfaat bagi masyarakat luas.
 
Reuni Trah Martowirono 2012  Bergaya Country dan Era Cowboy Dalam Liputan Harian JogloSemar, 23 Agustus 2012, Harian JogloSemar, 23 Agustus 2012, memuat liputan reuni Trah Martowirono 2012.  
Membanggakan hati. Harian kota Solo lainnya, JogloSemar, edisi 23 Agustus 2012, juga memajang liputan tentang acara reuni kita yang terkemas secara unik itu. Semoga kegembiraan kita semua itu juga mampu memercikkan inspirasi dan kreativitas bagi komunitas trah-trah lainnya. 


Wonogiri, 5 September 2012

Thursday, August 23, 2012

John Denver, Erry's Song dan Reuni XXVI Trah Martowirono

Oleh : Bambang Haryanto
Email : humorline (at) hotmail.com



John Denver (1943-1997), penyanyi country, pencipta lagu dan aktivis kemanusiaan. Di antara 300 karyanya, lagu-lagu terkenalnya antara lain "Take Me Home, Country Roads", "Rocky Mountain High", dan "Sunshine on My Shoulders.”

Pada usia 11 tahun  John Denver menerima hadiah sebuah gitar akustik dari neneknya, yang membuatnya mampu tampil di klub-klub lokal ketika duduk sebagai mahasiswa.

Yang menyamakan John Denver dengan sebagian warga trah kita, ia anak tentara, angkatan udara. Hal itu pula yang membentuk dirinya pada usia dewasa untuk menjadi pilot andalan, sekaligus jalan terbaik yang dipilihkan Tuhan untuk menemui ajalnya.

Penghormatan dan eskpresi cinta keluarga untuk Herpadmiatun, 31 Juli 2012

John Denver punya ucapan menarik tentang ajal.
“Kematian bukan sebuah akhir, tetapi merupakan lambang  gerakan menyusuri jejak perjalanan yang akan ditempuh oleh kita semua. Sebagaimana  penderitaan karena kita kehilangan kontak dengan seseorang yang kita cintai, spiritnya tak akan pernah hilang. Kita selalu dan selamanya terus menjadi bagian dari yang lainnya.”

Kesedihan dan duka telah mampu ia ubah menjadi sesuatu yang indah, seperti tercermin dalam lagu ciptaannya, Annie’s Song. Lagu itu ia gubah untuk mengenang istri pertamanya, Annie Martell. Padahal waktu bercerai, ia dikabarkan sempat mau mencekik istrinya. Dan dengan gergaji mesin ia membelah jadi dua ranjang pengantinnya.

Tapi simaklah lirik lagu Annie’s Song itu.

“Engkau merasuki jiwaku seperti malam memeluk hutan, seperti gunung-gunung di musim semi, seperti berjalan di bawah hujan, seperti badai di padang pasir, seperti mengantuknya permukaan laut yang biru. Engkau merasuki jiwaku, mengisinya sekali lagi.”

Duka telah mampu ia jalani.
Bahkan juga ia kenang sebagai keindahan. 

“John Denver, kau kini telah bersama Tuhan. Ijinkanlah aku hari ini untuk mengubah judul lagumu itu, dengan nama orang yang sama-sama kami cintai. Dan setiap kali mendengarkan lagu ini, akan kami kenangkan cinta akan kebaikannya

Judul semula Annie’s Song dan hari ini dan selanjutnya, bagi semua trah kita, judulnya menjadi : Erry’s Song.  

Mas Untung, Rico dan Bunga, lagu ini khusus untuk Anda.


Wonogiri, 22 Agustus 2012


*) Obituari untuk mengenang wafatnya Herpadmiatun (3 Juni 1956-30 Juli 2012) ditulis dan dibacakan oleh Bambang Haryanto dalam acara Reuni XXVI Trah Martowirono di Dukuhan, Nayu, Kadipiro, Solo. Reuni kali ini bertemakan country.

Monday, August 20, 2012

Reuni Trah Martowirono 2012 Bergaya Country dan Koboi

Oleh : Bambang Haryanto
Email : humorline (at) hotmail.com


Fenomena mudik Lebaran yang menggerakkan jutaan manusia untuk ramai-ramai pulang kampung antara lain dipicu oleh hasrat manusiawi setiap insan untuk kembali ke akar.

Apalagi bagi mereka yang tinggal di perkotaan dengan pergaulan yang cenderung berorientasi ekonomi, di mana hubungan antar manusia berlangsung dingin, manipulatif, penuh kalkulasi dan sarat nuansa persaingan.

Suasana Lebaran yang agamis dan humanis kemudian menginpirasi banyak warga untuk menghidupkan atmosfir pergaulan antarsesama secara hangat, terbuka, apa adanya, fitri, dan itu terjadi dalam perisitiwa yang disebut sebagai reuni.

Rumusan Naisbitt. Anak-cucu dan keturunan Trah Martowirono tidak pula luput dari dinamika universal tersebut. Meminjam rumusan “high tech, high touch,” dari futuris John Naisbitt dalam bukunya Megatrend (1982), telah ia jelaskan betapa  semakin terlibatnya teknologi dalam kehidupan seseorang maka semakin penting pula nilai-nilai spiritual bagi individu bersangkutan.

Semakin seseorang terlibat dalam kehidupan berskala global, dirinya semakin berusaha mencari nilai-nilai lokal sebagai pegangannya.

Nilai-nilai lokal itu disemai dan dipersubur dalam ritus reuni, di mana untuk Trah Martowirono penyelenggaraan acara pertemuan tahunan yang ke-26 kali tahun 2012 ini dilakukan di Dukuhan Nayu, Kadipiro, Solo.

Ia ibarat sebuah ritus “kembali ke oasis, menengok akar, untuk memperoleh asupan rohani sebagai bekal mengarungi kehidupan di masa datang.”

Reuni Trah Martowirono 2012 : Country dan Era
Cowboy

 Memacu kreativitas. Acara reuni 2012 dikemas dengan gaya country, menghidupkan kembali era koboi, masyarakat agraris yang dekat dan mencintai lingkungan, dengan hubungan yang guyub, gotong royong, dan  egaliter. 

Kemasan ini juga ditujukan untuk mendinamisasikan atmosfir pertemuan dan sebagai sarana memacu kreativitas warganya untuk berekspresi. Keunikan itulah yang membuat acara ini ngangeni, dirindukan dan dinantikan.

Pada reuni 2009 mengambil tema perjuangan revolusi 1945 dengan tajuk “6 Djam di Djokdja”, reuni tahun 2010 dengan tema semarak sepakbola (Jombor, Sukoharjo), tahun 2011 di Polokarto, Sukoharjo dengan tema reggae, dan kini di Solo 2012 dengan tema  “Take Me Home, Country Roads” yang diilhami lagu topnya John Denver.

Benih Trah Martowirono disemaikan di desa Kedung Gudel, Kelurahan Kenep Sukoharjo. Martowirono adalah seorang bayan desa (dalam poster ditampilkan sebagai sheriff)  memiliki 4 anak, Suripti, Sutono, Sutejo dan Sukarni.  

Dari keempat anak itu telah hadir keturunan yang berkiprah di pelbagai belahan negeri ini. Kalimantan, Lampung, Bogor, Yogyakarta, Solo, Sukoharjo, Wonogiri, sampai Jember.

Untuk mengomunikasikan kabar keluarga, telah pula diluncurkan blog Trah Martowirono, di : http://trah.blogspot.com.

Friday, August 03, 2012

Dia Begitu Sayang Keluarga : In Memoriam Mbak Eri Herpadmiatun (3 Juni 1956-30 Juli 2012)

Oleh : Broto Happy Wondomisnowo



Mengejutkan. Sebuah pesan singkat datang dari Mas Mayor, Senin, 30 Juli 2012, jam16.35. Kabar duka ternyata. Berita yang tertulis di layar HP:

“Berita lelayu dr Mbak Yayuk Jogja, bahwa Mbak Eri istrinya Mas Untung baru saja meninggal dunia. Info berikutnya nyusul. Mayor.”

Innalilahi wa Inna Ilaihi rojiun. 
Itu kalimat pertama yang keluar dari mulut saya.

Tanpa berlama-lama, saya pun segera mengirim pesan singkat kepada kepada Mas Untung. Isinya, tidak lain saya dan keluarga mengucapkan berbela sungkawa yang mendalam atas berpulangnya Mbak Eri menghadap Sang Khalik. 

Berita berpulangnya Mbak Eri memang mengejutkan. Termasuk saya pun kaget. Seluruh warga Trah Marto Wirono pun pasti tidak mengira Mbak Eri akan begitu cepat berpulang meninggalkan kita. 

Akhirnya hanya doa tulus yang saya panjatkan. Saya cuma bisa memohon kepada Sang pencipa Alam Semesta, semoga Mbak Eri damai di surga. Sementara keluarga yang ditinggalkan, diberi ketabahan dan kekuatan iman. Amin!

Montir motor Kaliurang. Saya memang tidak begitu banyak bertemu dan bergaul dengan Mbak Eri. Ini berbeda dengan mbak-mbak saya yang lain.

Dulu ketika awal tahun 1990-an masih sebagai kontributor Tabloid BOLA untuk Jateng dan  Yogyakarta, saya malah lebih sering main ke rumah Mbak Yayuk di sebelah timur Stadion Mandala Krida, Yogyakarta. Di tempat ini pula saya bisa bertemu Mbak Endah. Begitu juga ketika Mbak Yayuk pindah ke Besi, Kaliurang, Yogyakarta utara.

Bahkan, ke tempat Mbak Dwi di Kaliurang juga pernah saya sambangi. Malah kala itu tidak sengaja saya mau minta tolong kepada seseorang yang tengah memperbaiki motor untuk menanyakan di mana tempat TC para pelari jarak jauh Indonesia yang disiapkan ke SEA Games 1991 di Manila, Filipina. Jebulnya, lelaki yang tengah ngotak-atik sepeda motor itu adalah Mas Doyo, suaminya Mbak Dwi!

Penuh perhatian. Kembali ke laptop. Uniknya, mengapa ya setiap ada liputan ke Yogya, saya kok malah jarang mampir ke rumah Mas Untung. Jadi, bisa dibilang hubungan dengan Mbak Eri tidaklah seintens dengan mbak-mbak yang lain.

Meski begitu, bisa saya sampaikan bahwa Mbak Eri itu ternyata sangat perhatian kepada adik-adiknya, melebihi mbak-mbak yang lain malah. Dia tak hanya sebagai ibu. Dia juga seorang kakak yang hangat, dan mungkin juga bisa disebut sebagai teman yang begitu hangat, penuh perhatian dan menyenangkan!

Setiap bersua dengan saya dalam berbagai acara pertemuan Trah Martowirono, selalu yang ditanyakan pertama adalah bagaimana kondisi keluarga saya. Berkali-kali dan selalu, malah. Setiap bertemu saya, kalimat pertama yang meluncur adalah, “Bagaimana kabar anak-istri, dik Happy?”

Memang hanya kalimat pendek. Namun, pertanyaan dan mungkin lebih tepat sebagai pernyataan itu sungguh menunjukkan betapa Mbak Eri begitu cinta dengan keluarga. Tidak hanya keluarganya sendiri, Mas Untung, Rico dan Bunga, tetapi juga keluarga adik-adiknya yang terserak dan tersebar di mana-mana!

Sungguh, sapaan Mbak Eri itu akan saya kenang terus. Hanya, sapaan hangat dan penuh kasih itu kini hanya tinggal kenangan. Sosok ibu, kakak, dan teman itu kini sudah damai di rumah Bapa di Surga. Yang saya kenang hanya tentang sosok Mbak Eri yang hangat, ramah, dan penuh perhatian terhadap keluarga!

Kini, Mbak Eri sudah damai di surga. Semoga segala bimbingan, pahala, dan budi baiknya mendapat balasan setimpal dari Sang Maha Penyayang. 

Rest in peace, Mbak Eri…..


Bogor, 3 Agustus 2012

Wednesday, August 01, 2012

Kekasih Hatiku Telah Pergi

*Sedikit kisah hari-hari terakhir orang yang kami kasihi :
Herpadmiatun (3 Juni 1956-30 Juli 2012)

Oleh : Untung Suripno  

Hari Yang Ku Kenang. Hari Kamis, 26 Juli 2012 yang lalu adalah hari sangat terkenang bagi keluargaku.

Saat itu, pukul 01.00 wib dini hari. Isteriku belum tidur, saya belum tidur. Isteriku di kamar melamun merenda angan, saya di meja makan melihat acara televisi.

Tiba – tiba ada suara nyaring dari dalam kamar. Isteri saya merasa dadanya sesak tidak lancar bernafas. Saya bergegas menghampiri. Isteriku terus merasa sakit dadanya. Saya memutuskan untuk membawa isteri pergi ke Rumah Sakir Bethesda.

Saya mengangkat isteri masuk ke mobil. Tidur di tempat duduk bagian tengah. Saya mengemudi. Mobil terpacu kencang menuju rumah sakit dan masuk di IGD Rumah Sakit Bethesda.

Isteriku ditangani dokter jaga. Dadanya sudah berkurang sakitnya. Siang hari dia sudah diijinkan pulang sambil diberi obat untuk pemulihan. Obat itu untuk penyembuhan selama lima hari dan Senin harus kontrol lagi. Setelah itu, hari–hari penyembuhan dimulai. Isteriku istirahat dirumah. Saya tidak bekerja keluar rumah. Kamis, Jum’at, Sabtu saya menemani isteri di rumah.

Di saat – saat pemulihan kesehatan, isteri saya sering duduk merenung. Tidur tidak nyenyak, makan apapun dirasa kurang enak. Sabtu malam isteri saya memanggil saya untuk menemani duduk. Dia memgang tangan saya dan dia berkata lirih … “ saya minta maaf pa. “ Saat itu saya tidak tahu apa makna kata–kata itu. Karena saya merasa bahwa isteri saya tidak punya salah dengan saya.  

Minggu Yang Tak Terlupa. Minggu itu (29 Juli 2012), pagi hari, isteri saya sudah bangun lebih awal. Dia membuat minum susu untuk saya dan Rico, anak saya. Saya bangun, seperti biasa saya menuju meja makan untuk minum pagi. Ketika saya minum di meja makan, Rico masih tidur, isteri saya di kamar mandi. Ketika keluar dari kamar mandi, isteri saya berteriak “tolong, tolong… “ dan dia jatuh di depan kamar mandi.

Saya berlari, Rico berlari menghampiri dia yang jatuh. Isteri saya lemas. Dia ingin dibawa ke rumah sakit. Saat itu kurang lebih jam 07.00 pagi. Dengan kencang mobil dipacu Rico menuju rumah sakit. Saya memijit tangan isteri saya yang merasa lemas. Isteri saya masuk IGD RS Bethesda yang kedua.

Ada tindakan penyembuhan yang dilakukan oleh dokter dan perawat. Akan disuntik obat pengurang rasa sakit tetapi tensi rendah sehingga harus dipacu agar tensi naik. Hasil telaah medis, isteri saya dinyatakan sakit jantung dan disarankan untuk dibawa ke rumah sakit Dr. Sarjito. Saat itu jam 09.00 pagi. Bunga yang masih kerja di Jakarta saya telepon segera pulang.

Setelah berkomunikasi dengan RS Sarjito dan minta bantuan dr. Rendi yang ada di RS Sarjito, maka isteri saya bisa diterima di RS Sarjito. Saya tidak melihat ambulan yang membawa isteri saya ke Sarjito.

Dia ditemani Rico dan saya harus pulang ke rumah untuk mengambil sesuatu. Saya bergegas dari rumah ke RS Sarjito. Jarak itu terasa sangat jauh…..karena saya merasa harus segera tiba di Sarjito. Disana sudah ditunggu dokter Rendi, Rico dan isteri saya yang sakit.

Di IGD RS Sarjito saya ditemui dokter Rendi. Saya diberi informasi bahwa isteri saya sakit penyumbatan saluran darah di jantung. Dia harus dioperasi untuk di pasang ring. Saya setuju. Isteri saya ditanya oleh Rico dan dia setuju. “ Aku pingin cepat sembuh dan pulang, “ katanya sambil terisak. Saat itu pukul 10.00 pagi.

Ruang operasi disiapkan, isteri saya menunggu, saya dan Rico menunggu di dekat isteri saya yang terbaring lemas, sesak nafas dan sakit di dada. Saya diberi obat untuk diminumkan ke isteri saya, segera akan saya minumkan. Saya sedang mencari air putih untuk meminumkan obat. Saat itu isteri saya mengeluh kepalanya pusing….. hanya dalam hitungan detik dan isteri saya tidak sadarkan diri.

Seluruh dokter yang ada disitu bergerak untuk menangani isteri saya. Nafasnya berhenti. Oksigen dan nafas buatan tidak mampu memacu kerja jantungnya. Isteriku harus dibantu dengan ditekan dadanya untuk membangun pernafasan ekstra. Dokter yang ada mengatakan bahwa isteri saya kritis. Saya diminta berdoa. Saya berdoa di dekat telinga isteri saya.

Saya menangis, Rico di dekat saya menangis. Inilah air mata yang jarang saya keluarkan membasahi pipi saya. Rico juga tidak pernah menangis. Kali ini saya baru melihat Rico menangis yang pertama kali. Masa koma ini berjalan hampir dua jam. Saya hanya berharap menyaksikan keajaiban untuk hidup isteri saya. Saya bisikkan ke telinga isteri saya bahwa Bunga, anak yang dicintai sedang dalam perjalanan dari Jakarta.

“Sebentar lagi Bunga datang,”kata saya. Isteri saya menghela nafas pelan dan terus berangsur–angsur nafas itu ada. Kata dokter, nadi itu berdenyut lagi. Inilah kemukjizatan pertama yang saya lihat atas hidup isteri saya. Saya menghela nafas. “Terima kasih Tuhan,“ kata saya lirih. Dalam hati saya menyatakan bahwa isteri saya telah “hidup” kembali.

Saat itu saya mulai memberi informasi ke banyak saudara bahwa isteri saya masuk rumah sakit dan akan operasi jantung.

Keluarga Untung Suripno, Reuni Trah Martowirono 2011, Polokarto, Keluarga Untung Suripno memberikan laporan tentang keluarganya, diwakili Frederico Ario Damar, ke kanan : Citra Bunga Persada, Ny. Eri Untung, Untung Suripno. Diperhatikan oleh Basnendar.

Kita semua merindukannya. Keluarga Untung Suripno sedang melakukan presentasi di tengah acara reuni Trah Martowirono di Polokarto, 2 September 2011. Diwakili oleh Frederico Ario Damar, disaksikan oleh adiknya Citra Bunga Persada, mamanya Ny. Eri Herpadmiatun Untung Suripno dan Untung Suripno. Di tempat yang sama hampir sepuluh tahun yang lalu, pada pertemuan Trah Martowirono XVI,  Sabtu, 7 Desember 2002,  sarjana geologi UGM itu secara tulus, jenaka dan terbuka mengatakan tentang  mamanya  dengan ungkapan : “Mama adalah mama yang luar biasa !”

Momen itu, hadirnya ekspresi kerukunan dan kehangatan hubungan keluarga,merupakan momen yang akan selalu dirindukan oleh seluruh warga Trah Martowirono. Reuni tahun 2011 ini ternyata menjadi perjumpaan terakhir dengan mamanya Rico dan Bunga, dan juga kekasih Bapak Untung Suripno. "Sugeng tindak, mBak Eri. Kita semua merindukan Anda." [BH].


Pukul 13.07 WIB tempat tidur isteri saya mulai didorong masuk ke ruang operasi. Pintu ruang operasi itu ditutup pelan. Saya dan Rico ada di depan pintu. Kami berdua diam sambil menahan rasa sedih. Kami malu untuk menangis lagi.

Saya mengajak berdoa Rico, Nino dan Paul. Kami berdiri berempat. Kami berdoa dan tidak mampu menahan air mata. Saat penantian itu terasa terlalu lama. Pendeta Apy Heny datang. Beliau mengajak berdoa lagi. Saat itu saya ingin terus berdoa. Karena doa ini menjadi kekuatan dan pengharapan yang bisa saya lakukan.

Pukul 14.12 wib saya dipanggil dokter untuk masuk ke ruang operasi. Untuk mendapat penjelasan tentang proses operasi yang sudah dilakukan untuk isteri saya. Saya melihat isteri saya terkulai diam. Isteri saya tidak bisa melihat saya yang sedang berharap atas kesembuhannya.

Tempat tidur dorong itu keluar dari ruang operasi. Isteri saya tetap tidak sadar. Saya ingin membawa isteri saya segera pulang. Saya berbisik di telinganya tetapi dia diam. Hanya helaan nafas yang pelan. Itu saja sudah cukup memberi harapan bagi saya dan anak – anak saya untuk menunggu dia pulang.

Tempat tidur isteri saya memasuki ruang ICCU. Saya menemui beberapa saudara yang sudah datang dengan air mata. Semua duduk diam dengan angan yang sama yaitu kesembuhan isteri saya.Bunga datang di RS Sarjito. Dia langsung menemui ibunya yang sering mengirim pesan padanya.

Air mata Bunga membasahi kaki ibunya. Air mata yang tidak pernah keluar sejak kecilnya. Bunga datang tapi ibunya tidak tahu kalau Bunga sedang membasahi kakinya dengan air mata.

Hari Terakhirnya. Hari kedua di ruang ICCU ternyata menjadi hari terakhir bagi isteri saya. Pagi hari, saya dan anak–anak saling bergantian menghampiri tempat tidur isteri saya.

Dia tidur. Matanya terpejam. Kami sering menyeka air mata yang keluar dari matanya yang terpejam. Saya dan anak–anak membicarakan tentang perkembangan kesehatan isteri saya. Kami menyimpulkan bahwa perkembangan isteri saya semakin baik.

Nafasnya mulai berangsur teratur walau masih lemah. Kami berharap ibunya anak–anak saya segera pulang. Bunga ingin mengajak ibunya untuk tetirah di Jakarta menunggui dia bekerja.

Jam berkunjung hari kedua ternyata hari terakhir isteri saya beristirahat di rumah sakit. Pukul 16.00 yang merupakan jam kunjungan di ICCU yang senantiasa kami tunggu ternyata membawa duka.

Saya dipanggil dokter untuk ketemu secara khusus. Dokter menjelaskan tentang kondisi isteri saya yang memburuk. Rico dan Bunga saya panggil untuk mendekati ibunya yang sedang melawan penyakitnya. Dokter meminta kami semua berdoa dekat dengan isteri saya.

Kami tidak siap melepas orang yang kami cintai. Inilah saat–saat yang kami benci. Kami harus melepas orang yang kami cintai dengan sakit yang menghantar perginya. Waktu menjadi beku, tidak ada kata yang dapat terucap kecuali isak dan air mata.

Kekasih hatiku pergi dengan tenang tanpa pesan yang terucap di akhir hidupnya. Isteriku telah pergi, ibuku telah pergi. Tuhan berfirman bahwa kekasihku telah pergi ke sorga.

Dia telah pergi meninggalkan orang yang dicintai. Dia belum dapat menikmati hasil jerih payahnya selama ini. Dia ingin menimang cucu-cucu yang lucu. Dia ingin menyaksikan keluarga baru bagi anak–anaknya.

Selamat jalan kekasihku.
Kita semua akan bertemu di alam kelanggengan.

Isteriku pulang kerumah disambut oleh banyak orang. Para tamu menyanyikan lagu Doa Ibu. Isteriku diam. Tetapi kami semua percaya bahwa kekasihku telah tenang di sorga. Dia akan bahagia ketika menyaksikan belahan jiwanya hidup dalam kasih Tuhan.

Saya baru sadar, ketika dia minta maaf kepada saya karena ternyata dia meninggalkan saya lebih dahulu dan dia titip anak - anaknya agar saya dampingi dalam membangun keluarga.

Banguntapan, 30 Juli 2012

Tuesday, July 31, 2012

Mbak Eri Tercinta (1956-2012) Dalam Kenangan

Oleh : Bambang Haryanto
Email : humorline (at) hotmail.com


Ny. Eri Untung Suripno, 2009, Pmeran batik bertema "Batik Jogja Untuk Indonesia" di Yogayakarta dihadiri Ibu Eri Untung Suripno.Nampak berbincang dengan Sinta Pratiwi mengenai warna alami batik indigofera. 

Testimoni Rico. Sebagian besar warga Trah Martowirono pasti mudah mengingat ketika Frederico Ario Damar, putra sulung keluarga Urip Suripno, tampil sebagai juru bicara keluarganya dalam acara reuni Trah kita dan bercerita tentang mamanya. Itu terjadi hampir sepuluh tahun yang lalu, pada pertemuan Trah Martowirono XVI di Polokarto, Sukoharjo, Sabtu, 7 Desember 2002.

Sarjana geologi UGM itu secara tulus, jenaka dan terbuka mengatakan bila mamanya, Ny. Eri Untung Suripno (foto, kiri) sebagai : “Mama adalah mama yang luar biasa !” Kini, 31 Juli 2012, kita semua menjadi tercenung ketika membaca tulisan singkat Rico di akun Facebooknya : "Rest in peace mom..."

Kita semua tercekat.
Dalam kepedihan. Dalam doa. Mama yang luar biasa itu mendadak pergi.
Kini beliau semoga tenteram dan sejahtera disisiNya.
"Selamat jalan, mBak Eri." 

Terlahir dengan nama Herpadmiatun, lahir di Klaten 3 Juni 1956. Wafat di RS Sardjito Yogyakarta, Senin, 30 Juli 2012. Foto di atas saya jepret tahun 2009 dalam pameran "Batik Jogja Untuk Indonesia" yang diselenggarakan oleh Mas Untung (foto latar belakang,batik putih). mBak Eri sedang berbincang tentang pewarna batik alami dengan Shinta Pertiwi di anjungan Gama Blue Indigo ND. Semoga rangkaian tulisan ini mampu menyajikan sekilas-lintas keberadaan beliau dalam keluarga besar Trah Martowirono.  
  

Mayor Haristanto >> Warga Trah Martowirono
Senin,30 Juli 2012, jam 16:59.

• telah berpulang mbak eri, isteri mas untung, sore ini. mari kjita doakan bersama semoga arwah mbak eri diberikan jalan terang, jalan yang yang lebar dan diampuni semua salah dan kilafnya... pemakaman menunggu info lebih lanjut..selamat jalan mbak eri..untuk keluarga yang ditinggalkannya semoga diberi kekuatan dan kesabaran lebih.  

Warga Trah Martowirono
Senin,30 Juli 2012 jam 17:09

Seluruh keluarga besar Warga Trah Martowirono menyampaikan belasungkawa yang mendalam untuk keluarga Bapak Untung Suripno (Prabu Gusti), Frederico Ario Damar, Clara Bunga Persada dan seluruh keluarga Trah Pawirosemito.

Jasa, keteladanan dan katresnan panjenenganipun mBak Eri tumrap keluarga besar Trah Martowirono, tansah ngremboko ing kenangan sedoyo wargo. Sugeng tindak, mBak Eri. Sugeng kondur abadi kanti tentrem ing ayunanipun Sang Hyang Murbeng Dumadi.  

Warga Trah Martowirono
Senin,30 Juli 2012 jam 17:20

Kenangan mendalam atas diri mBak Eri yang menaruh perhatian kepada batik, sesuatu yang juga berakar dalam tradisi Warga Trah Martowirono, telah didokumentasikan dalam catatan Bambang Haryanto di blog ini : klik disini.

Mbax Wie
22 jam yang lalu

Nderek belo sungkowo...

Anna Sari Nugrahaning Widhi 
21 jam yang lalu

Om...trima kasih...sdh mengupload kabar duka ini..
Sehingga kami yg jauh bisa mendengar kabar ini
SELAMAT JALAN bulik....banyak hal yg bisa kami kenang bersama Bulik....Duka Kami yg Mendalam...
OM Untung dik Bunga dan Dik Rico yg di tinggalkan semoga tetap di beri kekuatan dan penghiburan dr Tuhan....
# slm dan doa Kami Rudy Annasari Manda n Pertha..

Warga Trah Martowirono
11 jam yang lalu

Semalam, Om Bawarto dan Bulik, Tito dan Bowi (putranya), Om Pujo dan Lik Bawarti,dan Lik Tun bersama Bambang Haryanto, sudah melawat ke Banguntapan. Bertemu dengan keluarga besar Haswosumarto. Budi Haryono juga sudah hadir. Kami berdoa melepas kepergian mbakyu kami, Herpadmiatun (3 Juni 1956-30 Juli 2012), untuk kembali ke haribaan Allah.

Muncul momen mengharukan dan sekaligus keteladanan, yaitu sikap tegar dari Mas Untung "Prabu Gusti" Suripno di tengah suasana duka ini. Yaitu beliau segera menulis semacam obituari, curahan hati untuk mengenang istri tercinta. "Esok, tulisan ini akan dibagikan kepada seluruh pelayat," katanya. Itu ide yang brilyan dan mulia. Dan alangkah baiknya, di hari-hari mendatang, semua curahan hati, baik rasa kehilangan, kesedihan sampai pengharapan, dituangkan dalam bentuk tulisan.

Sebab kalau semua galau itu hanya tersimpan di benak,bergulung-gulung disitu, dampaknya tidak baik bagi kejiwaan sampai kesehatan fisik. Sementara bila semua uneg-uneg itu sudah tertuang dalam tulisan, maka beban jiwa akan terasa lebih ringan. [Klik : writing therapy].

Beban itu sudah berjarak dari diri kita sehingga lebih mudah diurai, dianalisis, sehingga memungkinkan munculnya pelbagai solusi dari pikiran jernih dan kondisi kejiwaan yang lebih stabil.

Ayo terus ditulis semua beban Anda, ya Mas Untung.

Nanti tak akan terasa, sudah seperti naskah yang dapat diterbitkan sebagai buku -- yang isinya sebagai obor bagi kita semua. [Baca juga : Journal Writing Is Good Therapy]. Baik Frederico Ario Damar atau Clara Bunga Persada masih membutuhkan nyala obor cinta Anda,Mas Untung. Demikian juga seluruh Warga Trah Martowirono. Doa kami senantiasa untuk Anda di masa-masa yang sulit seperti saat ini. Kami semua mencintai Anda. (Bambang Haryanto).

Mayor Haristanto
Selasa, 31 Juli 2012 jam 20.40

saya ber 5, nani, lintang, ayu dan om bas..utuk-utuk pasca subuhan meluncur ke jogja..sayang agak keblasuk-blasuk...info mas budi ngacau..alamatnya keliru katanya wirokerten..ternyata mondokan.[Yang benar : Modalan - BH]..nderek belo sungkowo....

Rudy Nugroho
Senin, 30 Juli 2012

Banyak kenangan sdh tergores dlm lembar2 kehidupan,dan kami ingin terus menorehkan kenangan indah,namun rancangan Tuhan jauh lbh baik,Selamat jalan eyang Ery,duka mendalam kami. — bersama Prabu Gusti dan 7 lainnya di lord street 24 bentley.


Anna Sari Nugrahaning Widhi
Senin, 30 Juli 2012

Selamat Jalan Bulik...Tuhan sudah memberikan tempat terbaik buat Bulik..
Om Untung.dik Frederico Ario Damar n dik Clara Bunga Persada..Tuhan memberikan pnghiburan & kekuatan. Duka yg mendlm dr Kami... — bersama Clara Bunga Persada dan 2 lainnya.

Frederico Ario Damar
Selasa, 31 Juli 2012

Rest in peace mom...

Anna SariNugrahaning WidhiKami yg turut berduka...doa kami buat dik Rico juga dik bunga dan Om...semoga sll di beri penghiburan dan kekuatan...dgn di Panggilnya mama (bulik) terkasih kami..Tuhan sdh memberikan tempat yg terbaik buat bulik...

Selamat Jalan bulik..kenangan bersmaa bulik akan sll kami ingat...

Update : 1 Agustus 2012

Frederico Ario Damar
Rabu,1 Agustus 2012

Ibu saya hebat, krn dia mau berpura2 menjadi yg lemah agar sya merasa yg terkuat.
Ibu saya mengagumkan, krn dia mau berpura2 menjadi bodoh agar sya merasa menjadi lebih pintar dr dia.
Ibu saya menyejukkan, krn dia mau menjadi yg bersalah agar saya bisa trus merasa yg paling benar.
Ibu saya cerdas,krn memintarkan saya menghadapi dunia tanpa saya harus merasa bodoh.

Update : 2 Agustus 2012
 
Yprasetya An

Selamat jalan Bude ERI... Jasa Bude yang dulu mengajari tentang cakrawala geologi indonesia selalu Yoga ingat..
Maaf Yoga hanya bisa menangis di tanah perantauan. Tabah buat pakde Untung, bro frederico, sis bunga. .
Salam sayang Yprasetya 

Update : 4 Agustus 2012 

Clara Bunga Persada

Mother, how are you today?




Wonogiri, 31 Juli 2012

Friday, July 13, 2012

Warga Trah Martowirono Membuat Acara Kick Andy Bergelora !

Oleh : Bambang Haryanto
Email : humorline (at) hotmail.com


"Mungkin apa yang dilakukan kakak beradik dari Solo, Jawa Tengah berikut ini memang sangat unik dan menarik.

Mayor Haristanto sengaja membuat kelompok suporter yang dikoordinir dengan rapi dan tertib. Bersama kelompok suporternya Pasoepati Solo berbondong-bondong ke lapangan sepakbola dengan membawa pesan damai. 

Karena dinilai berhasil membentuk suporter klub sepakbola di Solo, Mayor mendapat undangan dari sejumlah kota seperti Makassar, Manado dan Pakanbaru untuk menjadi konsultan. Atas jerih payahnya ini, Mayor sempat mendapat penghargaan dari Museum Rekor Indonesia atas prestasinya yaitu pencetus kelompok suporter sepakbola terbanyak. 

Sementara kakaknya, Bambang Haryanto bertindak sebagai konseptor. Ia banyak memberikan ide dan gagasan bagaimana menyaksikan sepakbola dengan nyaman, tertib dan damai.

”Tidak jarang kami ketika melawat ke kota lain untuk mendukung tim, kami membawa beras dan makanan untuk dibagikan kepada penduduk di sekitar stadion,” ujar Bambang Haryanto. Upaya itu, menurut Bambang diharapkan setidaknya bisa membawa pesan damai."


Tautan :


W
onogiri, 14 Juli 2012


Wednesday, March 21, 2012

Juara All England 2012, Broto Happy dan Trah Kita




Oleh : Bambang Haryanto
Email : humorline (at) hotmail.com


Sembilan tahun. Paceklik gelar bergengsi atlet bulutangkis Indonesia di arena All England, terpuasi sudah. Memang harus menunggu selama sembilan tahun dan untuk gelar ganda campuran harus menunggu lebih lama, 33 tahun,gelar juara itu kini bisa direngkuh kembali.

Melalui perjuangan dari atlet bulutangkis ganda campuran Tontowi Ahmad dan Liliyana Natsir (foto) setelah menumbangkan pasangan Denmark Thomas Laybourn dan Kamilla Rytter Juhl 21-17, 21-19 dan mengangkat trofi di National Indoor Arena, Birmingham.

Prestasi mereka itu mengulangi kejayaan pasangan Christian Hadinata dan Imelda Wigoena yang menekuk pasangan Inggris Mike Tredgett dan Nora "Si Goyang Pinggul" Perry di final tahun 1979.

Juara lagi di Swiss. Kedigdayaan Liliyana Natsir dan Tontowi Ahmad berlanjut. Hari Minggu malam (18/3/2012) mereka mengalahkan pasangan dari Thailand Sudket Prapakamol dan Saralee Thoungthongkam 21-16, 21-14, hanya selama 23 menit di St. Jakobshalle, Basel, untuk menjadi juara.

Hari Selasa (20/3/2012) malam, keduanya tiba kembali ke tanah air. Situs harian berbahasa Inggris, The Jakarta Post (21/3/2012) memajang foto tersebut. Nampak dalam foto sosok warga trah kita, Broto Happy Wondomisnowo.

Penyambutan Juara Ganda Campuran All England 2012, Broto Happy Wondomisnowo (kiri) ikut menjadi "bodyguard" sekaligus pressofficer saat menyambut kedatangan Liliyana Natsir (merah) dan Tontowi Ahmad di Bandara Soekarno-Hatta,Selasa malam (20/3/2012).

Ada urusan apa sehingga dirinya ikut terjepret kamera ?

Ayah dari Gladys Erika Septeria, wartawan tabloid BOLA dan komentator bulutangkis di televisi ini, dalam sms-nya membuka kartu :

"Ya semalam menjadi bodyguard-nya Tontowi Ahmad dan Butet (panggilan akrab Liliyana Natsir) dan sebagai media officer dalam acara tersebut."

Baiklah.
Semoga prestasi keduanya, dan atlet bulutangkis Indonesia lainnya, akan berjaya di arena akbar Olimpiade London 2012 bulan Juni mendatang.

Wonogiri, 21/3/2012

Tuesday, March 20, 2012

Hari-Hari Bahagia Ganis dan Slagen Abu Gorda



Oleh : Trah Martowirono


"Cinta itu suatu keajaiban.
Karena cinta adalah rahasia yang indah dari kehidupan.

Cinta harus didasari oleh rasa saling mengasihi…..Karena, di dalam kasih ada sukacita, di dalam kasih ada kesabaran, di dalam kasih ada kemurahan, di dalam kasih ada kesetiaan, dan di dalam kasih ada kelemah lembutan."

Itulah pesan indah yang hadir dan menyelimuti suasana bahagia yang dialami oleh keluarga Bapak Teguh Priono, Ibu Suharti, putranya Slagen Abu Gorda dan calon menantunya Ganis, di hari Minggu malam, 18 Maret 2012.

Keluarga Teguh Priono dan Suharti mengapit putranya Slagen Abu Gorda yang bertunangan dengan Ganis, di Sukoharjo., Keluarga Teguh Priono dan Suharti mengapit putranya Slagen Abu Gorda yang bertunangan dengan Ganis, di Sukoharjo.
Keluarga bahagia. Bapak dan Ibu Teguh Priono beserta putranya Slagen Abu Gorda dan Ganis, tunangannya.

Bertempat di Gayam, Sukoharjo, malam itu keluarga Bapak Teguh Priyono bersyukur karena anak semata wayangnya telah bertemu dengan calon belahan jiwanya. Rasa syukur itu semakin terasa melimpah karena kehadiran Bapak-Ibu Yamiarso,SE beserta seluruh kerabat dan para hadirin bagai taburan bunga kekerabatan yang abadi.

Diikat dengan narasi renungan oleh Pdt. Darsono Eko Nugroho dan doa penutup oleh Pdt. Thomas Sukamsi, pesta syukur itu didukung pula oleh seluruh keluarga besar dari Bapak Teguh Priyono.

Saudara kandung Pak Teguh Priyono yang senantiasa siap menjadi pendamping bagi Gorda dan Ganis dalam mempersiapkan keluarganya meliputi Keluarga Bapak Wiranto - Selogiri, Bapak Sudoyo - Yogyakarta, Bapak Untung Suripno - Yogyakarta, Bapak Kristiyo Sumarwono- Yogyakarta, Bapak Agus Widianto - Solo dan Bapak Santosa Priyo Utomo – Solo.

slagen abu gorda dan ganis, pasangan slagen abu gorda dan ganis, bertunangan di tahun 2012, dirayakan di sukoharjo, 18 maret 2012
Calon warga baru trah kita.Pasangan serasi, yang satu pintar menyanyi dan satunya, penari latar ?

Seluruh warga keluarga besar Trah Pawirosemito dan Trah Martowirono mengucapkan selamat berbahagia kepada Bapak/Ibu Teguh Priono dan juga kepada Gorda.

Khusus untuk Gorda : "Cerita macam apa yang sudah dan akan kau berikan kepada Ganis, tentang trah kita, Trah Martowirono ?"


Bahan liputan : Untung Suripno
Penulis : Bambang Haryanto

Wonogiri, 21/3/2012

Friday, February 17, 2012

Surat dari Broto Happy dari Makau : Berkeringat di Kota Judi




Sudah sepekan tak terasa saya ikut menikmati bersih dan dinginnya udara di Makau. Jalanan mulus, termasuk juga jalur pedestrian yang lebar, ditambah kendaraan tak banyak berlalu lalang. Fasilitas ini membuat para pecinta jalan-jalan dimanja betul.

Wajar akhirnya Makau menjadi kota tujuan wisata. Destinasi, entah itu berupa benteng tua, gedung-gedung tua bekas peninggalan kaum imperialis Portugal, museum, hingga candi-candi milik nenek moyang penduduk asli, masih dirawat dengan baik.

Makau sejak 1990 merupakan daerah istimewa (Special Administrative Region) Cina ini memliki objek wisata, budaya, dan sejarah menarik. Bekas koloni Portugal ini memiliki ragam keunggulan.


Trah Martowirono di Macau. Disela bertugas, Broto Happywondomisnowo juga menyempatkan mengunjungi beragam tempat wisata. Termasuk benteng Macau seperti terekam dalam foto ini.

Makau punya 25 situs budaya yang diakui UNESCO sebagai Macau World Heritage Sites. Konsep arsitektur Makau pun mirip seperti kota kecil di Eropa karena banyak peninggalan budaya Portugal. Lebih dari empat abad negeri Cristiano Ronaldo ini menguasai Makau dan membuat banyak peninggalan budaya.

Akhir pekan lalu, saya menyempatkan diri melancong ke Ruins of St. Paul’s, yang menjadi ikon utama pariwisata Makau.

Tetapi yang paling berkesan adalah mengunjungi Masjid Macau. Bersama tim Thomas, Jumat lalu, saya ikut salat Jumat. Sejak dulu, tradisi itu berusaha dipertahankan ketika meliput di manca negara dengan mengunjungi masjid di Hong Kong, Atlanta, Sevilla, Guangzhou, Madrid, Qingdao, dll.

Saya berdoa agar Indonesia menang. Sejauh ini Sang Khalik meluluskan doa tulus saya. Tahun 2002, bersama Ketua Umum PBSI Chairul Tanjung dan tim manajer Lutfi Hamid, juga bareng salat Jumat dan berdoa di Masjid Guangzhou.

Doanya begitu mujarab. Indonesia juara Piala Thomas. Jumat lalu pun saya kembali memohon agar tim Garuda bisa lolos ke putaran final Piala Thomas-Uber di Wuhan, Mei nanti.

Namun, karena udara Makau lagi dingin, segala aktivitas di luar ini tidak juga membuat badan berkeringat. Jalan kaki dari Hotel Casa Real menuju masjid atau bolak-balik ke tempat pertandingan di Macau Forum tak juga berkeringat.

Akhirnya penantian itu tiba. Rabu (15/2) pagi setelah tim Merah-Putih berlatih, lapangan banyak kosong. Karena memang berniat untuk berolahraga, sebagai ”pemain pinjaman”, saya pun bisa main dua gim bersama ofisial tim Indonesia. Kenapa disebut pemain pinjaman?

Karena seluruh peralatan hasil pinjaman pemain. Raket Dionysius Hayom Rumbaka yang saya pakai, cukup ampuh. Terbukti, dalam dua gim itu, saya bersama partner bisa menang! Kalau boleh nyombong, tak hanya pemain, pasangan peraih medali emas Olimpiade Atlanta 1996, Ricky Soebagdja dan Rexy Mainaky yang kini melatih Malaysia, pun ikut menjadi saksi!

Hanya, manfaat utama adalah, keringat ngocor deras. Selama di kota judi, baru kali ini badan saya bisa berkeringat.

Hanya, pelajaran terpenting yang saya dapatkan justru dari Nguyen Tien Minh. Pemain kurus kecil asal Vietnam itu telah mengajari agar dalam pertandingan dan juga di kehidupan itu jangan gampang menyerah. Itu ditunjukkan saat mengejutkan dengan menggulingkan pemain andalah Cina, Chen Long.

Saya berharap semangat juang pemain kita juga terus berkobar, entah siapa lawannya. Jangan gampang menyerah! Itu saja.

Wassalam,

Broto Happy W.