Sunday, October 25, 2009

Seboeah Perdjoeangan, Kreativitas dan RI Kita




Oleh : Bambang Haryanto
Email : humorline (at)hotmail.com


Bom di Vredeburg. “Demi menjaga kehormatan Bapak Proklamator, sejuta laskar Blitar siap serbu Kaliurang !” [Blitar Herald Tribune, 24/9/2009].

“Bung Doyo [dalam foto berkacamata hitam] dan keluarga harus dibuang ke Digul !” [Nationalism Inquirer, 24/9/2009].

“Demi menjunjung kebebasan berekspresi, keluarga Bung Doyo berpeluang dinominasikan sebagai peraih Nobel Perdamaian 2010.” [Stockholm Express Daily, 25/9/2009].

Situs YahoaxNews.com (1/10/2009) muncul berita lebih mendetil : “Pemerintah RI didesak kalangan nasionalis ultra kanan yang menganut garis keras agar Paguyuban Trah Martowirono dibekukan.

Tetapi tuntutan ini ternyata membuahkan backlash, serangan balik dari manca negara. Dari kalangan yang mendukung kebebasan berekspresi dan pentingnya memacu kreativitas sebagai senjata survival bagi generasi masa depan.

Untuk itu, kalangan young scientists dari perusahaan raksasa elektronik Samsung dan LG dari Korea, Sharp dan Sanyo dari Jepang, Maytags dan General Electric dari AS justru terpacu membantu warga trah itu. Mereka kini berkompetisi mendisain lemari es raksasa yang khusus agar nyaman dihuni tiap-tiap anggota Trah Martowirono yang terancam “dibekukan” itu. Ada yang desainnya seperti rumah tahan gempa yang berdiri di Sleman, yang dikenal sebagai rumah Teletubies.

“Rumah hiper-modern itu juga ada sentuhan fantasi anak kecil. Karena dilengkapi baling-baling bambunya Dora Emon,” tutur Isokuiki Mugimurakabi, chief scientists dari Sanyo Corporation, Tokyo, Jepang. “Rumah itu juga didesain dengan teknologi dalam film Transformers. Ia bisa diubah sekehendak pemiliknya. Juga dapat terbang, berlayar atau berjalan, bahkan bisa menggendong penghuninya, ke mana-mana,” tuturnya sambil tersenyum.

Perusahaan lain, ikut mendukung. Raksasa produsen telepon genggam pintar Research In Motion (RIM) di Kanada telah mengeluarkan telepon Blackberry terbaru. Dengan sebutan seri Giant Trah Marto 2010 Smart Device. ™ Perangkat seberat 250 kilogram ini dilengkapi tombol khusus berhuruf TM. Gadget super itu juga dilengkapi dengan gerobak listrik beroda 20 untuk mudah membawanya ke mana-mana.

Sekali pencet, dengan mengentakkan kaki yang berlumur bletok atau embel, lumpur asli dari tanah Kedunggudel saat era banjir jaman dulu, di layar akan muncul gambar berisi aktivitas terbaru dari masing-masing warga Trah Martowirono, di mana pun mereka di dunia. Peranti lunak Google Latitude sudah menyatu di dalamnya.

Bukan bletok biasa. Dibeberkan dalam Wikipedia pada lema Trah Martowirono [seri 1.0., yang beredar dengan akses terbatas], wacana tentang bletok atau embel asli Kedunggudel itu sarat dengan nilai-nilai filosofi. Adalah mBah Dung, Martowirono putri, pernah menasehati cucu-cucunya saat berjalan di tanah licin dan berlumpur setelah banjir surut.

“Cengkeramkan kuat jari-jari kakimu ke tanah. Sehingga jalanmu tidak mudah terpeleset atau terjatuh,” tutur beliau.

Anjuran ini dapat diwedar dengan beragam tafsiran. Beliau mungkin ingin mengajarkan nilai-nilai luhur kehidupan, bahwa para anak, cucu dan keturunannya harus memiliki fondasi yang kuat dalam hidup. Sehingga jalannya tidak terpeleset, atau terjatuh. Fondasi itu bisa beragam. Bisa jadi fondasi itu berupa nilai-nilai reliji, keluhuran, kebaikan, memberi manfaat bagi orang lain, cita-cita, impian, sampai ilmu pengetahuan.

Stephen Harper dari RIM dalam blog perusahaannya menulis : “Tanpa kaki Anda bersalut bletok atau embel asli asal Kedunggudel, sistem tak mau bekerja. Karena ramuan kimiawi dari bletok Kedunggudel tersebut, dipadu dengan unikum dari gene masing-masing keturunannya, itu yang membuat Trah Martowirono ini kompak selama ini. Itu seperti DNA dan hal itu sangat sulit dipalsukan !”

“Uniknya lagi, walau berasal dari satu akar, keturunan Trah Martowirono kini beragam. Baik dalam agama, kepercayaan, profesi, cita-cita, sampai bakat. Meminjam kata-kata “life is plurality” dari Octavio Paz (1914-1998), diplomat, penulis dan penyair asal Meksiko, dan “death is uniformity,” maka keturunan trah ini ikut andil “membuat dunia ini berputar : karena terjadinya saling memengaruhi antara pelbagai perbedaan, yaitu daya tarik dan juga daya tolaknya.”

Kita kembali ke gadget tadi. Bahkan tulis Harper dengan berderet emoticon :-), bahwa pada saat-saat hari tertentu, seperti Jumat Kliwon, dari peranti keras canggih itu dapat diprogram untuk mengeluarkan hidangan. Ada daftar menu yang bisa dipencet.

Bisa berupa jenang “joko lelur” produksi Priyanto Wisnu Nugroho, opak gambir, emping melinjo produksi Lik Yatno, sampai karak ketan dengan resep asli mBah Darmowantoro (adik Martowirono kakung).

“Dengan menginstal peranti lunak baru, Wijil Hill 3.0., layar telepon ini dapat menyajikan beragam konfigurasi desain gunungan yang unsurnya terdiri dari pelbagai makanan khas Kedunggudel itu. Mungkin Bapak Untung Suripno, Frederico Ario Damar dan Cipta Gatra dari Banguntapan dapat mengaplikasikan desain ini untuk memperoleh MURI-nya yang kedua,” sambung Stephen Harper dengan tersenyum.

Seperti di Cannes. Berita bagus juga muncul dari markas Besar PBB di New York. Dalam siaran pers (25/9/2009) menyatakan bahwa Sekjen PBB, Ban Ki Moon, siap terbang ke Kaliurang untuk menengahi persoalan di atas yang dipicu sebuah film pendek berjudul Seboeah Perdjoeangan, yang kontroversial.


PS : Trio sineas ABC [Aning, Bakoh, Chandra] yang mengkreasi film tadi ternyata tidak selalu mudah dihubungi untuk tulisan ini. Terakhir, pada baris akhir pesannya selalu tertulis data “1601 S. California Ave., Palo Alto, CA 94304.” (Ini alamat kantor Facebook). Merujuk hal itu, sori, tulisan ini terhenti dulu. Akan dilanjutkan kok. [BH].

No comments: