Thursday, July 28, 2011

Bapak dan Ibu Kastanto Hendrowiharso : Kenangan 2011




Oleh : Bambang Haryanto
Email : humorline (at) hotmail.com


Bulan suci itu menjelang datang lagi.
Selamat datang, Ya Ramadhan.

Sebagai tradisi yang baik, sebulan sebelum masa kewajiban untuk berpuasa sebulan penuh bagi umat muslim itu hadir, bangsa Indonesia, khususnya suku Jawa, mengenal ritus nyadranan..

Yaitu aktivitas mengunjungi makam leluhur, guna mendoakan para pendahulu yang telah wafat itu agar memperoleh hidayah ketentraman dan kesejahteraan abadi di sisiNya.

Keluarga besar Taler-4 Trah Martowirono, yaitu anak cucu keluarga Kastanto Hendrowiharso, selain melakukan kegiatan nyadran juga mengadakan acara tahlilan, yaitu helat pembacaan doa untuk arwah ayah dan ibu kami yang telah menghadap Sang Khalik.

Bapak Kastanto Hendrowiharso, yang dilahirkan di Desa Jambe, Mlopoharjo, Wuryantoro tanggal 21 Januari 1928, telah meninggal dunia di Wonogiri, 9 Desember 1982.

Ibu Sukarni Kastanto Hendrowiharso, lahir di Kedunggudel, Kenep, Sukoharjo pada tanggal 30 Maret 1933, wafat pada tanggal 20 November 1993 di Wonogiri.

Berdoa bersama anak panti. Walau sebagian tidak sempat hadir, dukungan putra-putri yang berdomisili di luar Wonogiri, berperan signifikan. Keluarga Mayor Haristanto (Solo, ia hadir bersama Ibu Nani), Broto Happywondomisnowo di Bogor, Bonny Hastutiyuniasih di Tasikmalaya, Bari Hendriatmojo di Jember sampai Basnendar HPS (Solo), sebagai contohnya.

Sebagai event organizer dilakoni oleh Bapak Nano Maryono, Ibu Nuning Bhakti Hendroyulianingsih (Ngadirojo) yang dibantu Ibu Bastion ‘Iwin’ Hersaptowiningsih dan Betty Hermisnawaningsih.

Ada kekhususan acara tahun ini. Kami mengundang 25 anak panti asuhan “Esti Tomo” dari Mojoroto, Wonogiri. Mereka hadir bersama pengasuhnya, Bapak Soemarno. Ditambah kehadiran 25-an warga tonggo teparo dari Kajen, Giripurwo, Wonogiri, membuat acara Yassinan dan tahlilan malam itu terasa semakin khidmat.

Acara yang khusuk itu hingga paripurna dipandu oleh Bapak Abdurrachman, anggota takmir Masjid Agung At-Takwa Kabupaten Wonogiri.

Subhaanallaahi wa bihamdhi,
subhaanallaahil ‘azhiimi

Maha Suci Allah dan dengan memuji-Nya.
Maha Suci Allah yang Maha Agung.

Ya Allah, ampunilah dan rahmatilah mereka (kedua orang tua kami), selamatkan, dan maafkanlah kesalahan mereka.

Segala puji bagi Allah,
Tuhan Semesta Alam.


Wonogiri, 28/7/2011

Tuesday, July 26, 2011

Mengantar Bapak Soengadi Broto Atmodjo Ke Peristirahatan Abadi



Oleh : Bambang Haryanto
Email : humorline (at) hotmail.com


Makam Kristen Astono Sono Praloyo, Bantar angin, Wonogiri.
Di tempat ini ada dua kerabat Trah Martowirono dimakamkan.

Pertama, Bapak Sriawan(1959-2008) telah meninggalkan kita semua pada hari Selasa Pon, 5 Februari 2009, Jam 04.00 di RSUD Wonogiri.

Beliau meninggalkan istri, Ibu Sri Utami dan Elisa Kristiyana (putri) dan Imanuel Dwiatmojo (putra). Tiga tahun lalu itu, antara lain nampak Bapak Wiranto, Ibu Endang dan keluarga, Bapak Santosa dan istri,ikut melayat.


Kedua, pada hari Selasa (26/7/2011), Bapak Soengadi Broto Atmodjo (foto) diistirahatkan pada komplek makam yang sama.

Hadir mengantar beliau ke peristirahatan abadi, selain Keluarga Besar Haswosumarto yang terdiri dari Bapak Wiranto, Ibu Endang, Baroto, juga hadir kontingen dari Yogya antara lain Bapak Sudoyo dan Ibu Dwi Hastuti.

Keraton Banguntapan hadir dengan anggota regu Bapak Untung Suripno, Ibu Erri dan Frederico.

Kontingen Kayen yang rawuh sejak kemarin malam adalah Bapak Kristyo, Ibu Yayuk yang dikawal Hanum dan Peter. Ibu Endah Sulastri, juga hadir. Dari Sukoharjo, Ibu Harti bersama Slagen Abu Gorda. Ibu Dyah dari Solo, tidak ketinggalan.

Kehadiran semua kerabat ini semoga dapat meneguhkan hati bagi Ibu Suyamsih dan keluarga yang ditinggalkan suami, ayah dan eyang kakung tercinta ini. Kontingen Kajen, Senin (25/7) malam sudah hadir di Selogiri. Bapak Nano, Ibu Nuning, Ibu Iwin, Ibu Betty dan saya sendiri. Mayor Haristanto dari Solo, hadir (26/7) pada upacara pelepasan jenazah di Selogiri.

"Bapak Soengadi Broto Atmodjo telah melakukan ziarahnya secara paripurna," demikian kata pengiburan dari Pendeta Nani Winarni di rumah duka, 25/7/2011, malam. Ziarah yang beliau maksud adalah perjalanan hidup manusia yang senantiasa mengingat dan merasa memperoleh bimbingan dari Tuhan dalam sepanjang umurnya.

Bapak Soengadi Broto Atmodjoyang beliau sebut sebagai pribadi yang sabar, kini telah kembali.Menemui Tuhannya.

Selamat jalan, Bapak Soengadi Broto Atmojo.
Untuk keluarga yang beliau tinggalkan, semoga Tuhan senantiasa melimpahkan tawakal, sabar dan ketegaran.Seluruh warga Trah Martowirono senantiasa mendoakan beliau dan keluarganya.



Wonogiri, 26-27/7/2011

Monday, July 25, 2011

Beristirahat Dalam Damai : Bapak Sungadi Broto Atmojo




Oleh : Bambang Haryanto
Email : humorline (at) hotmail.com


Rombongan dari Kajen harus berhenti di Selogiri. Di rumah keluarga Bapak Sungadi Broto Atmodjo. Waktunya : Rabu, 23 September 2009. Kami saat itu sedang menuju Museum Benteng Vredeburg, Yogyakarta, untuk mengikuti Reuni Trah Martowirono XXIII.

Selain silaturahmi dengan Om Broto dan Bulik Yam, kami juga berniat “membajak” putra pertamanya, Hening Kristanto, sekaligus mobil Panthernya, untuk mengangkut kontingen Taler IV itu ke Yogya. Misi itu berhasil.

Bagi saya pribadi, itu pertemuan terakhir dengan Om Broto. Beliau sempat bercerita tentang kariernya (kalau tak salah) di DPU Wonogiri. Kalau saya, yang bisa saya ceritakan adalah cerita tentang posisi rumah beliau yang dulu, yang berada di sisi barat jalan raya Selogiri. Sekaligus berada di utara sedikit dari rumah keluarga Pakde Haswo dan Bude Suripti Haswosumarto.

Karena kalau saya naik bis dari arah Wonogiri, juga saat ini, pasti harus menoleh dulu ke rumah timur jalan (yang kini ditempati keluarga “Jenderal” Wiranto dan Ibu Endang Markiningsih) dan disusul menoleh ke rumah yang berada di barat jalan, tempat tinggal Om Broto dan keluarganya.

Ritus senam gela-gelo di atas bis itu otomatis berhenti ketika Om Broto tinggal di rumah baru. Rumah itu berada di timur jalan besar Selogiri.

Sugeng tindak, Om Broto. Berbeda dengan saat berkunjung di suasana Lebaran 2009, saya dan warga Trah Martowirono lainnya hari-hari ini akan mengunjungi rumah beliau dalam situasi duka yang mendalam.

Atas kehendak Tuhan Yang Maha Esa, Bapak Sungadi Broto Atmojo, telah dipanggil olehNya. Hari Selasa, 25 Juli 2011, Jam 09.00 di RSUD Soediran Mangun Sumarso, Giriwono, Wonogiri. Dalam usia 74 tahun.

Sugeng tindak, Om Broto.

Atas nama keluarga besar Trah Martowirono, saya mengucapkan bela sungkawa yang mendalam.

Untuk Bulik Suyamsih Broto Atmodjo, juga para putra dan putri Hening Kristanto-Sri Sumami (Jakarta), Nugroho Widihantoro, SS – Hariyani Anggoro Rini, S.Pd (Selogiri), Cahyo Sulistyaningsih, SS – Triyatno, SH (Palembang), Raharjo Budi Santoso, S,Ip – Diana Wuri Handayani (Jakarta) dan Kusuma Wijayanti, AMD, kami doakan semoga Tuhan Yang Maha Pengasih senantiasa memberikan kesabaran dan ketegaran dalam suasana yang sulit saat ini.

Kami yakin pula bahwa limpahan cinta, kasih sayang dan keteladanan dari Eyang Kakung Broto Atmodjo akan selalu hidup dalam kenangan para cucu, Theofilus Lambang Kristian, Nanda Kasih Kristianingtyas, Gagat Raina Paramunanda, Ginanjar Satya Narotama, Gemilang Yoga Anindita, Nikolas Nandiwardana Pratisara, Naomi Naksatra Dwiacitra, Mihael Garda Prasetya dan Gabriel Gavra Ardiona.

Pemakaman direncanakan akan dilangsungkan pada hari Selasa, 26 Juli 2011, Jam 12.00. Di Pemakaman Kristen Sono Praloyo, Bantarangin, Wonogiri.

Sugeng istirahat kanthi tentrem, Om Broto.


Wonogiri, 25/7/2011