Rabu, 30 Juli 2014. Rumah Keluarga Teguh Priyono Sukoharjo, Jawa Tengah
Kick Andy,Suporter & Trah Kita
Kontingen Trah Martowirono baru tiba di bandara Soekarno-Hatta, 13 Juni 2012, untuk mengikuti rekaman acara Kick Andy di studio MetroTV. Dari kiri : Nani Mayor, Bhakti "Nuning" Hendroyulianingsih, Bambang Haryanto dan Mayor Haristanto. Lintang Rembulan sebagai juru fotonya.
Pesan Pram. “Apabila kau berhenti menulis, kau akan hilang dalam pusaran sejarah.”
Itulah kata dari pengarang ternama Indonesia, Pramudya Ananta Toer. Beruntunglah kita kini, di era Internet ini. Kita dapat menulis, mengekspresikan diri dalam pelbagai media sosial. Blog, Twitter sampai Facebook.
Saya masih menggunakan cara kuno. Menulis surat pembaca di koran-koran.
Dimulai dari tahun 1973. Hingga kini. Bahkan juga mendirikan komunitas penulis surat pembaca se-Indonesia sehingga tercatat di Museum Rekor Indonesia, 27 Januari 2005. Sekaligus memproklamasikan hari itu sebagai Hari Epistoholik Nasional.
Otot otak kita. Pada peringatan 5 tahun deklarasi hari itu saya memperoleh kado indah. Profil warga Trah Martowirono yang jomblo abadi ini telah muncul di Koran Tempo, Kamis, 29/1/2009 (foto). Semoga dapat menjadi inspirasi bagi sesama warga trah : ayo menulis,menulis dan menulis.
Jangan hanya puas atau berhenti menulis uneg-uneg, curhat atau komentar-komentar dangkal, yang tidak begitu banyak memeras konsentrasi untuk melatih otot-otot otak kita. Sayang sekali, bila karunia Allah yang demokratis itu hanya kita gunakan untuk berfoya-foya bagi hal remeh temeh.
Hal trivia semacam itu mudah sekali dilupakan oleh sejarah !
(Bambang Haryanto).
Trah Kita Dan Batik Dunia
Keluhan konsumen. “Saya heran. Mengapa label merek di dalam kerah baju batik selalu terbuat dari bordiran benang berwarna emas ? Label itu terasa cekrik-cekrik, menggelitik, menusuk-nusuk tengkuk.”
Obrolan di atas saya sampaikan kepada Frederico Ario Damar, pimpinan pelaksana pembuatan tempat pameran Gelar Expo UMKM Kota Yogyakarta.
Dengan tema “Batik Jogja untuk Indonesia,” di Griya UMKM Jl. Taman Siswa No. 39, Yogyakarta (3/12/2009).
Ketika meneliti baju-baju batik yang tergantung di hadapan kita, baju-baju itu justru tak ada labelnya.
Bagi Untung Suripno (foto), yang ayah Rico, baju-baju tanpa label merek itu tentu merupakan produk yang “kurang beruntung.”
Sebagai Staf Bidang Industri Disperindagkop DIY, yang selama ini menjadi pendamping bagi UMKM untuk memperoleh merek yang terdaftar, ia tahu seluk-beluk manfaat merek bagi masa depan perusahaan bersangkutan.
Seluk beluk tentang merek itu menjadi salah satu minat yang menarik, saat saya diundang Mas Untung Suripno ke Yogya, 2-5/12/2009.
Minat lain adalah tentang pewarna batik alami.
Tentu warga Trah Martowirono masih ingat sesorah mBak Yayuk [Dr.Ir. Edia Rahayuningsih, MS] tentang pewarna batik blue indigo natural dyes saat reuni trah kita ke-22 di Wonogiri, 2008.
Dalam foto hasil jepretan Rico yang titis, karena kamera saya rusak LCDnya, nampak saya membawa buku Natural Dyes (2007), terbitan Institute of Handicraft and batik, Yogyakarta.
Lucunya, bahan pewarna biru indigo itu belum tercakup dalam buku ini. Mungkin ini mukjijat,karena untuk warna biru arus konsumen akan hanya terfokus ke Blue Indigo ND ini.
Tetapi yang pasti, saya sudah membuktikan sentuhan warna biru yang berasal dari semak perdu indigofera tinctoria itu.
Yaitu ketika belajar membatik, walau mblobor sana-sini, pada sebuah sapu tangan berlabelkan trah kita : Trah Martowirono.
Salam Dari Nederland
Salam Bart dari Rotterdam.”Saya baru tiba kembali di Belanda hari Sabtu (17/10/2009) yang lalu. Saya menikmati 4 minggu yang menyenangkan saat menjelajah Jawa, Bali dan Lombok. Saya (foto) juga sangat menikmati ketika bisa hadir dalam pesta keluarga Anda. Saya ucapkan banyak terima kasih untuk sambutan dan keramahtamahannya.
Saya tertarik untuk berbagi wawasan tentang sejarah antara Indonesia dan Belanda. Itulah salah satu alasan saya mengunjungi Indonesia. Sehingga bukan kebetulan saya mengunjungi benteng Vredeburg.
Saya sangat sadar akan sejarah hitam masa lalu, tetapi sekarang saya berbahagia karena negara kita kembali menjalin persahabatan.” [Email Bart van Zwam dari Rotterdam, Belanda, kepada Bambang Haryanto, diterima 20 Oktober 2009].
Calon polisi cantik Irlandia. Internet membuat dunia menjadi sebuah desa. Berkat blog ini pula, saya Bambang Haryanto, sejak tahun 2007 menjadi terpapar kontak dengan warga Trah Martowirono dari tempat yang tak terkirakan.
New York. Belanda. Irlandia.
Setelah usut sana-sini, walau nama nenek moyang Martowirono mereka itu tidak ada hubungan darah dengan kakek-nenek saya, jadi hanya kesamaan nama dan sama-sama berasal dari Jawa, hubungan itu tetap saja menakjubkan. Membahagiakan. Termasuk ketika saya memperoleh “banjir” foto dan cerita berikut ini :
Erwin Martowirono dan putra kembarnya
Donna bersama kakak dan adik kembarnya
Donna (baju biru) bersama teman-temannya
Donna bersama Mama tercinta
Saudara baru kita. “Hai, saya Donna Soetinah Martowirono. Usia 18 tahun, saya tinggal di Dublin (Irlandia), bersama ibu saya dan 3 saudara lelaki saya. Marlon (20) dan si kembar James dan Aaron (10 th).
Saya lahir di Belanda. Ibu saya asal Irlandia dan ayah saya, Erwin Martowirono. (“pernah menelpon saya malam-malam..”-BH). Saya menerjuni aktivitas sebagai model, tetapi sambil lalu saja.
Saya kini berkuliah dengan mengambil jurusan masalah keamanan, dengan harapan suatu saat saya mampu meraih cita-cita saya untuk bertugas dalam kesatuan polisi Irlandia. Saya bukan selebriti :( walau saya juga mencita-citakannya :D. Saya bekerja paruh waktu pada sebuah supermarket besar Debenhams. Hidup saya normal-normal saja adanya.”
[Email Donna Martowirono kepada Bambang Haryanto, diterima 19 Oktober 2009].
CINTA LINGKUNGAN DAN TRAH KITA
Suara Selogiri. “Daripada setiap belanja dapat (tas) plastik yang selalu menumpuk dan cuma jadi sampah, kenapa tidak setiap belanja kita bawa tas (kain) ulih ulih itu saja ? Semoga semua warga trah yang lain juga setuju !”
Itulah komentar menarik dari Anna Sari Nugrahaning Widhi terhadap tulisan berjudul Tas Ulih-Ulih di Facebook dan blog kita ini. Sebagai sarjana biologi dan ibu dua putri, rupanya Sari langsung “klik” dengan ide pro-gerakan lingkungan hidup.
Nalurinya sebagai sebagai seorang ibu seolah terketuk ajakan Michael Jackson dalam lagu indah Heal The World, “Heal the world we live in/Save it for our children…/If you care enough for the living/Make a better place for you and for me,” mendorongnya untuk berbuat sesuatu agar putrinya, Chardia Nectarina Amandava Nugrahati (3) dan Pertha Xactiva Angellica Nugrahati (10 bulan), kelak bisa menghuni dunia yang lebih baik.
Taler 1, talernya Anna Sari,telah memicu ide pro-lingkungan itu saat reuni kita di Yogya. Dia memberi garis bawah dengan ajakan menawan. Omnya, Untung Suripno (foto) menunjukkan bahwa kampanye mulia yang persis sama juga digencarkan oleh entitas bisnis, seperti pasar swalayan di Yogya ini.
Semoga seluruh warga Trah Martowirono menyetujui dan meng-gethok tular-kan aksi membawa tas kain (foto) ke mana-mana dan di mana-mana saat berbelanja. Daripada terus menumpuk ribuan sampah tas-tas kresek yang hanya berdampak mencemari lingkungan hidup kita.
Trah Martowirono bisa !
Kedung Gudel, Kenep, Sukoharjo
Situs Awal Trah Marto Wirono Berasal
Marto Wirono : Bayan Kedung Gudel : Rumah beliau terletak di perempatan terdepan dari desa Kedung Gudel, Kenep, Sukoharjo. Ketika saya kecil di tahun 1960-an, daerah ini langganan banjir, luapan dari Bengawan Solo yang hanya berjarak 200-an meter dari rumah ini.
Tak ayal, setiap rumah memiliki perahu kecil,tembo, sebagai sarana transportasi ketika banjir menggenang. Keluarga Marto Wirono yang seorang bayan, istrinya yang dikenal dengan sebutan mBah Dung Putri, membuka warung di rumahnya.
Beliau mempunyai 4 anak, Suripti, Sutono, Sutejo dan Sukarni (anak dan cucunya dalam foto). Keturunan dari keempat anak itu sejak tahun 1986 membentuk paguyuban Trah Marto Wirono dan melaksanakan pertemuan rutin, setiap tahun, yang momennya diambil bersamaan dengan Hari Raya Idul Fitri.
Keturunan Marto Wirono kini sudah menyebar ke pelbagai kota di Indonesia, setiap kali bertemu selalu berniat meneguhkan persaudaraan, mereguk oasis kekerabatan, demi menjadi bekal untuk berkarya bagi kemaslahatan sesama. (Bambang Haryanto).
No comments:
Post a Comment