Sunday, October 12, 2008

Menata Sarang




Lembar baru kehidupan. Novelis Inggris itu, Paul Scott (1920-1978), tentu tidak mengenal Lebaran. Apalagi mengenal ritus tahunan yang dilakukan oleh jutaan warga Indonesia ketika hari Lebaran tiba. Yaitu ritus mudik, pulang kampung, kembali ke rumah asal.

Walau pun demikian, Paul Scott, memiliki pendapat bernas dan menarik yang dapat dikaitkan dengan intisari ritus mudik Lebaran itu. For a writer, going back home means back to the pen, pencil, and typewriter—and the blank, implacable sheet of white paper.

Dengan merujuk status dirinya sebagai penulis, ia mengatakan bahwa penulis yang pulang kembali ke rumah berarti kembali untuk berjumpa dengan pena, potlot, mesin tulis dan lembar-lembar kertas kosong putih yang membandel.

Dalam Lebaran kita membersihkan dosa-dosa kita. Ibarat kita menjadi kertas putih kembali. Kembali menjadi makhluk yang fitri. Pasca Ramadhan dan Lebaran, sejajar pendapat Paul Scott tadi, betapa tidak mudah bagi kita untuk kembali menulisi kertas-kertas putih kehidupan kita masing-masing di masa depan dengan amal yang berguna dan bermakna. Tetapi itulah tantangan kita sebagai manusia.

Photobucket

Mempersiapkan kehebohan. Bagi warga taler IV, ajaran Paul Scott tadi merujuk untuk kembali berurusan dengan gagasan dan mengeksploitasi gagasan. Demi mempersiapkan diri menjadi host reuni keluarga yang tidak biasa. Dirancang beda. Unik. Syukur-syukur mampu memancing kehebohan yang sulit dilupakan.

Mesin kreatif itu berdengung sejak reuni trah ke-21/2007 usai. Setting pentas dan materi acara sudah mulai nyata sejak tanggal 30 September 2008. Nampak dalam foto, dari atas searah jarum jam :

Bari Hendriatmo dari Jember bercanda dengan cucu keponakan, Nabillah. Ia telah datang ke Kajen beberapa hari sebelumnya, menata ruang, termasuk memilih tanaman adenium koleksi Iwin di rumah Kajen yang cocok untuk hiasan. Dengan sponsor cat dari Betty “AIG” Hermisnawaningsih ia melakukan ceting (beda dengan chatting) : bersama Mas Arifin, tetangga, ia melakukan pengecatan untuk dinding, pintu dan jendela.

Maor Haristanto, dari Solo, sedang memasang umbul-umbul dibantu Yuriko. Satu-satunya warga Trah Martowirono yang mampu menyentuh Piala Dunia Sepakbola dan Piala Thomas, Broto Happy W., memajang bio banners, sebuah biografi yang disajikan secara visual.

Tajuk berita pelbagai media massa yang memuat kehebohan aksi Republik Aeng Aeng (RAA) selama ini, ikut pula dipajang. Nampak presiden RAA, Mayor Haristanto, dibantu warga Kajen, Mas Parno, sedang merapikan pajangan biografi visual tersebut.

Yasika, murid SMP Negeri 3 Wonogiri, ikut pula sibuk. Putra kedua dari pasangan Moh. Taufik/Bastion “Iwin” Hersaptowiningsih itu nampak bertugas memasang kain umbul-umbul pada tiang bambu yang disediakan. Dalam acara perhelatan reuni, ia juga sebagai fotografer.

Bambang Haryanto, penanggung jawab Trah Martowirono Center, sedang membersihkan papan nama trah. Ditemani Venska (putri Bonny Hastutiyuniasih, supervisor Toserba Yogya) dari Tasikmalaya dan Yudistira dari Purwokerto, ia sedang mendata dan mengemas pelbagai produk merchandising Tabloid BOLA yang akan dijadikan sebagai hadiah untuk pemenang kuis keluarga. Tersedia lebih dari 50 hadiah yang siap dibagikan.

Acara reuni trah kini diramaikan dengan kehadiran pelbagai jenis memorabilia. Pelopornya adalah Basnendar HPS, kartunis, dosen ISI Surakarta, yang baru lulus Magister Desain dari ITB. Salah satu memorabilia itu adalah stiker yang bertajuk Pasar Lebaran Trah Martowirono (tengah).

Photobucket

Panggung prestasi. Acara reuni keluarga adalah acara biasa. Tetapi bagi warga Taler IV ingin selalu disajikan secara tidak biasa. Dalam gambar paling atas dan kiri tersaji bio banners dari Broto Happy W. yang telah mengunjungi 34 negara di dunia, disertai Mayor yang memajang ratusan kepala berita yang memuat aktivitasnya. Gambar tengah, Basnendar dan data prestasinya. Gambar ketiga, Venska asal Tasik, menikmati foto-foto prestasi pakdenya, Happy.

Foto baris kedua kiri : interior ruang reuni sedang dihias. Nampak Reza (asal Yogya) sedang disupervisi oleh Nano (batik), Yudha dan Nuning. Foto tengah : Mayor menata foto Eyang Martowirono. Foto kanan : Reza bekerja bersama oomnya, Broto Happy.

Foto baris ketiga kiri : gerbang besi sedang dipindahkan oleh Mayor, Reza, Yudha dan Bari. Di gerbang ini semua pengunjung akan didaftar dan ditimbang berat tubuhnya. Foto tengah, membersihkan karpet putih oleh Bapak Suparno, Taufik dan Happy. Foto kanan, Budi Haryono memanfaatkan momen reuni keluarga untuk minta doa restu kepada keluarga besarnya. Sebagai bekal untuk maju sebagai caleg PAN Wonogiri di Pileg 2009 mendatang.



tmw

No comments: