Saturday, May 24, 2008

Bapak Jito Wiyono Tutup Usia 84 Tahun



Tenun dan Mobil Impala. Keluarga besar Trah Martowirono menyampaikan duka yang mendalam atas wafatnya Bapak Jito Wiyono , Hari Kamis 22 Mei 2008, Jam 15.00 di Wungusari Rt 02/VI, Gayam, Sukoharjo. Setelah menderita sakit beberapa waktu, beliau dipanggil Sang Khalik pada usia lanjut, 84 tahun.

“Almarhum Bapak Jito Wiyono (foto) memiliki kaitan dengan Trah Martowirono dari garis kekerabatan dengan Martowijoyo, yang tidak lain merupakan ayah dari tiga bersaudara Jiah Martowirono (mbah Dung) putri, Walijan Ratmowijoyo dan Bangin Martosuwiryo,” demikian awal cerita dari Bapak Bhawarto, Camat Giriwoyo, Wonogiri, yang putra kedua dari Bapak/Ibu Bangin Martosuwiryo (almarhum).

Cerita masa lalu itu diwedar, diuraikan, di atas mobil dinas Camat Giriwoyo, Suzuki APV berwarna merah maron yang masih baru, melaju dari Wonogiri ke Sukoharjo, Jumat, 23 Mei 2008, siang.

Selain pak Camat, rombongan terdiri dari Ibu Bhawarto, Ibu Bawarti, Ibu Basriyati, Tito dan wartawan blog Trah Martowirono, Bambang Haryanto (BH). Rombongan juga bertemu dengan warga Trah Martowirono lainnya, yaitu Ibu Harti Priyono, yang tetangga almarhum sesama dari Gayam, Sukoharjo.

“Ketika Bapak Jito Wiyono menikah, karena sudah tak punya orang tua lagi saat itu, yang menjadi wali adalah ayah saya, Bapak Bangin Martosuwiryo,” cerita lanjut Pak Camat Giriwoyo itu. Ia kisahkan kemudian, keluarga almarhum saat itu memiliki usaha tenun yang maju. “Di keluarga ini pula saya waktu kecil pertama kali menikmati naik mobil, yaitu sedan Impala, mobil besar dan mewah saat itu.”


Photobucket

Menghadap sang Khalik. Upacara tradisional “brobosan” sedang berlangsung secara khidmat sebelum peti jenazah meninggalkan rumah duka untuk menuju taman pemakaman umum Astonoloyo mBah Santri, Gayam, Sukoharjo, Jumat, 23 Mei 2008.


Empati melipur duka. Rombongan Wonogiri itu sampai ketika upacara menjelang pemberangkatan jenazah sedang berlangsung. Almarhum sebagai seorang veteran juga diantar ucapan dari wakil Legiun Veteran Cabang Sukoharjo. Luasnya pergaulan almarhum dan keluarga ditunjukkan dengan hadirnya beragam karangan bunga. Dari Bupati Sukoharjo H. Bambang Riyanto SH, MH, BPC Gapensi Kabupaten Sukoharjo, DPD Gapkindo Kabupaten Sukoharjo, Keluarga Besar Rumekso Sukoharjo, Keluarga Besar Akademi Peternakan (APEKA) Karanganyar, Keluarga Besar PDHI Jawa Tengah IV, Paguyuban Haji Misfalah 47 Sukoharjo dan juga warga Rt 04/07 Solo Baru.

Ekspresi ikut berduka cita di atas dan kehadiran takziah yang melimpah siang itu diharapkan mampu meringankan beban bagi anak-cucu dari keluarga besar Jito Wiyono yang dirundung duka mendalam, meliputi keluarga Bapak Harjoto-Nartuti (Jatisrono), Sri Supanti-Sutiyono (Solo), drh. H. Joko Sujito-dr. Hj. Sri Dayaningsih (Solo Baru), H. Bambang Sipnanto, BSc – Hj. Sri Sukasih, SE (Sukoharjo), Darsono, SE – Harini, SE (Tegal), Kenik Kadiyani – Jimin (Sukoharjo), Endang Sri Ningsih, A.Md – Wahyu Haryadi, S.Pd (Solo), Heri Maryanto – Anik Angriani, SH (Solo), Sri Hastuti, A.Md – Rah Sumeidi (Sukoharjo) dan seluruh keluarga semuanya.

Di tengah suasana pemakaman, putra sulung almarhum, Bapak Harjoto sempat berujar kepada saya (BH) bahwa “perlu ada usaha tertentu agar ikatan kekerabatan sesama keturunan Trah Martowijoyo (nama lengkap beliau adalah Makun Martowijoyo menurut versi almarhum Bapak Sriawan dalam obrolan bersama Bari dan saya tanggal 15 Oktober 2007 malam, setelah pulang dari pertemuan Trah Martowirono di Polokarto) dan jalannya silaturahmi dapat terus dilestarikan.”

Terima kasih, Mas Harjoto. Harapan itu juga ikut membesarkan hati kami.

Untuk menuju hal positif itu memang banyak cara untuk menggalang silaturahmi. Keluarga besar Trah Martowirono telah melakukan hal itu, dalam acara reuni tahunan. Dan bahkan sarana mutakhir yang memanfaatkan blog di Internet telah dan terus diupayakan untuk bisa berdenyut, demi menyambung suara hati sampai kerinduan sesama warga trah, walau berjauhan secara fisik dan dan bahkan dibedakan berdasar waktu. Untuk mencapai tujuan yang optimal, maka swaedukasi mengenai manfaat media baru ini dan kesadaran serta kesediaan warga untuk aktif berbagi informasi, masih perlu digalakkan.

Selamat jalan, Bapak Jito Wiyono.
Kami doakan agar Bapak kini tentram disisiNya. Amin.

Seusai melayat, rombongan dari Kajen Wonogiri sempat singgah di rumah Keluarga Priyono di Gayam. Juga ditemui putranya, Slagen Abu Gorda, yang sedang melakukan konsolidasi dengan koleganya dalam rangka mensukseskan cita-citanya sebagai calon legislatif dari PDIP Sukoharjo untuk Pemilu mendatang.

Rombongan juga mampir di Selogiri, menemui Ibu Endang dan Bapak Wiranto. Walau belum kembali mengajar, pekerjaan yang beliau tekuni selama 28 tahun dengan nglajo Selogiri-Solo, Ibu Endang nampak semakin sehat dan ceria. Kami yakin, kepulihannya akan dapat beliau alami dalam waktu dekat ini.


tmw

No comments: