Oleh : Bambang Haryanto
Email : humorline (at) hotmail.com
Fenomena mudik Lebaran yang menggerakkan jutaan manusia
untuk ramai-ramai pulang kampung antara lain dipicu oleh hasrat manusiawi
setiap insan untuk kembali ke akar.
Apalagi bagi mereka yang tinggal di perkotaan dengan
pergaulan yang cenderung berorientasi ekonomi, di mana hubungan antar manusia
berlangsung dingin, manipulatif, penuh kalkulasi dan sarat nuansa persaingan.
Suasana Lebaran yang agamis dan humanis kemudian
menginpirasi banyak warga untuk menghidupkan atmosfir pergaulan antarsesama
secara hangat, terbuka, apa adanya, fitri, dan itu terjadi dalam perisitiwa
yang disebut sebagai reuni.
Rumusan Naisbitt. Anak-cucu dan keturunan
Trah Martowirono tidak pula luput dari dinamika universal tersebut.
Meminjam rumusan “high tech, high touch,”
dari futuris John Naisbitt dalam bukunya Megatrend (1982), telah ia jelaskan
betapa semakin terlibatnya teknologi
dalam kehidupan seseorang maka semakin penting pula nilai-nilai spiritual bagi
individu bersangkutan.
Semakin seseorang terlibat dalam kehidupan berskala global, dirinya semakin berusaha mencari nilai-nilai lokal sebagai pegangannya.
Semakin seseorang terlibat dalam kehidupan berskala global, dirinya semakin berusaha mencari nilai-nilai lokal sebagai pegangannya.
Nilai-nilai lokal itu disemai dan
dipersubur dalam ritus reuni, di mana untuk Trah Martowirono penyelenggaraan acara
pertemuan tahunan yang ke-26 kali tahun 2012 ini dilakukan di
Ia ibarat sebuah ritus “kembali ke oasis, menengok akar, untuk memperoleh asupan rohani sebagai bekal mengarungi kehidupan di masa datang.”
Solo.Ia ibarat sebuah ritus “kembali ke oasis, menengok akar, untuk memperoleh asupan rohani sebagai bekal mengarungi kehidupan di masa datang.”
Memacu kreativitas. Acara reuni 2012 dikemas dengan gaya country,
menghidupkan kembali era koboi, masyarakat agraris yang dekat dan mencintai
lingkungan, dengan hubungan yang guyub, gotong royong, dan egaliter.
Kemasan ini juga ditujukan untuk mendinamisasikan atmosfir pertemuan dan sebagai sarana memacu kreativitas warganya untuk berekspresi. Keunikan itulah yang membuat acara ini ngangeni, dirindukan dan dinantikan.
Kemasan ini juga ditujukan untuk mendinamisasikan atmosfir pertemuan dan sebagai sarana memacu kreativitas warganya untuk berekspresi. Keunikan itulah yang membuat acara ini ngangeni, dirindukan dan dinantikan.
Pada reuni 2009 mengambil tema
perjuangan revolusi 1945 dengan tajuk “6 Djam di Djokdja”, reuni tahun 2010
dengan tema semarak sepakbola (Jombor, Sukoharjo), tahun 2011 di Polokarto,
Sukoharjo dengan tema reggae, dan kini di Solo 2012 dengan tema “Take Me Home, Country Roads” yang diilhami
lagu topnya John Denver.
Benih Trah Martowirono disemaikan
di desa Kedung Gudel, Kelurahan Kenep Sukoharjo. Martowirono adalah seorang bayan
desa (dalam poster ditampilkan sebagai sheriff)
memiliki 4 anak, Suripti, Sutono, Sutejo
dan Sukarni.
Dari keempat anak itu telah hadir keturunan yang berkiprah di pelbagai belahan negeri ini. Kalimantan, Lampung, Bogor, Yogyakarta, Solo, Sukoharjo, Wonogiri, sampai Jember.
Dari keempat anak itu telah hadir keturunan yang berkiprah di pelbagai belahan negeri ini. Kalimantan, Lampung, Bogor, Yogyakarta, Solo, Sukoharjo, Wonogiri, sampai Jember.
Untuk mengomunikasikan kabar keluarga, telah pula
diluncurkan blog Trah Martowirono, di : http://trah.blogspot.com.
No comments:
Post a Comment