Oleh : Broto Happy Wondomisnowo
Mengejutkan. Sebuah pesan singkat datang
dari Mas Mayor, Senin, 30 Juli 2012, jam16.35. Kabar duka ternyata. Berita yang
tertulis di layar HP:
“Berita lelayu dr Mbak Yayuk Jogja, bahwa Mbak Eri istrinya Mas Untung baru saja meninggal dunia. Info berikutnya nyusul. Mayor.”
“Berita lelayu dr Mbak Yayuk Jogja, bahwa Mbak Eri istrinya Mas Untung baru saja meninggal dunia. Info berikutnya nyusul. Mayor.”
Innalilahi wa Inna Ilaihi
rojiun.
Itu kalimat pertama yang
keluar dari mulut saya.
Tanpa berlama-lama, saya
pun segera mengirim pesan singkat kepada kepada Mas Untung. Isinya, tidak lain saya dan keluarga mengucapkan berbela sungkawa yang mendalam atas berpulangnya Mbak Eri menghadap Sang
Khalik.
Berita berpulangnya Mbak
Eri memang mengejutkan. Termasuk saya pun kaget. Seluruh warga Trah Marto
Wirono pun pasti tidak mengira Mbak Eri akan begitu cepat berpulang
meninggalkan kita.
Akhirnya hanya doa tulus
yang saya panjatkan. Saya cuma bisa memohon kepada Sang pencipa Alam Semesta,
semoga Mbak Eri damai di surga. Sementara keluarga yang ditinggalkan, diberi
ketabahan dan kekuatan iman. Amin!
Montir motor Kaliurang. Saya memang tidak begitu banyak bertemu dan bergaul dengan Mbak Eri.
Ini berbeda dengan mbak-mbak saya yang lain.
Dulu ketika awal tahun 1990-an masih sebagai kontributor Tabloid BOLA untuk Jateng dan Yogyakarta, saya malah lebih sering main ke rumah Mbak Yayuk di sebelah timur Stadion Mandala Krida, Yogyakarta. Di tempat ini pula saya bisa bertemu Mbak Endah. Begitu juga ketika Mbak Yayuk pindah ke Besi, Kaliurang, Yogyakarta utara.
Dulu ketika awal tahun 1990-an masih sebagai kontributor Tabloid BOLA untuk Jateng dan Yogyakarta, saya malah lebih sering main ke rumah Mbak Yayuk di sebelah timur Stadion Mandala Krida, Yogyakarta. Di tempat ini pula saya bisa bertemu Mbak Endah. Begitu juga ketika Mbak Yayuk pindah ke Besi, Kaliurang, Yogyakarta utara.
Bahkan, ke tempat Mbak Dwi
di Kaliurang juga pernah saya sambangi. Malah kala itu tidak sengaja saya mau
minta tolong kepada seseorang yang tengah memperbaiki motor untuk menanyakan di
mana tempat TC para pelari jarak jauh Indonesia yang disiapkan ke SEA Games
1991 di Manila, Filipina. Jebulnya, lelaki yang tengah ngotak-atik sepeda motor
itu adalah Mas Doyo, suaminya Mbak Dwi!
Penuh perhatian. Kembali ke laptop. Uniknya, mengapa ya setiap ada liputan ke Yogya,
saya kok malah jarang mampir ke rumah Mas Untung. Jadi, bisa dibilang
hubungan dengan Mbak Eri tidaklah seintens dengan mbak-mbak yang lain.
Meski begitu, bisa saya
sampaikan bahwa Mbak Eri itu ternyata sangat perhatian kepada adik-adiknya,
melebihi mbak-mbak yang lain malah. Dia tak hanya sebagai ibu. Dia juga seorang
kakak yang hangat, dan mungkin juga bisa disebut sebagai teman yang begitu
hangat, penuh perhatian dan menyenangkan!
Setiap bersua dengan saya
dalam berbagai acara pertemuan Trah Martowirono, selalu yang ditanyakan pertama
adalah bagaimana kondisi keluarga saya. Berkali-kali dan selalu, malah. Setiap
bertemu saya, kalimat pertama yang meluncur adalah, “Bagaimana kabar
anak-istri, dik Happy?”
Memang hanya kalimat
pendek. Namun, pertanyaan dan mungkin lebih tepat sebagai pernyataan itu
sungguh menunjukkan betapa Mbak Eri begitu cinta dengan keluarga. Tidak hanya
keluarganya sendiri, Mas Untung, Rico dan Bunga, tetapi juga keluarga
adik-adiknya yang terserak dan tersebar di mana-mana!
Sungguh, sapaan Mbak Eri
itu akan saya kenang terus. Hanya, sapaan hangat dan penuh kasih itu kini hanya
tinggal kenangan. Sosok ibu, kakak, dan teman itu kini sudah damai di rumah
Bapa di Surga. Yang saya kenang hanya tentang sosok Mbak Eri yang hangat,
ramah, dan penuh perhatian terhadap keluarga!
Kini, Mbak Eri sudah damai
di surga. Semoga segala bimbingan, pahala, dan budi baiknya mendapat balasan
setimpal dari Sang Maha Penyayang.
Rest in peace, Mbak Eri…..
Bogor, 3 Agustus 2012
No comments:
Post a Comment