Surat dari Broto Happy dari Makau : Berkeringat di Kota Judi
Sudah sepekan tak terasa saya ikut menikmati bersih dan dinginnya udara di Makau. Jalanan mulus, termasuk juga jalur pedestrian yang lebar, ditambah kendaraan tak banyak berlalu lalang. Fasilitas ini membuat para pecinta jalan-jalan dimanja betul.
Wajar akhirnya Makau menjadi kota tujuan wisata. Destinasi, entah itu berupa benteng tua, gedung-gedung tua bekas peninggalan kaum imperialis Portugal, museum, hingga candi-candi milik nenek moyang penduduk asli, masih dirawat dengan baik.
Makau sejak 1990 merupakan daerah istimewa (Special Administrative Region) Cina ini memliki objek wisata, budaya, dan sejarah menarik. Bekas koloni Portugal ini memiliki ragam keunggulan.
Trah Martowirono di Macau. Disela bertugas, Broto Happywondomisnowo juga menyempatkan mengunjungi beragam tempat wisata. Termasuk benteng Macau seperti terekam dalam foto ini.
Makau punya 25 situs budaya yang diakui UNESCO sebagai Macau World Heritage Sites. Konsep arsitektur Makau pun mirip seperti kota kecil di Eropa karena banyak peninggalan budaya Portugal. Lebih dari empat abad negeri Cristiano Ronaldo ini menguasai Makau dan membuat banyak peninggalan budaya.
Akhir pekan lalu, saya menyempatkan diri melancong ke Ruins of St. Paul’s, yang menjadi ikon utama pariwisata Makau.
Tetapi yang paling berkesan adalah mengunjungi Masjid Macau. Bersama tim Thomas, Jumat lalu, saya ikut salat Jumat. Sejak dulu, tradisi itu berusaha dipertahankan ketika meliput di manca negara dengan mengunjungi masjid di Hong Kong, Atlanta, Sevilla, Guangzhou, Madrid, Qingdao, dll.
Saya berdoa agar Indonesia menang. Sejauh ini Sang Khalik meluluskan doa tulus saya. Tahun 2002, bersama Ketua Umum PBSI Chairul Tanjung dan tim manajer Lutfi Hamid, juga bareng salat Jumat dan berdoa di Masjid Guangzhou.
Doanya begitu mujarab. Indonesia juara Piala Thomas. Jumat lalu pun saya kembali memohon agar tim Garuda bisa lolos ke putaran final Piala Thomas-Uber di Wuhan, Mei nanti.
Namun, karena udara Makau lagi dingin, segala aktivitas di luar ini tidak juga membuat badan berkeringat. Jalan kaki dari Hotel Casa Real menuju masjid atau bolak-balik ke tempat pertandingan di Macau Forum tak juga berkeringat.
Akhirnya penantian itu tiba. Rabu (15/2) pagi setelah tim Merah-Putih berlatih, lapangan banyak kosong. Karena memang berniat untuk berolahraga, sebagai ”pemain pinjaman”, saya pun bisa main dua gim bersama ofisial tim Indonesia. Kenapa disebut pemain pinjaman?
Karena seluruh peralatan hasil pinjaman pemain. Raket Dionysius Hayom Rumbaka yang saya pakai, cukup ampuh. Terbukti, dalam dua gim itu, saya bersama partner bisa menang! Kalau boleh nyombong, tak hanya pemain, pasangan peraih medali emas Olimpiade Atlanta 1996, Ricky Soebagdja dan Rexy Mainaky yang kini melatih Malaysia, pun ikut menjadi saksi!
Hanya, manfaat utama adalah, keringat ngocor deras. Selama di kota judi, baru kali ini badan saya bisa berkeringat.
Hanya, pelajaran terpenting yang saya dapatkan justru dari Nguyen Tien Minh. Pemain kurus kecil asal Vietnam itu telah mengajari agar dalam pertandingan dan juga di kehidupan itu jangan gampang menyerah. Itu ditunjukkan saat mengejutkan dengan menggulingkan pemain andalah Cina, Chen Long.
Saya berharap semangat juang pemain kita juga terus berkobar, entah siapa lawannya. Jangan gampang menyerah! Itu saja.
Wassalam,
Broto Happy W.
No comments:
Post a Comment