Dalam Kenangan : Bapak Kawito, SH (1930-2011)
Oleh : Bambang Haryanto
Email : humorline (at) hotmail.com
Reza kini mungkin kehilangan teman.
Untuk berbagi cerita tentang sepakbola.
Karena teman yang sekaligus eyang tercintanya itu, Bapak Kawito (foto), pada tanggal 1 Februari 2011 telah kembali kepangkuan Allah Sang Maha Pencipta.
Beliau wafat dalam usia 81 tahun setelah beberapa hari dirawat di Rumah Sakit Bethesda, Yogyakarta.
Kabar tentang sakitnya beliau saya terima dari Bari Hendriatmo, ayah Reza, hari Senin, 31 Januari 2011. Esok sorenya, kabar duka tentang meninggalnya beliau itu dikirimkan oleh Nuning. Dan hari ini, Nuning, Nano dan saya, memutuskan untuk melayat ke Yogyakarta.
“Sugeng tindak, Pak Kawito.”
Beberapa tahun lalu, ketika Reza dikhitan, saya ikut rombongan keluarga Kajen Wonogiri ke Yogyakarta untuk mengikuti acara perhelatan keluarga ini. Obrolan dengan Bapak Kawito yang paling saya ingat adalah tentang sepakbola. Karena kami berdua sama-sama menyenangi tim yang sama : Tim Panzer Jerman.
Setiap kali ketemu Reza, termasuk ketika Reuni Trah Martowirono 2009 di Yogyakarta, selalu saya tanyakan apakah Eyang Kawito masih rajin menonton tayangan langsung sepakbola. Kata Reza, tidak serajin dulu.
Boleh jadi, karena tayangan di televisi biasanya larut malam sehingga tidak kondusif untuk beliau saat ini. Boleh jadi pula, seperti kenangan dari wakil warga Gendeng ketika berpidato mengantar jenazah, Bapak Kawito lebih berfokus pada kegiatan kemasyarakatan, termasuk sebagai anggota Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI), yang beliau ikuti dengan tekun, sepanjang 23 tahun, hingga saat Allah memanggilnya kembali.
Bersatu bersama ibu. Menikmati sepakbola, antara lain, dan kegiatan bermasyarakat, telah beliau terjuni sejak memasuki masa pensiun tahun 1988. Sebelumnya dari daftar riwayat hidup beliau terentang sejarah kehidupan yang kaya warna.
Beliau yang lahir tanggal 11 November 1930, pernah menjadi jaksa di Kejaksaan Negeri Banjarnegara (1963), Bogor (1963-1965), menjabat sebagai Kepala Kejaksaan Kerinci di Jambi (1965-1968), kemudian Kepala Kejaksaan Muara Bungo di Jambi (1968-1971).
Dari Sumatera lalu kembali ke Jawa dengan menjabat sebagai Kepala Kejaksaan Pandeglang, Banten (1971-1977), pindah ke Jawa Timur sebagai Kepala Kejaksaan Bondowoso (1977-1979), lalu meloncat jauh sebagai Asisten Pembinaan Kejaksaan Tinggi di Ambon, Maluku (1980-1984), dan terakhir berbakti kepada negara dan bangsa sebagai Kepala Kejaksaan Negeri Pati, Jawa Tengah (1984-1988).
“Selamat jalan, Pak Kawito.”
Kepergian beliau ke alam baqa ini tentu saja membuahkan kesedihan bagi putra-putri beliau.Utamanya bagi keluarga Widyastini-Susandi, Widyastono-Sri Wijayanti, Widi Nurhayati-Bari Hendriatmo, Wimbo Nurhaeni-Slamet Indarto, Wimbuh Reni Rahayu-Suratno, dan Wigit Satyarini-Dian Hermawan. Juga untuk para cucu, Apit, Ana, Bagus, Reza, Dimas, Ricky, Rika, Tauhid, Shodiq, Agung dan Anissa, juga cicit Ardhana.
Syukurlah, walau berat, keikhlasan nampak meronai suasana upacara pelepasan jenasah di Gendeng, Yogyakarta, hari ini (2/2/2011). Bapak Kawito dimakamkan di Pemakaman Umum Ngawen, Gunungkidul, disamping lahat Ibu Kawito (foto) yang telah mendahului menghadap Sang Khalik 3 tahun sebelumnya.
Seluruh keluarga besar Trah Martowirono ikut berduka cita yang mendalam untuk wafatnya Bapak Kawito, SH. Semoga arwahnya kini sejahtera dan sentosa di sisi Allah. Dan keluarga yang beliau tinggalkan semoga senantiasa memperoleh ketegaran, kesabaran, juga hidayah yang selalu melimpah dari Allah.
Wonogiri, 2/2/2011
tmw
No comments:
Post a Comment