Lintang, Trah Martowirono dan Global Warming
Gema Gertakan Al Gore. “The warnings are rather chilling. Around 2,000 islands will disappear from Indonesia's map due to rising sea levels,” demikian pembuka artikel dari Kanis Dursin di harian The Jakarta Post, 1/5/2007. Peringatan itu terdengar menakutkan. Sekitar 2 ribu pulau akan lenyap dari peta Indonesia akibat kenaikan permukaan air laut.
Ia lanjutkan bahwa semua kota-kota pantai dan perumahan di tepi laut akan tenggelam. Satwa liar, terutama yang dilindungi, akan punah. Banjir, tanah longsor, badai dan angin ribut akan menjadi peristiwa rutin, sementara penyakit akan menghantui seluruh penghuni jagat ini. Walau pun demikian, sebagian besar penduduk Indonesia tidak menyadari angka-angka statistik yang menakutkan itu. Mereka juga jauh dari siap melakukan aksi konkrit untuk mengantisipasi pemanasan global. Survei ACNielsen menunjukkan 28 persen warga dewasa di perkotaan menyadari ancaman pemanasan global, tetapi hanya separonya yang menganggapnya sebagai masalah yang serius.
PELAPOR PEMANASAN GLOBAL. Siswa-siswi SMS Pangudi Luhur St.Josef Solo menunjukkan bahwa ancaman pemanasan global telah juga menjadi keprihatinan mereka. Kreasi mereka untuk menyebarkan pesan kepada generasi muda telah diwujudkan dalam pelbagai kegiatan kreatif. Lebih terpuji lagi, semua aktivitas itu kemudian ditulis di media massa. Pelapor yang merangkum beragam kegiatan bertajuk “Stop Global Warming” itu adalah Lintang Rembulan, Budi Santoso dan purbasari, seperti termuat di harian Kompas Jawa Tengah, 19 Februari 2008.
Pesan mengenai seriusnya ancaman pemanasan global yang dikampanyekan mantan Wakil Presiden AS, Al Gore, sokurlah juga bisa sampai ke sebagian anak-anak muda kita. Contoh kecil, siswa-siswa SMA Pangudi Luhur St. Josef, Solo, baru saja mengadakan rangkaian acara yang bertajuk “Stop Global Warming.” Acaranya meliputi pentas seni, melukis mural, bazaar dan aneka lomba yang diselenggarakan tanggal 25-28 Januari 2008. Sebagaimana diliput di lembar Gelanggang Remaja-nya harian Kompas Jawa Tengah (19/2/2008), acara itu sukses.
“Ruarr biasa untuk EO (OSIS) Yosef Day. Selamat dan maju teruss!,” demikian tulis Bapak FX Triyas Hadi Prihantoro, guru St. Josef. Ibu Erika, guru biologi, ikut memberikan apresiasi : “Bagus, rame, meriah, unik !”
Sekadar info, Ketua OSIS SMA St. Josef sekaligus event organizer acara heboh tersebut adalah Lintang Rembulan, siswa klas XI IA 1. Bahkan ia juga merangkap sebagai pewarta, bersama temannya Budi Santoso (klas XB) dan Purbasari (XI IS 3), yang melaporkan acara bersangkutan untuk lembaran harian Kompas Jawa Tengah tersebut.
KERONCONG TIDAK PROTOL. Ketua OSIS SMA St. Josef Solo, Lintang Rembulan, di sekolahnya juga aktif dalam kelompok musik keroncong. Permainan biolanya pernah unjuk gigi ketika kelompok keroncong pelajar itu ikut memeriahkan hari ulang tahun ke-90 maestro keroncong asal Solo, Gesang Martohartono, pada hari Selasa, 1 Oktober 2007 yang lalu. Lagu yang mereka mainkan adalah “Bengawan Solo.” Duet Lintang (biola) dan Bakoh asal Kaliurang (vocal) pada reuni Trah Martowirono XXI di Desa Wonorejo, Polokarto, Sukoharjo (15/10/2007) telah menghasilkan pemasukan dana paling besar saat keduanya “mengamen” dengan membawakan lagu “Bengawan Solo” juga.
Membanggakan ! Prestasi Lintang, yang juga menekuni alat musik biola (foto) tersebut, pastinya sangat membanggakan. Tidak hanya bagi sekolahnya, tetapi juga bagi orang tuanya, keluarga Mayor Haristanto yang Presiden Republik Aeng-Aeng, Solo. Sekaligus juga membanggakan bagi seluruh warga keluarga besar Trah Martowirono. Selamat, Lintang ! (Bambang Haryanto).
tm
Monday, February 25, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment