Pesta Olahraga Agustusan 2009 : Tradisi Samiaji Berlanjut
Prestasi bertahan. Menjadi juara, entah apa pun tingkatannya, memang lebih mudah. Justru yang lebih sulit adalah mempertahankannya. Pameo itu berlaku hingga kini. Mempertahankan gelar juara itu sangat berat dan lebih rumit dibanding ketika pertama kali merebutnya.
Pengalaman itu dialami keluarga besar warga Jalan Samiaji 4, dalam menyambut perayaan HUT Kemerdekaan RI ke-64 di lingkungan Komplek Bumi Indraprasta, Bantarjati, Kodya Bogor. Tahun lalu, dinobatkan sebagai juara umum, sekarang pun tetap sebagai juara umum.
Juara Lomba Menyanyi Ibu. Pada hari-hari tanggal tua seringkali kaum ibu rajin menyanyi, yang bisa membuat kaum bapak pusing. Tapi kelompok ibu-ibu dari Samiaji 4 menjadi juara karena kekompakan dan dari kemerduan suaranya, hingga membuat terpana anak yang berkaos kuning itu. Anak itu menunggu lagu “Tak Gendong”-nya mBah Surip dinyanyikan.
Hitung-hitung, paling tidak ada enam kemenangan yang disabet anggota keluarga besar Samiaji 4. Yaitu, juara Voli Bapak-Bapak, juara Futsal Anak-Anak, Kontes Keluarga Harmonis, Lomba Menyanyi Bapak, Lomba Menyanyi Ibu, dan Lomba Keindahan/Kebersihan Lingkungan.
“Wah, ini kemenangan yang menggembirakan. Kuncinya adalah rasa kebersamaan warga Samiaji 4 yang demikian kental,” kata Broto Happy.
Tes Snipper Densus 88. Lomba panjat pinang membutuhkan otot lutut kuat dan kerjasama. Karena lomba heboh itu ditiadakan, otot lutut para gladiator Samiaji 4 tetap diuji dalam lomba memasukkan pensil dalam botol. Bila otot lutut tidak stabil, maka peluru pensil itu dipastikan gagal mengunjam sasaran.Konon lomba ini dijadikan syarat untuk mentes kelulusan anggota Densus 88.
Sayang, lomba panjat pinang yang tahun lalu juga dimenangkan tim Samiaji 4, tahun ini batal digelar. Alasannya, tidak mendapat sponsor yang memadai. Seandainya panjat pinang diselenggarakan, naga-naganya juga akan kembali disabet sang juara bertahan.
Maklum, warga Samiaji 4 sudah melakukan persiapan dengan baik. Kostum kemenangan, berupa daster-daster penuh mukjijat, juga sudah dikeluarkan dari peti keramat penyimpanannya. Konon peti ini dijaga ketat siang malam, oleh kapur barus, agar tak hancur digegrogoti ngengat. Bahkan, jauh-jauh hari bapak-bapak Samiaji 4 sudah rajin latihan menguatkan otot-otot bahu, kaki dan tangan.
Cuma tidak latihan di pusat kebugaran, melainkan dengan sering memanjat tiang telepon atau bergelantungan di pohon untuk mendirikan gapura dan memasang berbagai pernik Agustusan, termasuk bendera dan umbul-umbul.
“Wah, sayang banget panjat pinang ditiadakan. Padahal, kita sudah latihan spartan lho,” ujar salah satu warga.
Yang tidak kalah seru, para istri pun bersiap dengan Program “ISTRI SIAGA”. Artinya, para ibu-ibu pun merelakan dasternya bakal koyak atau rusak dan kemungkinan tidak bisa dipakai lagi di rumah. Mereka pun sudah siap siaga untuk menjahit kembali, seandainya dasternya yang robek!
Kembali Kita Juara Voli
Tim bola voli Samiaji kembali menjadi kampiun. Tahun silam sudah juara Agustusan, tahun ini juara lagi. Apa tidak bosan juara?
“Justru inilah tantangannya. Jangan pernah merasa puas dan berusaha untuk selalu tampil terbaik,” sebut manajer tim voli Samiaji, Suhandi.
Pada pertandingan Agustusan 2009, tim voli Samiaji kembali menjadi kampiun. Dalam tiga kali penampilan, sang juara bertahan ini tidak pernah kalah. Lawan yang sempat menyulitkan adalah tim Arjuna yang memaksa perlawanan hingga tiga set. Itu pun di set ketiga perolehan angkanya begitu jauh.
Penentuan mahkota juara tim Samiaji dipastikan ketika mengalahkan tim Parikesit pada pertandingan yang digelar Senin (20/7). Lewat kemenangan dua set langsung, 25-13 dan 25-19, sudah cukup mengantar tim Samiaji kembali tampil sebagai kampiun.
Modal utama sukses tahun ini menurut Suhandi, adalah berkat kekompakan. Ini yang membedakan dengan tim-tim lain yang terkadang kesulitan untuk mengumpulkan pemain.
Namun tidak dengan tim Samiaji. Setiap hari pertandingan, stok pemain melimpah.
“Ini karena kesadaran warga Jalan Samiaji untuk menyukseskan kegiatan Agustusan demikian tinggi. Sehingga setiap akhir pekan mereka sudi meluangkan waktunya untuk berkumpul dan berolahraga bersama. Makanya, tim Samiaji begitu solid,” aku penggemar berat olahraga ini.
Dari penelusuran, didapat kabar, bahwa sebelum hari H pertandingan, koordinator voli tim Samiaji selalu menyambangi warga untuk ikut berpartisipasi. Dengan pola pendekatan seperti inilah, warga tergerak untuk ikut berlomba. Soal kemampuan dan ketrampilan masing-masing warga disingkirkan lebih dulu.
Hasilnya, materi pemain yang datang ke lapangan selalu berlebih. Pergantian pemain atau rotasi bisa dilakukan dengan mulus. Siapa yang merasa lelah, segera digantikan rekannya yang lebih segar. Dengan pola semacam ini, pantas saja tim voli Samiaji kembali berjaya mengatasi lawan-lawan.
“Inilah kelebihan kita dibanding tim lain. Kita lebih kompak dan lebih komplet pemainnya,” sebut kapten tim Dudung Syamsudin.
Mau tahu siapa materi pemain tim Samiaji yang kali ini menjadi juara? Mereka adalah, Suhandi, Andri, Rudy, Indra, Dudung, Bagus Nugraha, Rozy, Kiki, Suksma, Ruli Rusliawan, Broto Happy, Arpan, Gada Soempena, dll.
Yang lebih heboh saat penyerahan hadiah, Senin, 17 Agustus 2009. Sebagai kampiun, tim Samiaji mendapat kado besar. Isinya, selain hadiah satu set kaus dan peralatan minum, juga lima buah bola voli.
Selamat untuk sang juara!
Pemain Pinjaman Dan Sepatu Ajaib
Ini bukan cerita Cinderella. Bukan pula kisah Muntadhar al-Zaidi, wartawan stasiun televisi Irak. Meskipun sama-sama mengupas soal sepatu, namun konteks dan romantismenya begitu berbeda.
Sepatu Cinderella tentu akan diingat dan menjadi kisah pengantar tidur bagi anak-anak kita yang tidak akan lekang ditelan zaman. Karena sepatunya –- dan tentu berkat budi pekerti, kerja keras, dan ketabahannya -- dia bisa hidup bahagia bersama pangeran di istana yang megah.
Sementara sepatu yang dilemparkan Al-Zaidi, nyaris mencederai Presiden AS, George W. Bush. Tindakan Al-Zaidi banyak disebut sebagai transformasi kebencian rakyat Irak yang bosan dengan kehadiran tentara Amerika di negara itu yang berlarut-larut hingga enam tahun lamanya. Mereka juga khawatir Irak akan terus dikuasai Iran selepas Amerika Serikat keluar dari negara itu kelak.
Lupakanlah sepatu Cinderella dan Al-Zaidi. Berkat sepatu pula, tim voli Samiaji berjaya. Sepatu merk Adidas putih ini ternyata ikut memberikan sumbangsih besar bagi kemenangan tim Samiaji di lapangan voli acara Agustusan 2009.
Menurut sumber yang menolak disebut jati dirinya, salah satu pemain Samiaji sebenarnya jago main voli, paling tidak untuk tingkat rukun tetangganya. Cuma, karena baru pindahan rumah, perlengkapan sepatu olahraganya belum ikut terbawa. Akhirnya, demi memegang prinsip di mana bumi berpijak, di situlah langit dijunjung, terpaksalah sang pebola voli tampil sebagai pemain pinjaman.
Jadi dipinjam dengan jumlah nilai transfer tertentu, layaknya pemain bola terkenal di belahan bumi Eropa sana?
“Bukan. Maksudnya apa-apa harus pinjam ke tetangga, termasuk sepatu ini,” akunya, dengan terkekeh.
Apalagi, uniknya, sang pemilik sepatu kets ini justru kurang gila berolahraga. Memang sih, kabarnya dulu sempat menekuni olahraga jalan kaki di akhir pekan, namun itu dilakukan sebelum pindah ke Samijai 4. Kini layaknya tukang pijat, tokoh yang satu ini lebih banyak berolahraga memainkan jari-jari tangannya dengan memencet-mencet tuts keyboard mengiringi para tetangga melantunkan suara emasnya.
Inilah apa yang disebut sebagai simbiose mutualisme. Nilai-nilai yang patut diteladani dan dikembangkan. Ada kesediaan berkorban demi menjaga kekompakan dalam sebuah kerjasama dan ujung-ujungnya diharapkan membawa kemenangan bersama.
“Yang tidak bisa bermain voli, tetap bisa berpartisipasi dan berkontribusi. Salah satunya cukup dengan menyumbangkan sepatunya,” sebut kapten tim Samiaji, Dudung Syamsudin.
Tetapi, dari penelusuran ke kubu lawan, sepatu itu layaknya di ring tinju yang membuat lawan KO. Bukan kemampuan dan kenyamanan yang membuat sang pemain menjadi jago, tetapi karena bau yang ditimbulkannya. Maklum, konon, sepatu itu terakhir kena sabun dan air, tiga tahun silam!
Pantesan: hoeeek, hoeeeekk!
Festival Samiaji Meriah
Setelah sukses menggelar Festival Samiaji (FS) 2008, tahun ini warga Samiaji 4 Komplek Bumi Indraprasta, Bantarjati, Bogor, kembali menyelenggarakan hajatan serupa. FS 2009 berlangsung sehari penuh pada Sabtu, 15 Agustus.
“Terima kasih, acara Festival Samiaji 4 tahun ini berjalan sukses dan meriah,” kata Ketua Panitia Festival Samiaji, Gada Soempena.
FS merupakan hajatan dari, oleh, dan untuk warga Samiaji 4 layak ditradisikan. Karena, dari acara ini ternyata banyak manfaat yang bisa dipetik. Tahun ini tema FS adalah, Kita Adalah Satu.
“Karena acara ini terbukti telah memberikan manfaat yang sangat baik dalam menjalin silaturahmi antar warga Samiaji 4, maka FS digelar dengan acara yang lebih seru dan menarik. Ini sesuai tema, bahwa Kita Adalah Satu,” sebut Gada, yang ditemani Wakil Ketua Panitia, Arpan.
Sayangi Air Kita. Kontes akuatik, mengeluarkan bola pingpong dari dalam galon air, melatih kepedulian untuk berhemat air. Kalau banyak air yang tumpah dalam perjalanan, membuat galon tidak penuh dan bola pingpong tidak akan menyembul di mulut galon. Dengan berhemat, kita mampu meraih keberhasilan. Anak-anak dan kaum ibu Samiaji 4 telah menghayati pesan lingkungan itu dalam aksi.
Tunjukkan Merahmu ! Tahun 2010 diprediksikan lomba makan krupuk setiap tanggal 17 Agustus, akan tidak ada lagi. Karena kerupuk sudah diaku sebagai milik bangsa Malaysia, sehingga bangsa Indonesia harus membeli paten dari negeri jiran itu. Merujuk kekuatiran itu maka bapak (berkaos merah) langsung ikut lomba tahun ini di komplek Samiaji 4. Melihat ekspresinya beliau pantas menjadi kandidat walau mungkin ulah adik kecil (nomor 4 dari kiri) sangat berpotensi menggagalkan ambisi “pak merah” itu menjadi juara.
Acara-acara yang digelar bisa disebut adalah lomba permainan anak-anak seperti lomba mewarnai, lomba makan kerupuk maraton, hingga kontes aquatik, yaitu mengeluarkan bola pingpong dari dalam galon air.
Mengenang masa kecil. Lomba kelereng di atas sendok juga menggoda ibu-ibu Samiaji 4 untuk mengikutinya. Selain mengukur kekuatan rahang dan gigi, juga kestabilan dalam melangkah dan harmoni dalam mengatur pernafasan. Lomba yang tidak mudah, tetapi suatu nostalgia guna mengenang masa kanak-kanak yang indah.
Tak hanya anak-anak yang terlibat (foto atas). Juga ada lomba orangtua, seperti lomba kelereng, memasukkan benang dalam jarum berpasangan, memasukkan pinsil dalam botol parfum, lomba makan tutud (sejenis kerang), hingga lomba nyanyi maraton, dll.
Namun, yang paling heboh ketika berlangsung kuis Tebak Wajah Siapa Dia. Rasanya sulit untuk menebak siapa aktor yang ditampilkan dengan bagian wajah ditutup. Acaranya pun berlangsung ger-geran, penuh kegembiraan.
Misalnya, saat ditampilkan foto anak balita dengan sepeda pun, ternyata sang ayah, Ruli Rusliawan, tidak sadar dan tahu bahwa yang difoto adalah putra bungsunya. Ironisnya, malah anak tetangga yang hanya kadang bertandang ke rumahnya bisa menjawab dengan tepat. Lucunya: padahal foto tersebut juga menempel di pintu kulkas!
Begitu pula ketika ditampilkan foto lama bergambar balita salah satu warga. Semuanya menembak salah. Baru setelah diberi kesempatan lebih lama dan dipandu kata kunci, baru ketebak. Itu adalah foto Broto Happy ketika kecil!
Yang lebih heboh ketika ditampilkan foto keempat. Berupa anak SMA dengan baju seragam putih abu-abu dengan wajah tertutup. Kata kuncinya: Dia sering tampil di televisi, suka menghibur, orang Jawa, dan lengannya berotot. Memang audience sempat bingung dan riuh. Haa….. kemudian banyak yang langsung menebak itu saya.
Padahal ketika ditunjukkan gambarnya utuhnya: jawabnya adalah Tessy, Srimulat! (foto ini didapat dari internet). Haa….. warga senang dan merasa terhibur!
Pembagian Hadiah
Menyemaikan benih cinta tanah air. Anak-anak Samiaji 4 bersiap menunggu giliran ikut lomba. Beberapa tahun kemudian mereka akan ikut lomba voli atau bahkan lomba panjat pinang, bila saja lomba itu tidak didaku sebagai karya asli bangsa Malaysia. Acara heboh 17 Agustusan akan menyemaikan benih-benih rasa nasionalisme pada diri mereka seperti ditunjukkan dan dicontohkan oleh ayah dan ibu mereka.
Semua menang, semua senang. Selain lomba, yang unik dan menjadi daya tarik adalah pembagian hadiah. Seluruh peserta, mulai dari anak-anak balita hingga orangtua mendapat hadiah. Bahkan, para tamu undangan pun seperti tahun lalu juga kebagian hadiah.
Dalam festival sehari itu disajikan berbagai macam menu tradisional yang mengundang selera. Ada pempek dan tekwan Palembang, nasi liwet, pudding Bogor, empal gentong dan nasi jamblang Cirebon, rendang Padang, soup jagung ala Garut.
Seluruh acara ini terselenggara berkat dukungan PT Nestle, Arnott, Zamharisi, Hyundai, Toppro, Astec, Flypower, Yonex, BPR Syariah, dll. “Terima kasih kepada para sponsor yang ikut mendukung kegiatan Agustusan di komplek kami,” sebut Broto Happy.
Diliput Dan Dimuat Warta Kota
Berkokok prestasi dengan kok. Berbeda dengan warga lain, penghuni Jl. Samiaji 4 bisa disebut sangat kreatif. Itu tak hanya tercermin dari pergaulan dan rasa kekeluargaan yang begitu akrab, tetapi juga dalam menciptakan kreasi-kreasi dalam memperingati dan menyambut HUT Kemerdekaan RI setiap tahunnya.
Sejak 2004, selalu saja hadir kreativitas baru menghiasi ujung jalan Samiaji 4. Dari bangunan berwujud gapura itu, sudah bisa ditebak bahwa penghuninya memang sangat menyukai olahraga bulutangkis. Dari shuttlecock (kok) bekas, dengan sentuhan kreativitas, ternyata menghasilkan sebuah karya yang unik dan menarik.
Layaknya untaian bunga melati atau sakura, susunan ribuan kok itu ternyata bisa diubah menjadi hiasan yang menarik. Untaian ribuan kok itu menjadi daya tarik dan penghias utama gapura. Sebuah kreasi yang sangat langka dijumpai di tempat lain.Sebagai penambah sentuhan yang memresentasikan bahwa warga Samiaji 4 menggilai olahraga bulutangkis, dibuat juga kok raksasa dari bahan matras.
Dan itulah salah satu point of interest bagi pengguna jalan yang melintas di depan jalan Samiaji 4.Jerih payah warga Samiaji 4 ternyata kali ini mendapat apresiasi bagus dari media massa. Secara tidak sengaja, saat berlangsung Festival Samiaji, Sabtu (15/8), melintas dua wartawan dari media ibukota, yaitu Warta Kota dan Berita Kota.
Mereka ini ternyata tengah melakukan tugas jurnalistik untuk meliput kegiatan Agustusan yang unik dan berbeda dengan tempat lain. Kedua wartawan itu begitu tertarik dengan kegiatan dan kreativitas warga Jalan Samiaji 4.
Hasilnya, kehebohan kembali melanda warga Jl. Samiaji ketika membaca koran Warta Kota edisi Selasa, tanggal 18 Agustus. Di halaman 7 muncul liputan tentang gapura unik yang berhiaskan ribuan shuttlecock itu.
“Saya belum melihat kreativitas seperti ini di tempat lain. Warga di sini rupanya begitu kompak dan kreatif,” komentar Soewidia Henaldi, jurnalis Warta Kota.
Informasi terkait :
17 Agustusan 2008 dan Trah Martowirono di Tiga Kota
trah