PERTEMUAN TRAH MARTOWIRONO XVI
Polokarto, Sukoharjo, Sabtu, 7 Desember 2002
Ringkasan
Pertemuan Trah Martowirono XVI yang berlangsung di rumah keluarga Bapak Parmono sebagai wakil dari taler ke-3 Bapak Sutejo berlangsung semarak. Penuh kehangatan, teriris keharuan mendalam, maraknya wacana baru, juga tak kalah menggemparkan adalah keberanian generasi IV Trah Martowirono untuk tampil memimpin interaksi antarhadirin.
Mereka tampil secara cerdas, jenaka, jujur, bahkan cenderung sableng yang menyegarkan. Mereka adalah Sari, Rico, Gorda, dan Aning yang menjadi bintang bersinar dalam pertemuan kali ini !
Rasa haru, juga rasa kehilangan, sangat kental mewarnai pertemuan kali ini. Satu-satunya pepunden generasi II Trah Martowirono yang tersisa, yang pada pertemuan tahun lalu di Jombor (19/12/2001) masih hadir segar di tengah kita, kini beliau telah tiada.
Kepergian Bapak Sutono kembali ke Sang Khalik, 14 September 2002, bukan hanya menjadi kesedihan putra-putrinya, Keluarga Bapak Mulyono/Titis dan Priyanto Wisnu Nugroho, tetapi juga kesedihan seluruh warga Keluarga Besar Trah Martowirono. Semoga beliau kini sejahtera di sisi-Nya dan memandang dengan bahagia kita-kita semua yang akan meneruskan cita-citanya.
Pertemuan juga meneguhkan semangat kekeluargaan yang sangat membesarkan hati. Ketika setiap pribadi warga trah berbagi rasa, baik bercerita mengenai kegagalan, kekurangberhasilan, atau pun kesuksesan dan impian, hampir seluruh keluarga besar Trah Martowirono tak ragu dibarengi keikhlasan, bersedia terus mengulurkan empati, membesarkan hati, mendorong dalam semangat dan doa, bahkan tawaran aksi konkrit hingga semua hambatan atau impian makin mendekati solusi secara bijaksana.
Ikatan yang sedemikian luhur inilah yang mampu membuat setiap individu warga trah merasa berharga, dalam situasi dan kondisi hidup apa pun, karena merasakan adanya oasis, tempat untuk bisa kembali guna mereguk optimisme baru setiap tahunnya sebagai bekal melangkah mengarungi gelombang kehidupan di masa depan yang dicita-citakan.
Pertemuan juga mencatat, wafatnya Bapak Sutono tersebut telah membuat rumah pepunden dan cikal bakal Trah Martowirono di Desa Kedunggudel, kini tiada penunggunya. Untuk mengkonservasi situs bersejarah dan penuh kenangan tersebut, pertemuan sepakat berdikusi mencari solusi terbaik.
Demikian juga mengenai masalah waris tanah dan sawah mBah Martowirono, sepakat dirembug pada hari-hari mendatang secara kekeluargaan guna menentukan langkah terbaik, adil dan bijak bagi semua fihak yang terkait. Pertemuan juga sepakat mengagendakan membicarakan gagasan mengenai penambahan frekuensi pertemuan trah. Yang selama ini hanya sekali dalam satu tahun, diusulkan menjadi dua kali dalam setahun.
Realisasi gagasan tersebut akan diputuskan pada pertemuan tahun depan di Kajen, Wonogiri.
Sketsa-sketsa
kisah antarkeluarga
TALER I
Banyak berita menarik dari keluarga Taler I (Suripti). Berita bahagia terkabar dari keluarga Bapak Wiranto/Ibu Endang Markiningsih. Tepat pada ulang tahun Ibu Endang ke 51 tanggal 29 September 2002, di Selogiri telah dilangsungkan acara tunangan putrinya, Sari, sekaligus ritus Kristiani untuk putranya Baroto. Sari kini menghentikan (sementara ?) tradisi turunan ngenger dari ibunya dan bekerja sebagai “pemegang uang” dari usaha salon buliknya, Ibu Suharti Priyono di Sukoharjo.
Baroto nDandung yang kini duduk di semester III Teknik Mesin FT UGM Yogyakarta meneruskan tradisi ngenger di rumah buliknya yang lain, Bapak Kris/Edia Rahayu di Yogyakarta. Ibu Endang dan Bapak Wiranto hadir dalam keadaan sehat walafiat.
Keluarga Bapak Sudoyo/Ibu Dwi Hastuti kali ini mengijinkan puterinya yang bergaya pendekar (“pendek” dan “kekar”) a la Wiro Sableng untuk turun gunung. Ia adalah Aning, yang walau tidak membawa “wedus gembel” dari lereng Merapi tetapi telah bikin gebes-gebes seluruh peserta pertemuan.
Banyak kabar-kabari menggembirakan terkabar dari Kaliurang ini, tetapi notulis lupa mencatat gara-gara terpesona dengan penampilan story telling dari mahasiswi UPN Yogyakarta ini yang teramat menggemparkan. Tetapi juga mengkuatirkan, jangan-jangan sesudah pulang nanti ia akan dapat sanksi dari bapaknya !
Rico yang sekelebatan gantengnya mirip gelandang PSS Seto Nurdiantoro, mewakili keluarga Untung Suripno/Erry. “Habis ini, cerita apa lagi pa ?”, begitu gayanya mencari konfirmasi dari papanya. Yang mengagumkan, mengharukan dan patut ditiru, ialah ketika Rico secara jujur memuji peran ibunya dalam kehidupan sehari-harinya. “Mama adalah mama yang luar biasa !”, tandasnya.
Diwartakan juga bahwa Bapak Untung dengan unit bisnisnya
Griya Cipta Gatra bulan Desember 2002 melebarkan sayap dengan menggarap acara pameran dagang di Wonogiri Expo 2002. Diwartakan pula putrinya, Bunga, akan bersiap duduk di bangku SMU 3 Yogyakarta.
Gorda yang mewakili keluarga Bapak Teguh Priyono/Suharti. Berita menggembirakan yang muncul dari keluarga ini adalah bahwa kini Bapak Priyono kembali ke bangku kuliah, di Jakarta, mengambil Strata 2. Bahkan dalam waktu dekat ini, direncanakan tanggal 27 Desember 2002, akan diselenggarakan acara syukuran. Kita tunggu undangannya !
Ibu Edia Rahayu yang pada dua kali pertemuan trah terakhir tidak disertai sang suami Kristyo “Norodom” Sumarwono, memberikan banyak wawasan kepada segenap peserta pertemuan. Sebagai doktor kimia dan dosen di Teknik Kimia UGM, ia mengemukakan pentingnya pelbagai tindakan konkret dalam mewujudkan cita-cita trah atau sebagian warga trah dalam merealisasikan cita-citanya.
Ringkasnya, beliau menginginkan adanya semacam battle plan sehingga kemudian dapat dirinci aneka tindakan aksi secara teknis untuk merealisasikan upaya memenangkan “pertempuran” tersebut. Paparan yang menarik itu, diselingi ulah putra terkecilnya yang cute, Peter, sampai melebar kepada kisah perjalanannya baru-baru ini ke Kamboja.
Perjalanan berburu bulan madu itu dalam rangka menengok suami yang untuk tahun kedua menjadi tenaga ahli pertanian internasional guna ikut membangun negerinya Hun Sen.
Kalau ada seorang wanita cantik, semampai, dan ringtone telepon genggamnya berbunyi ayam berkokok, mungkin dia adalah sosok Ibu Endah Sulastri yang konon memiliki “mas” seberat 80 kg. Mas itu adalah Mas Agus Widiarto, suaminya.
Wanita satu ini memang mengaku kaya raya, sebab juga memiliki “intan” dan “mutiara” yang memang cantik-cantik. Beliau masih mengajar di SMU De Britto Yogyakarta, dan konon juga berhobi memiliki rumah baru tiap tahunnya.
Keluarga dari Taler I yang kebetulan berhalangan hadir adalah keluarga Bapak Santosa Priyo Utomo. Sayang, tidak sempat diwartakan keadaannya saat itu.
TALER II
Keluarga Bapak Mulyono/Titis dan Priyanto Wisnu Nugroho, sebagai waris dari Taler II (Bapak Sutono), mengutarakan betapa dalam pertremuan Trah Martowirono XIV ini merasakan suatu kehilangan. Seperti diungkap oleh Priyanto Wisnu “Didi Kempot” Nugroho, bahwa “kali ini saya tidak disertai Bapak”, sepeninggal Bapak Sutono pada tanggal 14 September 2002. Pada kesempatan yang sama, Keluarga Mulyono/Titis mengucapkan terima kasih kepada keluarga besar Trah Martowirono yang telah sudi menyengkuyung ubo rampe saat upacara pemakaman pepunden kita semua, Bapak Sutono, kembali kepada Sang Khalik.
TALER III
Slogan “Memang lebih baik”, syukurlah, kiranya cocok menjadi tema laporan tahunan dari keluarga besar Taler III (Bapak Sutejo) ini. Secara pribadi Bapak Parmono, yang saat tampil elegan dan mengingatkan sosok promoter tinju beken Boy Bolang, melaporkan bahwa kini gaya ngantor BRI-nya semakin “kebarat-baratan”. Pasalnya, dulu hanya ke arah barat dari Polokarto (“tempat ini kok jadi favoritnya Amien Rais ?”) menuju Proliman Sukoharjo, sekarang gara-gara naik pangkat menjadi supervisor beliau tiap pagi harus pergi lebih ke barat lagi, yaitu ke BRI Kartosuro.
Sebaliknya, putrinya Erna, justru mengikuti slogannya Mahathir Muhamad, Go East, Young Men/Women ! Tetap meneruskan tradisi ayahnya sebagai bankir, tetapi justru “memang lebih baik” dengan berkarir menuju ke arah timur dari Polokarto, yaitu di BRI Karanganyar.
TALER IV
Dari keluarga besar Taler IV (Sukarni), banyak mencuat berita mirip rasa permen Nano-Nano, yang ramai rasanya. Misalnya,
Bambang Haryanto mengkampanyekan ajakan untuk warga yunior Trah Martowirono untuk memiliki impian dan berusaha mengejar impian tersebut. Ajakan ini sekedar sebagai refleksi atas terpilihnya esai yang ia tulis dalam The Power of Dreams Contest 2002 yang diadakan Honda dan mengantarkannya sebagai pemain sinetron dadakan di Trans TV, 27 Juli 2002.
Barry Hendriatmo melaporkan dampak dari Tragedi Bom Bali 12 Oktober 2002 yang berimbas kepada bisnisnya yang berbasis di Jember dan sekitarnya. Saat itu ia disertai putranya Reza, yang masih duduk di SMU Muhammadiyah II Yogyakarta.
Mayor Haristanto, diawali dengan yel-yel dan lagu suporter Pasoepati, tampil ke arena untuk kembali menyosialisasikan mimpi-mimpinya kelak menjadi walikota Solo. Ia hadir bersama istrinya Nani, putrinya Ayu dan Lintang. Impian besar ini banyak mendapat dukungan. Bhakti “Nuning” Hendroyulianingsih/Nano mewartakan bahwa putranya Yoga kini berkuliah di UMS dan Yudha di Undip.
Dengan mengangkat tinggi-tinggi keramik yang menghias ruang tamunya Mas Parmono/mBak Tim yang benar-benar mirip trofi Piala Champions, Broto Happywondomisnowo, tampil menggebrak mirip pelawak Polo dan menjadi bintang ger-geran.
Aksinya merayakan kemenangan ini, tentu saja termasuk kemenangan seluruh Trah Martowirono yang kompak dan bersatu, jelas merefleksikan profesinya sebagai wartawan Tabloid Bola, yang ikut bangga meliput dan ikut merayakan kemenangan tim bulutangkis Indonesia baik di Sevilla (Spanyol) sampai Guangzhou (Cina). Saat melaporkan berita baik ini, ia khusus datang dari Bogor, disertai istrinya Ayu dan putrinya Gladys.
Karena tabloidnya banyak disukai oleh para keponakan, termasuk Peter, sampai-sampai ibunya, Edia Rahayu, berharap bakal dapat langganan gratis Bola. Happy menyetujuinya, dengan catatan : agar keluarganya dapat imbalan, berupa kemudahan berlangganan ayam secara gratis pula.
Betty Hermisnawaningsih, yang disertai putranya Yudhis, melaporkan pekerjaanya kini di AIG-Lippo.
Sementara Basnendar Heriprilosadoso yang nglanjo sebagai pengajar di STSI Surakarta, mewartakan logo kreasinya memenangi lomba logo Hut ke-15 Magister Manajemen UGM dan ciptaan lainnya menjadi logo resmi Galeri Nasional, Jl. Merdeka Timur, Jakarta Pusat. (BH)***
-----------------------------------------
PERTEMUAN TRAH MARTOWIRONO XV
JOMBOR SUKOHARJO, RABU 19 DESEMBER 2001
Pertemuan trah Martowirono yang ke -15 ini yang menerima adalah taler ke2 yaitu keluarga Bapak Sutono dan diterima di rumah Keluarga Bapak/Titis Mulyono di Jombor Sukoharjo. Pada pertemuan ini juga dihadiri tamu di luar trah, yaitu Keluarga Bapak Tranggono dari Jakarta ( mertua Bapak Happy – Bola).
ACARA:
1. Pembukaan oleh Pengurus Trah dilanjutkan dengan doa pembukaan.
2. Ucapan Selamat Datang dari tuan rumah.
3. Ucapan Selamat Hari Raya Idul Fitri Mohon Maaf Lahir dan batin dari seluruh anggota Trah kepada para sepuh yaitu Bapak Sutono dan Ibu Sutejo.
4. Info Keluarga.
5. Pengumpulan dana sukarela dan penjualan saharn.
6. Pembahasan pertemuan yang akan datang tentang waktu dan tempat.
7. Penutup.
POKOKPOKOK PERTEMUAN
TRAH MARTOIRONO KETIGABELAS
1. Acara ini cukup, meriah karena dihadiri anggota trah yang cukup lengkap.
2. Pada saat pertemuan didiskusikan tentang "beban' apabila keluarga taler ke2 menerima acara trah dalam 4 tahun sekali. Hal ini merupakan bentuk kepedulian antar anggota trah. Namun keluarga taler ke2 merasa tidak terbebani dengan kebijaksanaan ini sehingga ketentuan tentang perputaran reguler antartaler untuk menerima pertemuan keluarga terus dilanjutkan.
3. Bapak Barry menginformasikan bahwa kita memiliki jalur keluarga di wilayah Jawa Timur. Hal ini perlu ditelusuri lebih lanjut.
4. Bapak Mayor Haristanto menginformasikart tentang gegayuhan masa datang" yang ingin mencalonkan diri sebagai Walikota. Visi ini perlu mendapat dukungan dari seluruh anggota trah dalam bentuk doa dan upaya.
5. Bapak Bambang Haryanto diangkat sebagai Sekjen Asosiasi Suporter Sepakbola Indonesia (ASSI) dan ini membahagiakan kita semua.
6. Pada perternuan ke15 ini merupakan perternuan trah yang terakhir bagi bapak Sutono, karena beliau dipanggil menghadap Tuhan, wafat pada tanggal 14 September 2002.
7. Salah satu anggota taler ke3 ( Sdr. Erna ) telah mulai bekerja dan diterima di BRI sejak tanggal 14 Des 2001.
8. Bapak Budi Haryono rencananya akan menikah pada bulan Maret 2002, menyunting putri Yogya, mohon didoakan.
9. Keadaan seluruh Anggota Trah dalarn keadaan baik, bahagia dan damai.
10. Perternuan Trah ke 16 berlangsung di Taler 3 dan akan diterima olch keluarga Bapak Parmono di Polokarto pada tanggal 7 Desember 2002 (Lebaran hari kedua). (US)***
LELUHUR ITU…
Kini tiada lagi
Pak Tono, demikian banyak orang menyapa beliau, adalah seseorang yang menjadi salah satu tokoh sentral dalam Trah Martowirono. Beliau adalah sosok leluhur dari putra mbah Martowirono yang paling lama momong generasi penerus dariTrah Martowirono.
Gaya hidupnya sangat sederhana sampai hari terakhimya. Di usia mudanya, dia sangat dikagumi, bukan hanya oleh sanak saudara, tetapi juga oleh handai tolan dan masyarakat sekitar. Di hari tuanya beliau lebih memilih hidup bertapa, jauh dari hingarbingarnya dunia. Tentu sikap ini dalarn rangka ikut prihatin memperjuangkan masa depan gencrasi berikutnya sambil menjaga dan memundi pusaka yang dititipkan oleh leluhur pendahulunya.
Masih seperti hari kernarin, beliau ikut menyanyi dan menari ketika perternuan trah di Yogyakarta dan semangat hidup itu masih terus nampak ketika perternuan trah di Jombor setahun yang lalu.
Hari tua memang tidak dapat dihindari oleh setiap orang, dan dalam beberapa waktu terakhir ini Pak Tono menderita sakit beberapa saat lamanya. Karena keterbatasan waktu, tenaga dan bea maka tidak sernua anggota trah dapat menemani Pak Tono di. hari-hari terakhirnya.Pak Tono, menjelang akhir hayatnya dalam, suasana sepi tanpa ada saudara yang menghantar kepergiannya.
Kini, kita yang sekarang ditinggal beliau pergi, perlu lebibh meningkatkan diri dalam bersilaturahmi, agar kita bisa saling menguatkan dan membagi suka dan duka bagi generasi selanjutnya.
Selamat jalan Pak Tono, sampai bertemu dengan kita semua di alam kelanggengan. Tugastugas yang belum selesai akan kami kerjakan dengan penuh damai.
Griya Cipta Gatra, 5 Desember 2002
------------------------------------------
PERTEMUAN TRAH MARTOWIRONO XIV
YOGYAKARTA, MINGGU 31 DESEMBER 2000
ACARA:
Acara pertemuan trah ke 14 ini berlangsung di Griya Cipta Gatra Yogyakarta, Rumah Keluarga Bapak Untung Suripno sebagai bagian dari keluarga Taler 1.
Pada acara ini dikemas dalam judul TUMBUK AGENG karena dihadiri oleh tiga trah yaitu :
• Trah Martiwirono, pertemuan ke 14
• Trah Pawirosemito, pertemuan ke 31
• Trah Pamudjihardjo, pertemuan ke 1
Acara ini dfiringi oleb group Cheplin , sebuah kelompok musik jalanan yang sering mengisi berbagal rumah makan di Yogyakarta
Acara tumbuk ageng ini disusun sebagai berikut :
1. Pembukaan oleh Pengurus Trah dilanjutkan dengan doa pembukaan.
2. Ucapan Selamat Datang dari Tuan rumah sambil peluncuran buku "Dokumen Tiga Trah" yang diterima oleh masingmasing wakil Trah yaitu Bapak Sugino, Bapak Sutono dan Bapak Pamudjihardjo.
3. Ucapan Selamat Hari Raya Idul Fitri mohon maaf lahir dan batin dari seluruh anggota Trah kepada. para sepuh yang dilakukan Bapak Kristyo Sumarwono mewakili seluruh anggota trah dengan diiringi lagu Qasidah.
4. Ucapan selamat Hari Natal kepada scluruh anggota trah yang dilakukan oleh Bp. Mayor Haristanto mewakili seluruh anggota trah dan diiringi lagu Malam Kudus.
5. Penyerahan Tanda Mata berupa Foto Dokumenter dari Trah Pawirosemito dan Trah Martowirono untuk Trah Pamudjihardjo. Yang menyerahkan Bapak Broto Atmodjo dan yang menerima Bapak Pamudjihardjo.
6. Rehat pertama diisi dengan tembang kenangan yang disajikan oleh group Cheplin Yogyakarta.
7. Pertemuan Komisi yaitu pertemuan masingmasing trah di tempat terpisah dan kesimpulannya dibawa ke perternuan pleno. Pertemuan komisi ini membahas tentang info keluarga, pengumpulan dana dan membahas waktu dan tempat pertemuan yang akan datang.
8. Rehat kedua, diisi dengan acara makan siang bersama sambil menikmati musik yang disajikan oleh Group Cheplin dan masingmasing trah mengisi acara termasuk nyanyi bareng, kwis keluarga dan bagibagi kado.
9. Doa penutup berupa hening cipta.
POKOKPOKOK PERTEMUAN
TRAH MARTOIRONO KE EMPAT BELAS
1. Acara ini eukup meriah karena dihadiri oleh tiga anggota trah diselingi dengan "Live Music” dan peluncuran buku serta adanya kwis keluarga maupun pembagian hadiah.
2. Informasi dan hal ikhwal masingmasing trah dapat dibahas dalam pertemuan komisi dam diinformasikan dalam pertemuan pleno schingga dapat saling memotivasi antar trah.
3. Seluruh anggota taler ke 3 Trah Martowirono tidak hadir dalam acara ini sehingga dimsa kurang lengkap.
4. Acara pertemuan ftah Martoirono yang ke 15 akan berlangsung bulan Desember 2001 dan yang menenima adalah taler ke2 yaitu Keluarga Bapak Sutono. (US)***
-------------------------------------------
PERTEMUAN TRAH MARTOWIRONO XIII
WONOGIRI, MINGGU 9 JANUARI 2000
ACARA :
1. Pembukaan oleh Pengurus Trah dilanjutkan dengan doa pembukaan.
2. Ucapan Selamat Datang dari Tuan Rumah.
3. Ucapan Selamat Hari Raya Idul Fitri mohon maaf lahir dan batin dari seluruh anggota Trah kepada para sepuh yaitu Bapak Sutono dan Ibu Sutejo.
4. Info Keluarga.
5. Pengumpulan dana sukarela dan penjualan saham.
6. Pembahasan pertemuan yang akan datang tentang waktu dan tempat.
7. Penutup.
POKOKPOKOK PERTEMUAN
TRAH MARTOIRONO KETIGABELAS
1. Acara ini cukup meriah karena diselingi dengan "Live Music” dan penjualan kaos Trah.
2. Laporan tentang penyelenggaraan acara Seribu Hari Simbah yang berlangsung tanggal 12 September 1999. Namun pelaksanaanya tidak sesuai dengan rencana semula.
3. Diinformasikan bahwa Pakde Sutigno wafat tanggal 29 Desember 1999 berarti pertemuan yang ke dua belas (1999) merupakan pertemuan terakhir dengan beliau.
4. Keadaan seluruh Anggota Trah dalam keadaan baik, bahagia dan damai.
5. Diusulkan oleh Generasi Keempat (cicit Trah Martowirono) agar pertemuan ini juga mengakomodasi kepentingan cicit dalam arti memberi acara lebih banyak bagi cicit.
6. Pelaksanaan Sertifikat Pusoko akan dilaksanakan pada tahun 2000 ini dengan tetap menegaskan bagian masingmasing Taler. Keluarga Sukoharjo (Dik Harti) diminta untuk mencari informasi biaya penyertifikatan ini di kantor Agraria.
7. Pertemuan Trah keempat belas berlangsung di Taler 1 dan akan diterima oleh keluarga Untung Suripno pada tanggal 28 Desember 2000 (Lebaran hari kedua). (US)***