Friday, November 02, 2012

Di Batas Hari Engkau Menungguku

Oleh : Untung Suripno


“Bangunlah cintaku. Bangun!! 
Karana jiwaku mengalu-alumu dari dasar laut, 
dan menawarkan padamu sayap-sayap 
di atas gelombang yang mengamuk.
Bangunlah, kerana sunyi telah menghentikan derap kaki kuda 
dan langkah para pejalan kaki “ 


Potongan syair Kahlil Gibran (1883-1931), seorang penyair Lebanon Amerika ini mungkin yang dapat menggambarkan perasaan hati saya setelah 99 hari ditinggal isteri saya menghadap  Bapa di Sorga. 

Banyak saudara dan sahabat sering bersilaturahmi dengan saya untuk menguatkan hati.   

“Kematian adalah sebuah jeda hidup, ikhlaskanlah yang sudah mendahului, yakinlah bahwa almarhumah sudah bahagia di kehidupan kekalnya “    

Itulah salah satu kalimat penghiburan yang sering saya dengar.

Ternyata, kehilangan pasangan hidup oleh sebab kematian bagi saya adalah sebuah peristiwa yang sulit dilupakan. Sejak hari pertama hingga hari ke 99 ini saya sering ditemui almarhumah dalam angan. Saya sering merasa bersalah karena tidak dapat memenuhi beberapa keinginannya. 

Saya tidak menyangka kalau perginya terlalu cepat. Saya merasa kesepian di tengah hari yang sibuk. Ada saat-saat dalam hidup saya sangat merindukan almarhumah sehingga ingin menjemputnya dari alam mimpi dan memeluknya dalam alam nyata. Yang itu tidak akan pernah terjadi lagi.

Tetapi hidup harus terus berjalan. 
Bahkan harus terus diperjuangkan.   
Life must go on,“ begitu kata adik saya memberikan semangat saya dalam melakoni setengah perjanan saya kedepan. 

Kekuatan yang memberi motivasi saya untuk bangkit dalam harapan hidup salah satunya adalah pesan almarhum agar saya mendampingi anak – anak membangun rumah tangga. Saya tidak sedang memaksakan kehendak tetapi dengan sabar akan mendampingi anak-anak saya menemukan belahan hatinya. 

Kekuatan lainnya yang memotivasi saya untuk terus menjalani hidup adalah cintanya almarhumah kepada saya dan anak-anak. Cintanya  tidak pernah meminta tetapi senantiasa memberi, cintanya sering membawanya  menderita, tetapi tidak pernah mendendam. 

Hari – hari kedepan akan saya lewati.  

Guru spiritual saya berpesan : “Pada saat hidupmu berjalan, jangan terlalu sering menatap ke belakang. Sebab saat kamu melihat ke belakang, kamu tidak akan tahu dan tidak akan siap pada apa yang akan menghadang kamu di depan nanti. “

Sisa hidup saya akan saya hibahkan untuk pelayanan kepada sesama. 

Ada satu pesan penting dari almarhum Steve Jobs (1955-2011), pendiri perusahaan Apple yang terkenal, yang sangat berharga bagi siapapun. Yaitu soal kematian. Setiap orang pasti takut kalau bicara kematian. Namun yang pasti kematian adalah hal yang akan dialami setiap makhluk hidup. 

Apa yg akan kita lakukan jika Malaikat memberi tahu bahwa esok hari nyawa kita akan dicabut? Tentu kita akan melakukan hal yang terbaik dalam hidup. Jika kita hidup setiap hari seperti hari terakhir bagi kita, maka kita akan menciptakan sesuatu yang benar-benar besar.

Saya merasa bersyukur karena di tahun 2013 saya dipanggil kembali menjadi anggota Majelis Gereja. Saya sedang berusaha untuk mengisi hidup dengan cara berbuat kebajikan seolah-olah ini adalah hari terakhir hidup saya.   

Hidup ini dimulai bukan saat semua dimulai, tetapi hidup ini dimulai ketika kita mengira semuanya berakhir. Itulah awal hidup yang sesungguhnya.

Ini saya lakukan karena saya sadar bahwa isteri saya menunggu saya di batas hari. 


Yogyakarta, 31 Oktober 2012