Sunday, November 29, 2009

Pohon Mojo, Kenangan dan Prestasi di Balekambang




Oleh : Bambang Haryanto
Email : humorliner (at) yahoo.com


Gajah gabres. Apakah kelapa merupakan buah yang mewah dan mahal pada jaman Patih Gajah Mada hidup ?

Kalau tidak, mengapa ia harus bersumpah tidak akan memakan kambil itu sebelum dirinya berhasil menyatukan Nusantara ?

Mungkinkah pada era saat ia memerintah di kerajaan Mojopahit, makanan utama dirinya dan rakyatnya adalah buah mojo yang terasa pahit itu ?

Apakah di Jawa Timur buah mojo itu terasa pahit ?

Melakukan kilas balik ke masa lalu, buah mojo bukanlah buah yang pahit. Itulah obrolan yang sempat muncul antara saya dan Mayor Haristanto, di Balekambang Solo, Sabtu pagi, 21 November 2009. Kami berdua masih ingat bahwa di tebing batas tanah sisi selatan rumah Kajen, Wonogiri, tahun 1960-an, terdapat pohon mojo itu.

balekambang,mojo beruk,pelajar sd solo,cinta lingkungan hidup,mayor haristanto,tps food tbk

mojo beruk,taman balekambang,mayor haristanto,tps food tbk,pelajar sd solo

Mojo di Balekambang. Ratusan anak-anak sedang bersiap secara bersama untuk mendirikan pohon mojo (foto atas) dan kemudian mereka menyaksikan pohon langka itu kini berdiri. Peristiwa menarik itu akan membekaskan kenangan positif bagi mereka untuk tertanamnya rasa kecintaa terhadap pelestarian lingkungan dalam tahap kehidupan mereka di masa mendatang. [Foto-foto : Is Arianto/OI Bento Solo.]

Juga berbuah. Buahnya bundar, sebesar kepalan tangan, berbatok keras. Kalau matang batok itu berwarna kuning, mengeluarkan bau harum. Cara memakannya harus dibakar dulu. Saat matang ia akan mengeluarkan bunyi ledakan kecil ketika batoknya pecah dan merekah.

Mojo sebenarnya bukankah buah yang nyaman untuk dikonsumsi. Karena pada buahnya itu terdapat ceruk-ceruk biji yang terbungkus dengan lendir sebening kristal yang lengket. Untuk memakan daging buahnya, kita harus bersibuk menyingkirkan lendir kristal tersebut. Tetapi dasar anak-anak di masa itu, yang nggragas, bahkan di masa itu buah salam pun diembat, buah mojo itu pun jadi sasaran.

Selain di Kajen, saat itu di halaman depan rumah dinas bupati Wonogiri, juga terdapat pohon mojo. Saat saya duduk di SDN Wonogiri 3, ada teman sekelas bernama Joko Waluyono yang kerabat dari Eyang Laksmintorukmi yang istri bupati saat itu, Brotopranoto.

Pertemanan tersebut yang membuat halaman belakang dan depan rumah dinas bupati ini menjadi salah satu tempat saya bermain-main. Kalau ke masjid, kami dari Kajen bisa lewat pintu butulan, berada tepat di depan rumah Bapak Sularso/Venus Cellular.

Ini rute jalan singkat, meliwati dapur, lalu melipir pada bagian sisi barat rumah bupati sehingga lebih singkat sampai di masjid. Kini rute itu tak bisa dilalui umum lagi.

Pohon prestasi. Pohon mojo di Kajen atau pun di halaman rumah dinas bupati Wonogiri itu kini tak berbekas lagi. Tetapi di Balekambang, Solo, atas prakarsa Mayor Haristanto dari Republik Aeng-Aeng, bisa berdiri pohon mojo lagi. Tepatnya jenis Mojo Beruk (Crescentia cuyute).

Saat itu Republik Aeng-Aeng dipercaya oleh PT Tiga Pilar Sejahtera (TPS) Food, Tbk., untuk mengemas acara cetak serentak dalam 1 hari 3 Rekor MURI dalam rangka menandai usia 50 Tahun PT TPS Food, Tbk tersebut.

mayor haristanto,muri,etta sulistiawati

Kolaborasi serasi. Prestasi akan lebih mudah dicapai dan mampu memberi kebanggaan kepada banyak kalangan bila dilakukan dengan melibatkan pelbagai fihak untuk bekerjasama. Nampak para penerima piagam rekor MURI, termasuk Etta Sulistiawati (tengah, dari Standard Pen) dan eksekutif PT TPS Food, Tbk bergembira dengan prestasi yang mereka raih.

mayor haristanto,tatv,balekambang,solo,muri

Menularkan virus. Keberhasilan harus ditularkan sehingga mampu menjadi inspirasi bagi orang lain untuk bertindak positif pula. Nampak Mayor Haristanto sedang mengobrol dengan reporter TATV, Aris Gopinda. Hasil wawancara itu disiarkan pada tanggal 26 November 2009.

Salah satu adegan spaktakuler pencetakan rekor MURI itu adalah kerjasama ratusan anak-anak pelajar SD secara bersama mendirikan pohon mojo yang langka itu setinggi 9 meter. Pohon ini semula merupakan koleksi dari Bapak Djumadi Anom Gunadi, penguasaha furnitur Era yang terkenal di Solo dan sebagai kolektor tanaman langka.

khana,sd kristen manahan,teks pancasila,balekambang,21 november 2009


Menulis teks Pancasila. Pengetahuan yang hanya diucapkan akan lebih mudah terlupakan dibanding ketika harus dituliskan. Nampak Khana dan kawan-kawan dari SD Kristen Manahan (atas) sedang menuliskan teks dasar negara kita dengan ceria.

Pemecahan rekor yang lain adalah tujuh ribu anak-anak menulis teks Pancasila dan mengonsumsi biskuit secara bersama-sama. Peserta aksi cetak rekor MURI itu diikuti oleh murid 36 Sekolah Dasar dan TK yang berada di seputar Balekambang. Termasuk SD Kristen Manahan, sekolahnya Azalia “Zaza” Sastrika (ia ikut serta dalam aksi ini) dan Banurasmi.

Anak-anak tersebut, para guru dan orang tua, menikmati hari itu sebagai saat berekreasi, belajar di luar ruang dan menghayati lingkungan di Taman Balekambang yang kini menjadi nampak asri dan indah.

mayor haristanto,bambang haryanto,muri

Dengan kegiatan tersebut kini Mayor Haristanto telah mengemas rekor MURI untuk nomor ke-23 dan 24. Maju terus demi mencetak prestasi yang lebih gemilang, dan semoga dapat menjadi inspirasi bagi warga Trah Martowirono lainnya.

trahmw